Surabaya Siapkan Skenario Pembelajaran Tatap Muka di Sekolah
Pemkot Surabaya menyusun skenario pelaksanaan pembelajaran tatap muka di masa pandemi Covid-19. Uji coba terbatas dilakukan di 21 SMP agar saat semua sekolah kembali dibuka, pembelajaran tatap muka berlangsung aman.
Oleh
IQBAL BASYARI/AMBROSIUS HARTO/AGNES SWETTA PANDIA
·5 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, menyusun skenario pelaksanaan pembelajaran tatap muka di masa pandemi Covid-19. Uji coba terbatas akan dilakukan agar saat Surabaya menjadi zona hijau dan semua sekolah kembali dibuka, pembelajaran tatap muka di sekolah tidak menjadi sumber penularan baru.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya Supomo di Surabaya, Jawa Timur, Minggu (2/8/2020), mengatakan, pembelajaran tatap muka di sekolah-sekolah yang berada di Surabaya belum akan dilaksanakan dalam waktu dekat karena Surabaya masih dalam zona merah. Pembukaan kembali sekolah akan dilakukan ketika Surabaya masuk zona hijau atau saat penularan Covid-19 sudah terkontrol.
Namun, saat ini Dinas Pendidikan mulai mempersiapkan beberapa skenario pelaksanaan pembelajaran tatap muka di sekolah. Uji coba dilakukan secara bertahap untuk mencari model pembelajaran yang efektif dan aman bagi siswa. ”Uji coba pembelajaran tatap muka dimulai besok, Senin (3/8/2020), di 21 SMP negeri dan swasta yang berlokasi di 10 kecamatan yang sudah masuk zona hijau,” katanya.
Adapun 10 kecamatan yang masuk zona hijau adalah Kecamatan Tambaksari, Rungkut, Gubeng, Krembangan, Bubutan, Wonokromo, Semampir, Kenjeran, Sawahan, dan Tegalsari.
Uji coba pembelajaran tatap muka dimulai besok, Senin (3/8/2020), di 21 SMP negeri dan swasta yang berlokasi di 10 kecamatan yang sudah masuk zona hijau. (Supomo)
Pada tahap awal, lanjut Supomo, uji coba hanya melibatkan guru, tanpa siswa. Dalam tahapan uji coba, akan dilakukan simulasi ketika siswa mulai berangkat, melaksanakan pembelajaran, hingga kembali ke rumah. Guru-guru yang ikut uji coba pun harus mengikuti tes cepat.
Selama uji coba, tim mengimplementasikan protokol kesehatan saat berada di sekolah, seperti menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Dalam simulasi tersebut, tim akan mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan pelanggaran protokol kesehatan sehingga saat siswa kembali melakukan pembelajaran tatap muka, sekolah tidak menjadi sumber penularan baru Covid-19. ”Jumlah siswa dan jam belajar akan diatur agar bisa memenuhi protokol kesehatan,” ucap Supomo.
Harus diseleksi
Ketua Ikatan Dokter Indonesia Surabaya Brahmana Askandar mengatakan, guru dan siswa yang mengikuti pembelajaran tatap muka harus diseleksi. Mereka yang memiliki penyakit penyerta, seperti obesitas, hipertensi, dan diabetes melitus, sebaiknya tetap melaksanakan pembelajaran dalam jaringan (daring). Guru yang berusia di atas 50 tahun pun sebaiknya tidak melakukan pembelajaran tatap muka dengan siswa.
”Masyarakat memiliki penyakit penyerta dan berusia lebih dari 50 tahun sangat rentan mengalami perburukan ketika tertular Covid-19,” katanya.
Ketua Dewan Pendidikan Jawa Timur Akhmad Muzakki mengingatkan Pemerintah Kota Surabaya harus mengacu pada peraturan bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada Tahun Ajaran 2020/2021 dan Tahun Akademik 2020/2021 pada Masa Pandemi Covid-19.
Menurut peraturan bersama itu, ada empat pertimbangan yang harus diperhatikan. Pertama, sekolah yang akan membuka kembali aktivitas berada di zona hijau atau tingkat penularan Covid-19 rendah. Kedua, pemerintah daerah mengizinkan. Ketiga, sekolah dimaksud diyakini telah menerapkan standar protokol kesehatan untuk menekan potensi penularan Covid-19 dengan disiplin. Keempat, orangtua mengizinkan peserta didik untuk kembali bersekolah.
”Izin orangtua mutlak dan pemerintah tidak boleh memaksa,” ujar Muzakki, Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya.
Saat ini, situasi wabah Covid-19 di Surabaya belum menggembirakan. Di antara 38 kabupaten/kota di Jatim, Surabaya tetap menjadi wilayah dengan paparan terparah wabah Covid-19.
Menurut data laman resmi http://infocovid19.jatimprov.go.id/ yang dikelola Pemprov Jatim, sampai dengan Minggu (2/8/2020), di Surabaya tercatat 8.756 warga positif atau 39,2 persen dari 22.324 warga positif se-Jatim. Covid-19 di ibu kota Jatim ini mengakibatkan kematian 776 jiwa atau 44,8 persen dari 1.732 kematian se-provinsi. Di Surabaya, ada kesembuhan 5.381 orang atau 36,1 persen dari 14.877 orang sembuh dari Covid-19 se-Jatim.
Muzakki mengatakan, aparatur Surabaya perlu tetap memperhatikan pembelajaran jarak jauh bagi peserta didik di luar sekolah-sekolah yang akan kembali membuka aktivitasnya. Optimalkan realisasi program pembelajaran jarak jauh bagi siswa-siswi SMP yang tidak mampu dengan memanfaatkan fasilitas internet gratis di balai rukun warga dengan pengawasan dari guru dan pengurus masyarakat setempat. ”Taati dan disiplin dengan penerapan protokol kesehatan,” katanya.
Izin orangtua mutlak dan pemerintah tidak boleh memaksa. (Akhmad Muzakki)
Jika pembelajaran di sekolah dimulai, penerapan protokol kesehatan menjadi mutlak. Dari rumah dan sampai kembali ke kediaman, keamanan siswa-siswi menjadi perhatian utama orangtua dan pengelola sekolah. Peserta didik sebaiknya sarapan, mengukur suhu tubuh, dan berpelindung diri (masker, sarung tangan, dan pelindung wajah). Mereka harus diantar oleh orangtua atau walinya. Di sekolah, setiap pelajar harus melewati bilik disinfektan dan cuci tangan dengan sabun dan air.
Selama belajar di sekolah, siswa-siswi harus menerapkan jaga jarak fisik dan rutin cuci tangan. Larang mereka jajan, sehingga membawa bekal dari rumah menjadi penting. Sebelum keluar sekolah, mereka harus kembali melewati bilik disinfektan dan cuci tangan. Para pelajar harus dijemput sehingga tidak keluyuran, tetapi pulang agar terhindar dari potensi penularan Covid-19.
Masih menimbang
Salah satu orangtua murid, Dwi Setyawan, masih pikir-pikir untuk mengizinkan putranya yang berada di kelas VIII (kelas 2) SMP Negeri 22 kembali beraktivitas di sekolah. ”Keselamatan anak adalah yang utama. Jika kami tidak mengizinkan anak kembali ke sekolah, pemerintah atau pengelola sekolah harus maklum dan tetap memaksimalkan upaya pembelajaran jarak jauh selama ini,” ujar Dwi.
Sementara itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini terus mengingatkan warga untuk disiplin mematuhi protokol kesehatan. Pada Minggu pagi, Risma berkeliling ke kawasan-kawasan yang ramai digunakan warga untuk berolahraga, seperti di Taman Bungkul. Warga diingatkan tidak berkerumun dan tetap menggunakan masker.
Selain itu, dia juga berkeliling di kawasan perumahan yang masih terjadi penularan, terutama di perumahan kelas menengah ke atas. ”Pandemi Covid-19 belum berakhir sehingga warga harus tetap diingatkan untuk mematuhi protokol kesehatan,” ujarnya.