Kemendikbud Luncurkan Program Pelatihan Guru Penggerak
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan meluncurkan Merdeka Belajar Episode 5 bernama Guru Penggerak. Episode ini berupa program pelatihan sekaligus pembibitan guru yang mau melakukan perubahan dan transformasi pendidikan.
Oleh
Mediana
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Transformasi pendidikan di sekolah membutuhkan guru yang mau bergerak melakukan perubahan pembelajaran sesuai kebutuhan siswa. Guru yang mau berubah seperti itu harus mendapatkan dukungan.
”Tidak ada namanya anak tidak bisa. Tinggal menciptakan lingkungan yang memfasilitasi mengikuti kemampuan setiap anak. Perubahan bisa terjadi jika sejak dalam hati ditanamkan, guru selalu percaya kemampuan anak,” ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim saat peluncuran secara virtual Merdeka Belajar Episode 5 Guru Penggerak, Jumat (3/7/2020), di Jakarta.
Arah program Guru Penggerak adalah pembibitan guru sebagai agen perubahan dan calon pemimpin masa depan di sekolah. Program ini bukan sebatas identifikasi guru-guru yang mau bergerak untuk mentransformasi pendidikan, melainkan juga melatih dan membina mereka.
Guru penggerak berarti mau melakukan perubahan bagi sekitarnya. Guru penggerak juga berarti membantu mencapai merdeka belajar kepada murid, seperti mandiri, bernalar kritis, gotong royong, dan berkebinekaan global.
Nadiem menjelaskan, guru penggerak lebih dari definisi guru baik yang selalu mendorong peningkatan prestasi murid, mengajar dengan kreatif, dan mengembangkan diri secara aktif. Guru penggerak berarti mau melakukan perubahan bagi sekitarnya. Guru penggerak juga berarti membantu mencapai merdeka belajar kepada murid, seperti mandiri, bernalar kritis, gotong royong, dan berkebinekaan global.
Menurut dia, siapa pun guru, baik berstatus aparatur sipil negara maupun bukan, boleh mengikuti program Guru Penggerak. Hanya saja, dia menekankan, guru itu harus mempunyai motivasi, terpanggil, dan bertanggung jawab.
”Transformasi pendidikan tidak bisa tercapai dalam lima tahun (selama masih menjabat). Namun, selama lima tahun akan mampu mencapai titik kritis ke arah perubahan berkelanjutan yang diharapkan,” ujar Nadiem.
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud Iwan Syahril menyebutkan, ada tiga paket pelatihan dalam program Guru Penggerak. Paket pertama adalah paradigma dan visi guru penggerak dengan materi refleksi filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Paket kedua meliputi praktik pembelajaran yang berpihak kepada murid. Adapun paket ketiga adalah kepemimpinan pembelajaran.
Pendaftaran calon peserta dibuka pada 13-22 Juli 2020. Seleksi tahap I berlangsung 23-30 Juli. Adapun seleksi tahap II dilaksanakan pada 31 Agustus-16 September 2020. Pengumuman calon guru penggerak dilakukan pada 19 September 2020.
Kemudian, pendidikan calon guru penggerak berlangsung pada 5 Oktober 2020-31 Agustus 2021. Hasil penetapan guru penggerak diumumkan pada 15 September 2021.
Iwan mengatakan, untuk angkatan pertama, peserta program tidak akan dipilih dari daerah yang menyelenggarakan pemilihan kepala daerah. Kemendikbud juga tidak akan memilih peserta dari daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Pelatihan akan berjalan selama pandemi Covid-19 sehingga menggunakan model jarak jauh dengan metode dalam jaringan.
Dia menjelaskan, letak perbedaan Merdeka Belajar Episode Guru Penggerak dan Organisasi Penggerak terletak pada subyek dan sasaran. Episode Guru Penggerak menitikberatkan pembibitan guru yang mau bergerak melakukan perubahan dan kepemimpinan mereka. Sementara episode Organisasi Penggerak fokus pada gotong royong komunitas/organisasi pendidikan untuk membantu sekolah meningkatkan kualitas literasi dan numerasi siswa.
Mariance Wila Dida, Kepala SD Negeri 9 Masohi, Maluku Tengah, menceritakan, menjadi guru penggerak harus mendapat dukungan ekosistem sekolah, seperti guru-guru lain. Berdasarkan pengalamannya membawa SD Negeri 9 Masohi menjadi sekolah ramah anak, dia harus berulang kali mengirim guru mengikuti pelatihan konsep sekolah ramah anak. Dia juga harus berulang kali mengingatkan guru agar mengubah sikap dari suka memukul anak menjadi mau mendengarkan kebutuhan anak.
Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI) M Ramli Rahim memandang pentingnya Kemendikbud mempunyai kriteria lebih spesifik mengenai peserta program Guru Penggerak. Berdasarkan data Kemendikbud yang dia kutip, sepanjang 2019-2020, guru jenjang SD yang tercatat mencapai 744.763 orang, SMP 32.530 orang, SMA 13.775 orang, dan SMK 7.277 orang. Pada tahun 2020 terdapat 72.976 orang yang diperkirakan akan pensiun. Lalu, pada 2021 diproyeksikan akan ada 69.757 orang. Data itu belum termasuk guru yang tidak punya status jelas.
”Pemerintah tidak menyertakan penjelasan apakah guru honorer dan guru yang akan pensiun boleh ikut melamar jadi peserta program. Kami juga menyayangkan, program itu tidak menyertakan rencana merekrut guru baru,” katanya.