”Berdamai dengan” sesuatu adalah gaya bahasa personifikasi yang global, dikenal dalam banyak bahasa, biasa dan sering dipakai dalam tulisan umum, termasuk novel dan berita media.
Oleh
Samsudin Berlian
·3 menit baca
Setelah Presiden Joko Widodo berkata pada awal Mei bahwa kita perlu ”berdamai dengan” virus SARS-CoV-2, sejagat raya heboh. ”Ah, ane tenang-tenang aje, kok. Situ lebay, deh.” Eits, bentar, deng. Itu gaya bahasa hiperbol, kiasan yang melebih-lebihkan. Jangan diambil hati, eh, arti harfiahnya.
Nah, bagi orang yang biasa membaca luas [masuk rest area dulu, ya? Membaca luas bukan baca banyak. Ada orang mengonsumsi banyak dan hanya hal serupa: soto hoax, gorengan hoax, dst. Mata memelotot banyak baca, tapi otak agak kontet kurang gizi. Membaca luas berarti mengasup yang manis asin pahit asam pedas dan--priiit--maaf, sudah waktu keluar lagi. Mari kita baca luas-luas supaya lebih, kalau belum, paham arti membaca luas dengan cerdas], berdamai dengan dengan sendirinya membawa serta makna khas dan kaya.
Berdamai dengan, kata KBBI Edisi V versi internet gratis yang bergengsi itu, tak ada sublemanya. Yang ada berdamai saja ’berbaik kembali; berhenti bermusuhan’ dan ’berunding untuk mencari kesepakatan’. Pantaslah gonjang-ganjing semesta Nusantara. Masa sih, berbaik kembali dengan virus berbahaya? Berhenti bermusuhan dengan pembunuh nirkasatmata?
Meluncurlah komen dan komentar yang seakan-akan kritis dari orang-orang yang tak biasa membaca luas itu. Masa, sih, kata si pentolan yang alam pikirnya penuh perang, ngajak damai si virus? Emang bisa berunding dengan virus untuk sepakat? Kalau si virus tak mau damai? Tentu saja virus tak bisa harfiah diajak konferensi meja bundar, entah tatap muka entah lewat internet. Tapi, dengan gaya bahasa kiasan personifikasi, virus diberikan karakteristik manusia; seolah-olah bisa diajak bicara, seakan-akan bisa diajak gencatan senjata.
Ha-ha-ha. Bukankah ini pengakuan bahwa virus itu tak bisa dikalahkan? Nanti dulu. Pernyataan Presiden itu ada kualifikasinya: ”sampai ditemukan vaksin yang efektif”. Jadi, sifatnya sementara, sampai kemenangan teraih.
Jadi, berdamai dengan bukan mengaku kalah atau mengalah, melainkan melakukan sesuatu sampai tercapai suatu ekuilibrium ketika manusia hidup damai atau tenang.
Padanannya dalam bahasa Inggris ”to make peace with”. To make peace berarti melakukan (sesuatu) sehingga tercapai keadaan damai atau tenang. Ungkapan itu mengacu pada tindakan membuat kedamaian atau ketenangan. Perhatikanlah bahwa definisi ini bersifat aktif: melakukan atau membuat. Jadi, berdamai dengan bukan mengaku kalah atau mengalah, melainkan melakukan sesuatu sampai tercapai suatu ekuilibrium ketika manusia hidup damai atau tenang. Bukan menyerah pada nasib, melainkan mengelola nasib.
”Berdamai dengan” nirmanusia berarti belajar hidup dengan sesuatu yang sebelumnya adalah sumber ketegangan atau ancaman. Dalam konteks sekarang, itu berarti mengusahakan sesuatu (yang baru) sampai manusia bisa hidup dalam ketenangan, mencapai tujuan atau bekerja efektif tanpa mengalami stres dan kekhawatiran seperti sebelumnya, sampai si virus berhenti menjadi ancaman besar.
”Berdamai dengan” sesuatu adalah gaya bahasa personifikasi yang global, dikenal dalam banyak bahasa, biasa dan sering dipakai dalam tulisan umum termasuk novel dan berita media. Khalayak tertentu yang salah mengira Presiden sedang mengumumkan perjanjian dagang dengan negeri coronavirus kiranya perlu mendalami beragam gaya bahasa yang sangat memperkaya batin. Bukan hiperbol—ada satu vaksin otak yang sudah ribuan tahun diketahui efektif: Luaskanlah bacaanmu. (Samsudin Berlian, Magister dalam Etika)