Aplikasi iWareBatik membuat orang-orang tidak hanya memakai batik (wear), tetapi juga memahami (aware) makna batik yang sedang dipakai.
Oleh
ICHWAN SUSANTO
·3 menit baca
Mahasiswi Indonesia di Università della Svizzera Italiana, Lugano, Swiss, bekerja sama dengan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) meluncurkan aplikasi iWareBatik untuk dokumentasi digital batik sebagai warisan budaya tak benda.
Digitalisasi batik ini untuk membantu pemangku kepentingan baik dari Indonesia maupun masyarakat internasional untuk mengidentifikasi berbagai tekstil batik, nilai-nilai filosofis di balik motif batik, tempat asalnya, dan informasi produsen batik di kampung/desa batik, galeri batik, dan lain-lain.
Program iWareBatik diluncurkan dalam bentuk laman iwarebatik.org dan aplikasi Android dan iOS pada ponsel pintar. Aplikasi ini mulai bisa diunduh pada 17 Agustus 2020 di Android, tepat saat 75 tahun kemerdekaan Indonesia.
Melalui proyek ini, dapat diidentifikasi berbagai motif batik dari seluruh provinsi di Nusantara beserta maknanya. Lebih dari 100 motif batik telah dirangkum dalam aplikasi tersebut dan masih akan diperkaya lagi.
Aplikasi ini juga dilengkapi dengan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang memungkinkan para pengguna mengetahui motif batik dengan mengambil foto kain batik yang sedang dipakai. Hingga saat ini, aplikasi tersebut dapat mengidentifikasi beberapa motif batik, yaitu merak, kawung, ampiek, parang, dan akan dikembangkan lebih lanjut di masa yang akan datang.
Tidak hanya berisi visual ratusan motif-motif batik Nusantara, aplikasi ini juga menjelaskan proses pembuatan batik secara detial, mulai dari tahap menggambar pola, pewarnaan, teknis lukis, hingga penjemuran kain batik dijelaskan di aplikasi ini.
Kami berharap orang-orang tidak hanya memakai batik (wear), tetapi juga memahami (aware) makna batik yang sedang dipakai. (Puspita Ayu Permatasari)
Puspita Ayu Permatasari selaku Koordinator Riset Teknologi Komunikasi iWareBatik untuk Batik Indonesia menyampaikan filosofi di balik iWareBatik, yaitu I am aware of Batik. ”Melalui aplikasi ini, kami berharap orang-orang tidak hanya memakai batik (wear), tetapi juga memahami (aware) makna batik yang sedang dipakai,” ujarnya dalam siaran pers.
Fitur peta interaktif juga tersedia pada aplikasi ini sehingga orang-orang dapat mengetahui motif batik yang khas dari masing-masing provinsi di Indonesia. ”Harapannya, orang-orang yang berkunjung ke Indonesia, misalnya ke Kalimantan Selatan, atau Maluku, atau provinsi mana saja, bisa mengetahui motif batik yang khas dari daerah tersebut sebelum memutuskan membeli batik apa yang dijadikan suvenir,” katanya, yang sedang menekuni Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) untuk Warisan Budaya Tak Benda dan Pariwisata sebagai fokus studi S-3 di Università della Svizzera Italiana (USI).
Proyek ini juga mendapat dukungan penuh dari UNESCO Chair di USI, Prof Lorenzo Cantoni, yang menyatakan bahwa proyek ini sejalan dengan visi, misi, dan nilai-nilai yang dijunjung UNESCO, yaitu penggunaan teknologi yang bijak untuk reservasi budaya. Dalam hal ini, dokumentasi digital batik dapat lebih menjangkau generasi muda dan meneruskan nilai-nilai leluhur yang terkandung dalam motif batik dimaksud.
Dalam proses pengembangan aplikasi ini pun Puspita dan tim USI juga melakukan konsultasi intens dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Bern. ”Ide untuk digitalisasi batik ini dapat sejalan dengan peningkatan jumlah wisatawan yang akan datang ke Indonesia untuk membeli dan menggunakan batik,” ujar Duta Besar RI di Bern Muliaman D Hadad. Oleh karena itu, materi tentang pariwisata Indonesia pun dimasukkan di dalam aplikasi tersebut.
Pengembangan teknologi digital iWareBatik bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pariwisata berkelanjutan dan pelestarian properti warisan UNESCO (Situs Warisan Dunia/Warisan Budaya Tak Benda) di Indonesia. Program teknologi digital ini terwujud atas kolaborasi beasiswa LPDP Indonesia, Asosiasi Sobat Budaya, Laboratorium Teknologi USI eLab, Institusi USI UNESCO Chair dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).