Berbagi Energi Positif Saat Pandemi
Di tengah pandemi Covid-19, sekelompok orang melakukan meditasi bersama melalui media sosial dan aplikasi telekonferensi. Gerakan untuk memulihkan kesehatan mental sekaligus menjalin pertemanan.
Hampir dua bulan sebagian masyarakat mendekam dan melakoni semua kegiatan di rumah saja demi menahan laju penularan Covid-19. Kondisi ini menjenuhkan dan rentan menumbuhkan energi negatif. Untuk menyegarkan jiwa, sebagian warga menebarkan energi positif lewat meditasi bersama di ruang virtual.
”Di momen seperti ini, terima semua rasa yang sedang datang mengunjungi dirimu. Kenangan indah ataupun pahit yang menyelinap di pikiranmu, sadari saja. Kembali ke napas. Beristirahat di napas.”
Suara Adjie Santosoputro menuntun ratusan orang yang ikut meditasi jarak jauh melalui Instagram Live, beberapa waktu lalu. Kendati sosok praktisi mindfullness itu tidak tampak di layar akun Instagram, hanya layar gelap, suaranya terus terdengar membimbing. Alunan musik instrumental menyebarkan atmosfer tenang.
Adjie berulang kali menyadarkan pentingnya gerakan bernapas sambil berpesan agar segala pikiran muncul tetap disadari sebagai tetap pikiran. Meditasi berlangsung hampir 30 menit.
”Kembali ke dirimu saat ini kini. Rumah sebenar-benarnya adalah saat ini kini. Buka kedua lenganmu, peluklah dirimu, dan ucapkan terima kasih tiga kali kepada dirimu,” ujar Adjie mengakhiri latihan.
Layar Instagram Live yang semula gelap berganti terang dan sosok Adjie berpakaian putih muncul. Di kiri bawah layar, penonton sekaligus peserta meditasi saling menuliskan komentar ataupun sekadar ikon emosi. Sebagai contoh, pemilik akun @deaghassani menulis terima kasih dan @maranataeka menulis tidurku nyenyak sejak ikut hening serentak. Adjie acap membacakan respons itu.
Saat dihubungi beberapa waktu lalu, Adjie menyebut kegiatan meditasi itu sebagai ”Hening Serentak”. Sejak pandemi Covid-19, dia merasa cemas. Beberapa teman mencurahkan isi hati kecemasan serupa. Beberapa temannya sudah bergumul dengan isu kesehatan mental. Pandemi menambah beban itu.
Selama belajar kesehatan mental, Adjie sadar, tak mudah menjaga tetap sehat. Pemulihan kesehatan mental perlu waktu. Jika dibiarkan, kondisi itu memengaruhi interaksi dan relasi.
Dia sempat mencuit di Twitter mengenai berdamai dengan rasa cemas dengan berlatih menyadari diri atau mindfulness. Kicauan itu mendapat respons positif sehingga dirintislah ”Hening Serentak”.
Meditasi bersama lazim dimulai pukul 21.00–21.30 secara live. Sekitar 30 menit sebelumnya, Adjie membuka diskusi seputar kesehatan mental. Menit-menit awal dia mengajak obrolan ”wawiwu”—dalam bahasa Jawa berarti perbincangan aneka topik.
Pada 8 April 2020, bertepatan dengan meninggalnya musisi Glenn Fredly, Adjie mengawali obrolan dengan kabar lelayu. Dia dan istri kerap menonton konser Glenn dan sempat bekerja sama. Ada perasaan kehilangan atas sosok musisi baik hati itu.
”Di pandemi, perasaan mempunyai teman itu dibutuhkan,” kata dia.
Adjie juga membawakan topik ”Berlatih Duduk Diam Sunyi Menenangkan Diri di Tengah Pandemi”, ”Berdamai dengan Rasa Takut Menghadapi Corona”, dan ”Upaya Sederhana untuk Bahagia”. Semua dibawakan secara live di akun Instagram-nya.
Adjie memulai kegiatan Hening Serentak akhir Maret 2020. Hampir dua pekan lebih, meditasi jarak jauh berlangsung setiap hari berturut-turut, setiap pukul 21.00–21.30. Belakangan, jadwal disesuaikan lantaran dia harus mengisi pelatihan di instansi tertentu.
Adjie menceritakan, 80 persen dari ratusan orang yang ikut kegiatan Hening Serentak adalah perempuan. Itu sejalan dengan aktivitas konsultasi psikologi pada umumnya yang memang banyak diakses oleh perempuan. Saat bersamaan, masyarakat Indonesia masih percaya bahwa tabu bagi laki-laki untuk membicarakan isu kesehatan mental.
”Hening Serentak mengalir saja. Saya pun tak tahu sampai kapan bisa menyelenggarakannya,” ujarnya. Dia bersyukur inisiatif itu bisa mendatangkan manfaat.
Baca juga: Jaga Jiwa Selama Masa Bahaya Korona
Menyadari diri sendiri
Nchie Hanie, blogger asal Bandung, saat dihubungi terpisah, Rabu (6/5/2020), mengaku selalu mengikuti ”Hening Serentak”. Tidak jarang dia mencatat materi selama latihan.
”Serasa ada yang menemani. Latihan yang Adjie berikan sederhana, yaitu berlatih sadar kini tetapi bermanfaat ketika saya banyak hal harus dipikirkan. Menyadari diri sendiri itu penting,” ujarnya.
Lewat latihan itu, dia lebih mengenal diri sendiri, tenang, dan mengontrol kecemasan. Sebelum muncul kegiatan ”Hening Serentak”, dia sudah beberapa kali mengikuti aktivitas yang sama sehingga tubuhnya secara otomatis minta berlatih mandiri.
”Hanya kalau latihan meditasi dipandu, rasanya berbeda saja. Tidak sendirian. Mengikuti sesi berulang kali, lalu disertai diskusi, saya akan selalu dapat makna berbeda,” imbuhnya.
Dea, karyawan swasta di salah satu perusahaan media di Jakarta, juga mengaku menyempatkan mengikuti kegiatan Hening Serentak. Kalaupun tidak sempat ikut live, dia akan membuka konten rekamannya esokan harinya. Konten live oleh Instagram memungkinkan tersimpan 24 jam. Dari sanalah, dia mencatat materi selama sesi obrolan wawiwu, diskusi, ataupun usai meditasi yang biasanya masih menyisakan dialog singkat.
Dea mengenal Adjie ketika dia masih bekerja sebagai brand activation di pusat psikologi sebelum tahun 2019. Saat itu, kantornya menggelar talkshow memperingati Mental Health Day dan Adjie jadi salah satu pembicaranya. Dari sanalah, dia sering mengikuti konten-konten di akun Instagram Adjie. Dia kebetulan tertarik isu-isu psikologi, tetapi belum pernah berniat serius sampai datang ke psikolog.
Dea mengaku sebagai orang ekstrovert (terbuka). Ketika pembatasan sosial berskala besar terjadi, dia harus bekerja dari rumah dengan setumpuk pekerjaan mulai pagi sampai malam. Dengan karakter yang dimiliki, dia merasa kesulitan beradaptasi. ”Aku seperti kehilangan diriku,” katanya.
Kegiatan Hening Serentak memulihkan jiwa Dea. Setidaknya, dia bisa sejenak menjernihkan pikiran dari rutinitas pekerjaan. Latihan virtual bersama-sama membuatnya merasa punya banyak teman.
Setiap perkataan Adjie, kendati berjarak jauh, membantu mempermudah latihan. Ketika dipraktikkan sungguh-sungguh, dia kian menyadari diri sendiri, bisa mengontrol emosi, dan menenangkan tatkala pekerjaan menumpuk, juga tekanan akibat pandemi Covid-19.
Baca juga: Cemas di Tengah Gempuran Covid-19
Membahagiakan diri sendiri
Melalui halaman Gede Prama’s Compassion di Facebook, penulis dan pengajar meditasi Gede Prama juga memiliki kegiatan live meditasi yang disertai bincang-bincang. Sejak April 2020, topik bincang-bincang berkaitan dengan berdamai dengan keadaan pandemi Covid-19. Jadwalnya tidak setiap hari, tapi ada tayangan live siang pukul 12.00 waktu Indonesia tengah (WIT).
Pada 13 April 2020, misalnya, Gede angkat mengenai ”Bertumbuh dari Kesepian Menuju Kemandirian”. Dia awali obrolan dengan menceritakan kabar pemutusan hubungan kerja dan kisah ibu-ibu yang berjualan makanan demi bertahan hidup di tengah pembatasan sosial karena Covid-19.
”Manusia masih memiliki kecerdasan keikhalasan. Makna keberanian bergeser dari melawan menjadi keberanian dekat dengan ketulusan. Ketulusan menjalani hidup penuh penerimaan,” katanya. Langkah sederhana menerima adalah belajar memaafkan diri sendiri. Memberikan ruang tanpa penolakan dan tanpa rasa bersalah.
Ada orang yang tidak biasa di rumah lantas menjadi kesepian karena tidak mempunyai kawan. Sebenarnya kesepian adalah keadaan tanpa penerimaan ke dalam. Cara sembuh dari perasaan itu adalah belajar membahagiakan diri sendiri.
Virus korona baru bukan kebetulan. Virus itu bisa jadi bimbingan yang ”memaksa” manusia tidak lagi mencari kebahagiaan ke luar atau ke orang lain. Belajar membahagiakan diri sendiri berarti belajar ”berumah” dalam diri sendiri.
Saat mulai meditasi, Gede mengajak semua penonton live jarak jauh agar duduk nyaman dan mata dibuka sedikit. Diiringi bunyi musik seruling, dan sayup-sayup terdengar suara motor lalu lalang, Gede Parma berbicara membimbing.
”Semakin takut dan panik, semakin banyak berita palsu diproduksi dalam diri. Agar pikiran tak lagi memproduksi, istirahatlah. Istirahat adalah jiwa terdalam meditasi. Istirahat terhadap rasa bersalah, istirahat dari salah benar,” ujarnya.
Tayangan meditasi jarak jauh secara live tersebut tersimpan di halaman Gede Parma’s Compassion. Ratusan pemilik akun Facebook berkomentar, sebagian berupa kutipan selama sesi berlangsung. Misalnya, akun Damayanti Retno Satiti menuliskan, ”Ia yang melakukan yang terbaik di masa ini, sedang menyiapkan sesuatu yang terbaik di masa yang akan datang. Kata-kata indah dan menancap di hati saya yang saya baca bertahun-tahun lalu. Matur suksma Guruji.”
Pemilik akun Gus Kopang berkomentar, ”Matur suksma Guruji, atas pencerahnnya yang luar biasa buat keluarga kami. Sejak badai pandemi jadi lebih intens mengikuti pencerahannya Guruji. Setapak demi setapak menuju jiwa yang bertumbuh. Astungkara. Puji Tuhan telah diberikan kesempatan ini.”
Di luar itu, kegiatan meditasi jarak jauh untuk melatih mindfulness semakin marak berkembang. Informasi ajakan menyebar di ruang-ruang media sosial sampai aplikasi pesan instan. Di antara kegiatan memungut biaya. Peminatnya pun ada.
Psikolog Samanta Ananta juga membuka kelas yang dia beri nama Practice Mindfullness and Loving–Kindness Meditation. Kelas ini berlangsung tanggal 25 April 2020 menggunakan media Zoom. Kelas diikuti sekitar enam orang yang semuanya perempuan.
Kelas berlangsung hampir tiga jam diawali dengan paparan materi, diskusi, dan beberapa kali praktik meditasi. Untuk meditasi loving-kindness, Samanta mengajarkan empat tingkatan, yakni memaafkan diri sendiri, sayang diri sendiri, sayang kepada orang terkasih atau melukai, serta berkah dan harapan untuk orang lain.
Salah satu peserta, Anna, berani berbagi pengalamannya sehari-hari. Selain suka khawatir terhadap masa lalu, dia kerap kali mind reading atau menduga-duga kejadian belum pasti yang ternyata membuatnya letih.
”Kebanyakan orang sekarang baru merasa terancam karena ada bahaya, termasuk setelah diberitahu aturan pembatasan sosial akibat pandemi Covid-19. Artinya, manusia cenderung punya pikiran otomatis dan terjebak pada rutinitas sehingga melupakan hal-hal kini yang perlu diperhatikan. Meditasi melatih manusia lebih sadar lagi dari kondisi sekarang/saat ini,” ujar Samanta.
Virus korona baru menebarkan penyakit dan kematian. Namun, dengan bermeditasi bersama, banyak orang mampu berdamai dengan kondisi ini dengan jiwa sehat dan pikiran positif.
Baca juga: Hindari Hoaks dan Jaga Rutinitas, Kunci Lawan Stres Selama Isolasi Covid-19