Implementasi Bahasa Inggris Pertimbangkan Kemampuan Dosen dan Mahasiswa
Kemampuan berbahasa Inggris yang mumpuni perlu dimiliki dosen dan mahasiswa. Selain agar pembelajarannya optimal, mahasiswa juga disiapkan dengan persaingan global.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar tidak hanya mendukung program internasionalisasi di perguruan tinggi, tetapi juga menyiapkan mahasiswa masuk ke pasar tenaga kerja global. Namun, implementasi bahasa Inggris perlu diikuti dengan kemampuan berbahasa yang memadai dari dosen dan mahasiswa agar pembelajaran optimal.
Menurut dosen senior di School of Education University of Leeds, Inggris, Martin Lamb, semakin banyak perguruan tinggi di Indonesia yang mengadopsi bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar selama sepuluh tahun terakhir. Baik perguruan tinggi, dosen, maupun mahasiswa antusias melakukan pembelajaran dengan bahasa Inggris.
Hal ini berdasarkan penelitian berjudul The State of English as Medium of Instruction in Higher Education Institutions in Indonesia. Penelitian tersebut dilakukan British Council melalui School of Education di University of Leeds bersama Universitas Diponegoro, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.
”Meski pertumbuhannya pesat, belum ada bukti bahwa bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar bekerja dengan baik. Kami melihat masih ada mahasiswa yang sulit memahami (materi dengan bahasa Inggris). Memang tidak mudah beralih dari bahasa ibu ke bahasa kedua,” kata Lamb pada pertemuan daring, Kamis (8/7/2021).
Menurut penelitian tersebut, 197 dari 210 dosen mengatakan bahwa kompetensi berbahasa Inggris mahasiswa yang rendah jadi hambatan pembelajaran. Sebagian besar dosen menyebut bahwa pelatihan menggunakan bahasa Inggris akademik dibutuhkan. Pelatihan penggunaan bahasa Inggris dalam proses belajar-mengajar pun penting.
Walakin, keterampilan berbahasa Inggris yang tidak memadai tidak hanya ditemukan di mahasiswa. Dosen pun kesulitan mengadaptasikan bahasa Inggris dalam kegiatan pembelajaran.
”Perlu dipastikan bahwa mahasiswa mampu memahami pembelajaran dalam bahasa Inggris. Jadi, tidak sekadar mengajar dengan bahasa Inggris. Pelatihan khusus akan membantu meningkatkan keterampilan dosen,” ucap Lamb.
Direktur ITS Global Engagement Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Maria Anityasari mengatakan, bahasa Inggris digunakan dalam pembelajaran mengingat pasar global berkembang. Artinya, pasar tenaga kerja global akan semakin terbuka. Mahasiswa harus disiapkan agar mampu bersaing dengan sumber daya manusia luar negeri.
Mahasiswa dinilai mesti punya keterampilan berbahasa Inggris karena itu bahasa internasional. Kegagapan bahasa tidak boleh menjadi halangan bagi anak muda untuk bersaing di pasar global.
”Kami harus memberikan kesempatan yang setara bagi mahasiswa untuk siap menghadapi tantangan itu. Hingga kini kami telah memberi pelatihan kepada ratusan dosen,” ujar Maria.
Internasionalisasi
Country Director British Council Indonesia Hugh Moffatt mengatakan, penggunaan bahasa Inggris sejalan dengan upaya mendukung internasionalisasi perguruan tinggi. Namun, memahami tantangan dan konteks penggunaan bahasa Inggris di Indonesia penting untuk perbaikan ke depan.
”Penelitian ini menekankan komitmen kami untuk mendukung peningkatan standar pengajaran, pembelajaran, dan penilaian dalam bahasa Inggris. Kami harap laporan ini jadi pemantik diskusi di masa mendatang,” kata Moffatt.
Ada sejumlah rekomendasi untuk optimalisasi penggunaan bahasa Inggris di perguruan tinggi. Pertama, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi membentuk badan yang bertanggung jawab memantau implementasi bahasa Inggris. Kedua, mewajibkan mahasiswa memiliki standar minimal kemampuan berbahasa Inggris. Ketiga, mendorong perguruan tinggi memublikasikan kebijakan pengajaran, termasuk alasan, standar, dan tujuan pembelajaran berbahasa Inggris.
Rekomendasi lain, di antaranya, adalah mendorong perguruan tinggi menyusun strategi mengajar dengan bahasa Inggris. Selain itu, perguruan tinggi perlu memikirkan investasi pada pelatihan para pendidik.
”Tidak ada perbaikan cepat atau jawaban mudah untuk mengatasi penggunaan bahasa Inggris di institusi pendidikan tinggi. Namun, dalam laporan ini, ada beberapa perkembangan positif dan praktik terbaik dalam pendidikan menengah bahasa Inggris di beberapa universitas yang dapat dipelajari,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud Ristek Nizam.