Perundungan hingga saat ini menjadi salah satu isu utama yang berdampak negatif pada kesejahteraan anak-anak di Indonesia. Karena itu, anak-anak perlu didorong untuk bersuara dan melawan perundungan.
Oleh
Sonya Hellen Sinombor
·3 menit baca
KOMPAS/SONYA HELLEN SINOMBOR
Choi Siwon, Duta Regional Unicef untuk Kawasan Asia Timur dan Pasifik, berdialog dengan anak muda Indonesia pada Konferensi Kebaikan Indonesia yang diselenggarakan Unicef Indonesia secara virtual, Sabtu (26/6/2021). Konferensi ini mempromosikan kebaikan dan menyerukan diakhirinya perundungan.
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 tidak menyurutkan semangat anak-anak di Tanah Air untuk menyuarakan kebaikan. Ratusan anak dan remaja dari seluruh Indonesia, Sabtu (26/6/2021), menghadiri Konferensi Kebaikan Indonesia yang diselenggarakan Unicef Indonesia secara virtual, mempromosikan kebaikan dan menyerukan diakhirinya perundungan.
Konferensi yang dibuka oleh Deputy Representative Unicef Robert Gass, diikuti 360 anak muda. Mereka terpilih dari 2.500 lebih pendaftar yang mengikuti Tantangan Kebaikan #BaikItuKeren lewat U-Report, wadah komunikasi anak muda dari Badan Perserikatan Bangsa-bangsa untuk Anak-anak (Unicef).
”Setiap hari terlalu banyak anak muda yang dipaksa menghadapi perundungan, yang tidak hanya memengaruhi pembelajaran mereka, tetapi juga dapat berdampak signifikan pada kesehatan dan kesejahteraan mereka,” ujar Robert Gass.
Saya bersemangat untuk melanjutkan kampanye ini dan melibatkan pemuda Indonesia dalam dialog yang bermakna tentang bagaimana mengakhiri intimidasi melalui menyebarkan kebaikan dan empati.
Konferensi Kebaikan Indonesia merupakan bagian dari kampanye yang lebih luas dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, serta Unicef untuk mengakhiri perundungan dan kekerasan terhadap anak.
Pada konferensi tersebut, para anak muda mengajak kaum muda untuk menjadi ”pemimpin kebaikan” untuk membantu mengakhiri kekerasan terhadap anak-anak dengan mempromosikan kebaikan dan empati di sekolah dan komunitas mereka.
Pada konferensi yang berlangsung secara daring selama tiga hari hingga Senin (28/6), serangkaian sesi lokakarya menampilkan para ahli dan perwakilan pemuda yang akan berbagi cerita dan pengalaman. Mereka akan menyerukan ajakan untuk bertindak bagi orang lain untuk bersikap baik satu sama lain, menyebarkan empati dan mencegah intimidasi.
Pada hari pertama, anak-anak peserta Konferensi Kebaikan mendapat kesempatan berbicara dan berdialog langsung secara virtual dengan pembicara tamu, Choi Siwon, Duta Regional Unicef untuk Kawasan Asia Timur dan Pasifik. Perwakilan anak muda mengajukan sejumlah pertanyaan bagaimana mengatasi perundungan.
KOMPAS/SONYA HELLEN SINOMBOR
Vania Santoso, Staf Komunikasi Bidang Partisipasi Anak Muda di Unicef Indonesia, memandu dialog dengan para tokoh, pada Konferensi Kebaikan Indonesia yang diselenggarakan Unicef Indonesia secara virtual, Sabtu (26/6/2021). Konferensi ini mempromosikan kebaikan dan menyerukan diakhirinya perundungan,
Siwon mengakui, selama empat tahun terakhir, dirinya telah bermitra dengan Unicef di kawasan Asia Timur dan Pasifik untuk meningkatkan kesadaran akan intimidasi dan bekerja dengan kaum muda untuk mengakhiri masalah ini.
”Pada Konferensi Kebaikan tahun ini, saya bersemangat untuk melanjutkan kampanye ini dan melibatkan pemuda Indonesia dalam dialog yang bermakna tentang bagaimana mengakhiri intimidasi melalui menyebarkan kebaikan dan empati,” ujarnya.
Promosi
Selain berdialog dengan Siwon pada konferensi tersebut, dilakukan sejumlah kegiatan yang dipimpin oleh 35 fasilitator muda, termasuk perwakilan dari mitra muda, Forum Anak, dan Kementerian PPPA. Sejumlah pemimpin, jurnalis, dan aktivis bergabung mempromosikan kebaikan dan menyerukan diakhirinya perundungan.
Hari pertama konferensi, hadir Nahar (Deputi Perlindungan Khusus Anak Kementerian PPPA), Hendarman (Kepala Pusat Penguatan Karakter Kemendikbud Ristek), serta Najwa Shihab (jurnalis, dan aktivis pendidikan dan kesetaraan jender).
KOMPAS/KRISTI DWI UTAMI
Polisi wanita Kepolisian Resor Tegal Kota membawa poster berisi pesan terkait dengan bahaya perundungan siber dalam kampanye melawan kekerasan terhadap anak, Kamis (23/7/2020), di Kota Tegal, Jawa Tengah. Kampanye tersebut dilakukan dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional.
Selama tiga hari, ratusan anak muda tersebut akan belajar bagaimana mengidentifikasi dan melaporkan kasus-kasus perundungan untuk mencegah kekerasan antarteman dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Di Indonesia, perundungan merupakan salah satu isu utama yang berdampak negatif pada kesejahteraan anak-anak. Menurut data terbaru yang dihimpun Unicef, sebanyak 2 dari 3 anak perempuan dan laki-laki berusia 13-17 tahun pernah mengalami setidaknya satu jenis kekerasan dalam hidup mereka. Bahkan, 41 persen siswa berusia 15 tahun pernah mengalami perundungan lebih dari beberapa kali dalam sebulan.
Bahkan, menurut Vania Santoso, Staf Komunikasi Bidang Partisipasi Anak Muda di Unicef Indonesia, sebanyak 45 persen dari 2.777 anak muda berusia 14-24 yang disurvei melalui platform keterlibatan anak muda Unicef U-Report mengatakan bahwa mereka pernah mengalami perundungan siber.