Penari Rumah Lengger Banyumas Bakal Tampil di ArtJog 2021
Para penari dari Rumah Lengger Banyumas berkesempatan tampil di ajang ArtJog di Yogyakarta. Ajang ini jadi momentum mengenalkan kesenian Banyumas ke masyarakat luas.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Sebanyak 21 seniman dari Yayasan Rumah Lengger Banyumas akan memeriahkan penutupan ArtJog MMXXI di Jogja National Museum, 29 Agustus 2021. Penampilan ini menjadi pelipur lara di tengah minimnya panggung akibat pandemi.
Mereka terdiri dari delapan penari bersama 13 tim musik dan produksi. Penampilan ini menjadi kesempatan seniman mengenalkan kesenian Banyumas di ajang bergengsi yang berlangsung 8 Juli-31 Agustus.
”Rianto sebagai Pengelola Rumah Lengger akan memandu dialog tentang seni lengger secara daring karena saat ini dia berada di Jepang,” kata Humas Yayasan Rumah Lengger Banyumas Nugroho Pandhu Sukmono kepada Kompas di Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Rabu (4/8/2021).
Nugroho menyampaikan, delapan penari adalah Pico Prasetyo, Sigit Kurniawan, Janu Rahminarno, Dwi Pamungkas S, Sulaiman, Surya Muda Andhika Lubis, Daisah, dan Agus Widodo. ”Daisah akan berperan sebagai penari dan sinden sekaligus. Pengambilan gambar secara langsung di ArtJog,” kata Nugroho.
Pengelola Rumah Lengger Rianto dalam keterangan tertulis menuturkan, acara itu menjadi kesempatan bagi seniman untuk tampil di hadapan banyak kalangan. ”Ini kesempatan kita mengangkat seni lengger dari Banyumas,” kata Rianto dalam rapat koordinasi secara virtual, Rabu.
Rianto menyampaikan karena pandemi, pertunjukan ArtJog MMXXI yang bertema ”Arts in Common-Time (to) Wonder” dilaksanakan secara hibrid. Dengan demikian, masyarakat yang ingin menonton dapat menikmati tayangan langsung yang disiarkan melalui kanal Youtube serta berbagai siniar (podcast) ArtJog dari panggung di Yogyakarta.
Menurut dia, penampilan dalam ajang itu ikut menjadi pelipur lara saat pandemi. Akibat Covid-19, seniman lengger bertahan hidup dengan cara mengajar melalui kelas tari secara daring. Ada pula yang mencoba untuk berjualan daring atau berdagang jajanan dan makanan, atau menjadi tukang rias.
”Karena tidak bisa pentas, tidak boleh keluar saat PPKM seperti ini, ya tidak bisa apa-apa. Jadi hanya bisa bergantung dari mengajar tari atau pentas-pentas yang digelar secara daring. Lainnya ada yang beralih profesi menjadi perias hingga berdagang makanan secara daring,” katanya.
Divisi Litbang Rumah Lengger Abdul Aziz Rasjid menambahkan, untuk pementasan, pihaknya mengusung konsep cerita ”Memoar Lengger Lanang”. Meski waktunya mepet, para seniman sedang bersiap mematangkan penampilan.
”Cerita yang diusung berisi pengalaman dari pelaku seni lengger lanang dengan penggabungan kehidupan masa lalu dan masa sekarang. Ini menjadi refleksi kehidupan masyarakat ketubuhan dari si penari lengger,” tuturnya.
Seperti profesi seni lainnya, kata Aziz, penari lengger juga terdampak pandemi. Sebagai alternatif untuk bertahan hidup dan membuat karya, mereka mencoba beradaptasi dengan menggarap karya yang adaptatif dan lebih peka zaman.
”Perjalanan anak-anak muda masa kini melewati perjalanan menjadi seorang seniman lengger. Ada transisi dari masa lalu dan masa kini yang hadir melalui ekspresi seni melalui media sosial,” ujarnya.