Pandemi Covid-19 memaksa para seniman berkreasi menembus batas-batas ruang. Penampilan dan pameran yang biasanya digelar secara luring akhirnya beralih ke daring. Sayangnya, akses publik ke kanal daring belum merata.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
Pandemi Covid-19 disebut telah mengubah wajah seni dan budaya dunia. Kegiatan seni budaya yang semula mengandalkan pengalaman fisik kini pindah ke ruang maya. Koneksi internet dan pengalaman nonfisik jadi cara teraman untuk terhubung dengan seni.
Kendati cara menikmati seni berubah, seni virtual telah menembus batas ruang. Penikmat seni kini bukan hanya penduduk perkotaan, melainkan juga perdesaan, bahkan penduduk lintas negara.
Walakin, tidak semua orang punya akses ke jaringan internet. Direktur Museum MACAN (Modern and Contemporary Art in Nusantara) Aaron Seeto pekan lalu mengatakan, pandemi membuatnya sadar bahwa ada kesenjangan digital di masyarakat. Akses internet dinilai belum universal.
Pengguna internet di Indonesia sejauh ini 73 persen atau setara dengan 196,7 juta orang. Pengguna internet terbesar berada di Pulau Jawa (56,4 persen) dan Sumatera (22,1 persen). Adapun Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) memperkirakan nyaris satu dari dua orang di dunia terkendala terhubung dengan internet.
Selain internet, belum semua orang punya gawai yang mumpuni. Hal ini jadi tantangan bagi publik untuk mengakses pendidikan seni ataupun pendidikan pada umumnya.
Pandemi telah membuat kita lebih sadar akan bentuk-bentuk ketidaksetaraan yang ada dalam komunitas kita.
”Pandemi telah membuat kita lebih sadar akan bentuk-bentuk ketidaksetaraan yang ada dalam komunitas kita,” kata Aaron.
Padahal, peran seni dan perupa dinilai semakin krusial dibanding masa sebelum pandemi. Perupa membantu publik melihat perspektif beragam, kemudian membantu masyarakat membayangkan semua jenis masa depan yang mungkin ada.
Lebih jauh, menurut Aaron, seni memungkinkan publik melihat dunia dengan cara yang berbeda. Seni juga mendorong masyarakat berpikir kritis. ”Untuk negara berkembang seperti Indonesia, perupa dan interaksi dengan seni sangat penting,” ucapnya.
Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay sebelumnya mengatakan, seni dapat menyatukan orang-orang, menginspirasi, dan menenangkan. Seni jadi jembatan bagi masyarakat untuk tetap terhubung. Ia mencontohkan konser daring yang diadakan UNESCO pada Maret 2020 ditonton setidaknya 1,5 juta orang.
”Masa pembatasan juga bisa jadi masa keterbukaan terhadap orang lain dan budaya serta untuk memperkuat hubungan antara kreasi seni dan masyarakat. Kebutuhan akan pendidikan yang kontinu sama dengan kebutuhan akan budaya yang kontinu,” katanya.
Tantangan untuk menjaga seni tetap hidup di masa kini dan masa depan ada dua. Keduanya ialah mendorong akses terhadap seni untuk semua orang serta mendukung institusi seni dan pekerja seni budaya.
Menurut catatan UNESCO dalam Culture in Crisis: Policy Guide for a Resilient Creative Sector, pemerintah perlu turun tangan membantu ekosistem seni. Ada tiga langkah yang bisa dilakukan pemerintah, yaitu memberikan dukungan langsung ke seniman dan pekerja budaya (seperti pengembangan keterampilan dan kompensasi atas pendapatan yang hilang), memberi dukungan tak langsung untuk industri kreatif (seperti pengurangan pajak), serta memperkuat kompetisi ekosistem seni dan industri kreatif (seperti mempromosikan konten kreatif nasional yang melibatkan seniman dan pekerja industri kreatif).
Sebagai contoh, Kementerian Kebudayaan Mesir membuat kanal Youtube untuk siaran langsung dan menyimpan rekaman acara-acara kreatif. Ada pula film, acara musik, hingga pertunjukan tari yang bisa diakses audiens dari rumah. Kanal Youtube mereka dikunjungi setidaknya 11,5 juta kali oleh penduduk di 25 negara.
Hal serupa dilakukan oleh Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kanal Youtube Budaya Saya memuat, antara lain, pertunjukan musikal, drama, lokakarya, dan tarian. Pelantar daring ini jadi ruang berkarya alternatif bagi para seniman yang kegiatan-kegiatan seninya dibatalkan karena pandemi.