Pelatihan Kreator Dorong Produksi Konten Edukasi Berkualitas
Seiring meningkatnya kebutuhan materi pembelajaran daring, diharapkan lebih banyak lagi guru yang turut menjadi kreator konten edukasi berkualitas.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI/ESTER LINCE NAPITUPULU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kebutuhan akan konten edukasi di platfom digital meningkat. Selain menjadi sumber pengetahuan alternatif, konten itu turut membantu siswa belajar dan guru mengembangkan metode pengajaran selama pandemi Covid-19. Pelatihan bagi kreator menjadi penting agar produksi konten edukasi berkualitas.
Head of Public Affairs Google di Asia Tenggara Ryan Rahardjo mengatakan, pencarian masyarakat Indonesia terhadap topik pembelajaran jarak jauh di Google naik 450 persen selama enam bulan terakhir. Adapun pada Juni 2019 hingga Juni 2020, waktu menonton video pengetahuan, seperti bisnis, sains, dan humaniora, di Indonesia melalui Youtube juga naik lebih dari 80 persen dibandingkan periode sebelumnya.
”Para kreator konten edukasi di Youtube memperluas dinding ruang kelas tradisional dan menjangkau jutaan orang di seluruh dunia,” kata Ryan secara daring, Rabu (14/7/2021).
Kelas akan berlangsung pada 24 Juli hingga 14 November 2021. Program ini diselenggarakan Kok Bisa dengan Youtube Learning, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Kementerian Kesehatan, serta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Akademi Edukreator pertama kali diadakan pada 2020. Lebih dari 1.100 orang dari 32 provinsi dilatih menjadi kreator konten edukasi. Sepuluh orang di antaranya terpilih untuk mendapat pelatihan lanjutan.
Menurut Co-Founder Kok Bisa Gerald Sebastian, kebutuhan materi pembelajaran daring akan semakin tinggi. Khususnya selama pandemi Covid-19. Materi yang lebih banyak dan beragam pun dibutuhkan. Melatih dan mengembangkan kreator konten edukasi menjadi penting agar kontennya berkualitas.
”Program ini terbuka untuk siapa saja, namun akan kami kurasi. Kami harap lebih banyak guru berpartisipasi,” kata Gerald. ”Kami ingin meningkatkan kapasitas pendidik sehingga tidak hanya mengajar dan memberi tugas, tapi juga mampu menjadi kreator konten,” ujarnya.
Para kreator konten edukasi di Youtube memperluas dinding ruang kelas tradisional dan menjangkau jutaan orang di seluruh dunia.
Guru dan perwakilan platform Ruang Edukator, Amelia, mengatakan, penambahan konten edukatif di platform daring diperlukan karena selama ini konten hiburan masih mendominasi. Padahal, sebagian anak-anak zaman sekarang sudah fasih menggunakan teknologi dan mengonsumsi konten digital.
Menurut dia, guru perlu ikut belajar teknologi. Jika tidak, guru akan ketinggalan perkembangan anak dan tidak memahami dunia mereka. Dengan pemahaman yang meningkat, guru akan bisa mengembangkan metode pembelajaran yang relevan dan menyenangkan bagi anak.
”Kita bisa mendapat banyak ide jika melihat dari sudut pandang anak. Kenali gaya belajar dan ketertarikan mereka sehingga bisa membuat pembelajaran yang menarik. Ini bisa menumbuhkan rasa suka belajar pada anak-anak,” kata Amelia.
Menurut analisis Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi Kemendikbud Ristek M Hasan Chabibie, Youtube digunakan publik untuk mencari referensi materi belajar selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) berlangsung. Itu sebabnya, konten edukasi perlu diperbanyak. Hal ini memudahkan guru dan siswa selama PJJ.
”Tidak mungkin kita bisa membuat konten-konten sendiri. Apalagi milenial (dan generasi Z) punya selera dan karakter sendiri yang mungkin bisa mereka tuangkan (dalam video),” ucap Hasan.
Di sisi lain, ia mengakui akses internet di Indonesia belum merata. Koordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk memperluas akses internet, khususnya di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar, terus dilakukan.
Guru kunci utama
Menteri Mendikbud Ristek Nadiem Makarim mengatakan, guru adalah kunci utama perubahan sistem pendidikan Indonesia. Guru diharapkan dapat membimbing dan melatih siswa untuk berpikir kritis. Adapun daya pikir kritis jadi modal utama SDM di masa depan.
Guru didorong untuk menomorsatukan kebutuhan murid. Dengan dasar itu, guru diberi kebebasan cara dan metode mengajar. Ia juga mendorong agar guru terus belajar hal-hal baru, termasuk memadukan teknologi dalam pembelajaran.
”Cobalah hal-hal baru. Untuk guru harus banyak coba, banyak tanya, dan banyak karya. Ini sama dengan pesan saya untuk para murid,” ujar Nadiem.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengapresiasi upaya pelatihan kreator konten edukasi. Ia berharap ada semakin banyak konten yang dihasilkan di platform daring. ”Akan lebih banyak ilmu dipelajari, disebarluaskan, dan diakses masyarakat lewat internet,” katanya.