Peringatan Hari Museum Internasional menjadi momentum untuk memulihkan dan menata kembali museum di masa depan. Hal ini membutuhkan kerja sama semua pihak.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS –Pengelolaan museum perlu ditata kembali agar kontekstual untuk masa depan, khususnya dalam konteks pemulihan dari pandemi Covid-19. Karena itu, peringatan Hari Museum Internasional ke-44 menjadi momentum bagi pengelola museum, lembaga budaya, komunitas, dan pemerintah untuk berkolaborasi membenahi pengelolaan museum.
Presiden The International Council of Museums (ICOM) Alberto Garlandini mengatakan, sektor permuseuman sedang mengalami krisis paling serius di zaman modern akibat pandemi. Kendati sejumlah museum di dunia sudah dibuka kembali secara terbatas, masih ada museum yang tetap tutup. Museum dinilai masih akan menghadapi tantangan besar ke depan.
“Pada skenario di mana ada krisis pariwisata massal, sumber daya yang berkurang, dan peraturan sanitasi, museum-museum harus memikirkan ulang model bisnisnya. Mereka juga harus mendefinisikan ulang peran sosial dan pendidikannya.(Alberto Garlandini)
“Pada skenario di mana ada krisis pariwisata massal, sumber daya yang berkurang, dan peraturan sanitasi, museum-museum harus memikirkan ulang model bisnisnya. Mereka juga harus mendefinisikan ulang peran sosial dan pendidikannya,” kata Garlandini, Selasa (18/5/2021) melalui situs ICOM, dalam rangka Hari Museum Internasional yang diperingati setiap tanggal 18 Mei 2021.
Adapun tema Hari Museum Internasional tahun ini ialah “Masa Depan Museum: Pulihkan dan Bayangkan Kembali”. Menurut Garlandini, pemulihan saja tidak cukup karena harus ditopang inovasi terus-menerus.
Di sisi lain, pandemi dinilai memercepat perubahan dan mendorong museum berinovasi mencari solusi. Inovasi yang dimaksud meliputi antara lain digitalisasi museum dan upaya memberi pengalaman museum secara hibrida untuk publik, yakni campuran daring dan luring.
Ia mengajak agar museum-museum di dunia, komunitas, lembaga budaya, dan pemerintah untuk bekerja sama menata kembali museum masa depan. Sebab, museum menjembatani manusia dengan budaya serta mempromosikan partisipasi dan keberagaman. Museum juga merupakan respons terhadap tantangan sosial, ekonomi, dan lingkungan yang terjadi sekarang.
“Krisis ini menunjukkan perubahan adalah jalan ke depan. Kita mesti menjaga momentum ini tetap berjalan,” kata Garlandini.
Menurut Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan (PTLK) Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) Judi Wahjudin, Hari Museum Internasional merupakan momen introspeksi untuk memajukan permuseuman Indonesia. Ia menilai belajar sejarah dan nilai tokoh permuseuman di masa lampau penting untuk menjawab tantangan museum sekarang.
“Kita sering mengacu ke hal-hal lain tanpa mencermati nilai penting yang dirintis dan didalami para tokoh. Penting untuk menyimak apa yang diwariskan, lalu kita selaraskan dengan paradigma baru (masa kini),” ucap Judi pada bedah buku tentang Moh Amir Sutaarga secara daring, di Jakarta, Selasa (18/5/2021). Buku Moh Amir Sutaarga: Bapak Permuseuman Indonesia ditulis budayawan Nunus Supardi.
Adapun Moh Amir Sutaarga merupakan tokoh yang dinilai berperan besar bagi permuseuman Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai Kepala Museum Pusat pada 1962 (sekarang Museum Nasional Indonesia), Direktur Museum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (1976-1984), anggota Executive Board ICOM, hingga jadi perintis program studi museologi di Universitas Indonesia.
“Kita perlu paham prinsip-prinsip penting permuseuman. Almarhum Amir Sutaarga memberi kita kesadaran bahwa museum tidak bisa berdiri sendiri. Museum harus gotong royong dan bersinergi dengan pihak lain. Museum harus terlibat di kegiatan yang lingkupnya lebih luas untuk kemajuan kebudayaan,” kata Judi.
Menurut Ketua Asosiasi Museum Indonesia (AMI) DKI Jakarta Paramita Jaya, Yiyok T Herlambang, Amir Sutaarga menginisiasi pembuatan museum yang baik. Nilai warisan Amir Sutaarga diharapkan menjadi landasan kemajuan museum Indonesia, khususnya untuk pemulihan pascapandemi.
“Meski pandemi masih berlangsung. kami akan tetap semangat memberi yang terbaik buat negara. Saya harap permuseuman kita bisa terus ditingkatkan menjadi lebih baik,” tutur Yiyok.