Orangtua Siswa Angkat Bicara tentang Sekolah yang Kebanjiran
Orangtua siswa bersuara setelah banjir melanda sekolah anak-anak mereka. Bencana ini dikhawatirkan membuat lingkungan sekolah menjadi tidak sehat karena genangan air.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Orangtua siswa meminta pemerintah memperbaiki sekolah yang sering terkena banjir. Mereka mengkhawatirkan liburnya sekolah mengganggu aktivitas belajar anak-anak. Banjir yang beberapa kali melanda Jakarta juga dikhawatirkan membuat lingkungan sekolah menjadi tidak sehat.
Berdasarkan pantauan Kompas di SDN Sukabumi Utara 04, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Rabu (26/2/2020), dua siswa terlihat sedang membersihkan lantai kelas III. Selasa, banjir menggenangi ruang kelas setinggi 15 sentimeter.
Ikhfa (37), ibunda dari siswa kelas III, Nur Azizah, menjelaskan, saat banjir melanda beberapa wilayah di DKI Jakarta pada Selasa, Nur sudah siap berangkat ke sekolah. Namun, pada pukul 07.00, guru kelas memberitahukan bahwa sekolah diliburkan.
Menurut dia, banjir sering terjadi di sekolah ini. Oleh sebab itu, ia meminta agar bangunan sekolah ditinggikan. ”Kalau bisa, dibikin tingkat biar kalau lantai satu banjir, di lantai dua masih bisa belajar,” kata Ikhfa ketika ditemui di depan sekolah.
Guru SDN Sukabumi Utara 04 Pagi, Sutarmin, menjelaskan, sekolah ini sudah tiga kali dilanda banjir selama 2020. Banjir paling tinggi terjadi pada awal tahun. ”Waktu awal tahun, tanggul di sebelah kanan yang setingggi 1,5 meter itu saja lewat sama air,” ucapnya.
Menurut dia, air berasal dari kali selebar 7 meter yang berada di sisi kanan sekolah. Pantauan Kompas, tanggul yang membatasi bangunan sekolah dan kali roboh sepanjang 3 meter.
Ia menyebutkan, sekolah sudah mengajukan permohonan rehabilitasi total kepada dinas pendidikan. Berdasarkan rencana, sekolah akan menjadi empat tingkat. Lantai dasar juga akan ditinggikan. Bantuan kemungkinan terealisasi pada 2021.
”Untuk tanggul yang roboh, sekolah juga sudah memberitahukan Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Barat, untuk diperbaiki,” katanya.
Banjir pada Selasa membuat mundur jadwal ujian penilaian tengah semester (PTS) di sekolah tersebut. Seharusnya, PTS dilaksanakan hingga Kamis, 27 Februari. Berhubung Selasa sekolah diliburkan, sekolah yang memiliki 240 murid ini akhirnya menjadwalkan PTS hingga Jumat, 28 Februari.
Di Jakarta Timur, genangan sisa banjir masih terlihat di depan SDN Kramat Jati 02. Guru kelas III, Yati Rohendrayati, menjelaskan, banjir yang terjadi Selasa baru surut pukul 09.00. Siswa yang telanjur datang ke sekolah dan kelasnya berada di lantai satu disuruh pulang. Sementara siswa yang kelasnya berada di lantai dua tetap belajar.
Menurut Yati, banjir berasal dari dua titik. Pertama, air merembes dari bangunan di sebelah kanan sekolah yang posisinya lebih tinggi dari bangunan sekolah. Kemudian, air juga naik dari dari saluran air selebar 1 meter yang mengalir di sisi kiri sekolah.
Seingat Yati, sudah tiga kali banjir menggenangi sekolahnya. Selain banjir pada awal tahun, sekolah juga tergenang ketika hujan lebat pada Jumat, 24 Januari. Bahkan, banjir akhir Januari itu membuat jebol tanggul pembatas yang berada di sisi kanan sekolah selebar 2 meter. Kini, tanggul tersebut sudah diperbaiki.
Rina (38), orangtua siswa, menyaksikan langsung detik-detik tanggul itu jebol. Saat banjir pada Jumat itu, ia sedang menjemput anaknya, Talita, siswa kelas IV. ”Waktu itu, hujan deras banget. Terus, ada bunyi gludak-gluduk. Saya yang berencana untuk merekam itu jadi enggak berani karena takut melihat tanggul yang jebol itu,” tuturnya.
Dia berharap, pemerintah segera memperbaiki sekolah anaknya. Genangan air yang tak kunjung surut di depan sekolah juga harus diperbaiki. ”Genangan air ini kalau dibiarkan terus nanti jadi sarang nyamuk. Anak-anak, kan, main di sekitar situ,” ujarnya.
Orangtua siswa lainnya, Fathonah (50), menambahkan, liburnya sekolah akibat banjir dikhawatirkan membebani anaknya. Pada Selasa, anaknya yang duduk di kelas II disuruh libur oleh guru kelas. ”Takutnya, kalau libur begini, materi pelajarannya jadi menumpuk. Dalam satu semester, anakku juga beberapa kali izin karena sakit. Khawatirnya, nanti dia ketinggalan pelajarannya,” katanya.
Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Nahdiana menjelaskan, per hari Rabu ini tinggal 88 sekolah yang belum melaksanakan proses belajar mengajar. Sebelumnya, ada 375 sekolah yang terdampak banjir. Dia memastikan, siswa yang sekolahnya masih terdampak banjir tetap belajar di rumah dalam pengawasan orangtua dan guru.
Menurut dia, penanganan banjir bersifat lintas sektor. Dinas pendidikan hanya memastikan mutu dan kualitas pendidikan tetap terjaga di tengah bencana. Jika ada infrastruktur sekolah yang rusak, kepala sekolah bisa mengusulkan permohonan bantuan perbaikan.