Latihan Perang Itu Berujung Kabar Duka
Sekilas pendaratan kendaraan-kendaraan amfibi dari kapal perang itu terlihat lancar. Ternyata di kegelapan pagi itu, ada duka tertutupi. Satu tank amfibi tenggelam bersama beberapa prajurit Marinir di dalamnya.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F09%2F06%2Fab82f87c-8e51-4b9d-85b2-e7af7611276f_jpg.jpg)
Ratusan prajurit Marinir diterjunkan dalam operasi pendaratan amfibi di Pantai Banongan, Situbondo, Jawa Timur, Sabtu (2/2/2008).
Langit masih gelap, pekat. Debur ombak mengempas pasir seiring angin laut yang mengerakkan dedaunan semak di Pantai Banongan, Situbondo, Jawa Timur.
Sesekali suara kokok ayam jantan terdengar dari arah perkampungan penduduk, seakan menjadi alarm datangnya fajar. Azan Subuh lamat-lamat terdengar bersautan dari masjid dan mushala kampung.
Di tengah kegelapan pagi, perlahan terdengar suara gemuruh menderu, makin lama makin kencang. Bersamaan dengan itu, bayangan mesin-mesin perang amfibi merapat ke pantai.
Sontak dari dalamnya berhamburan prajurit Marinir dengan persenjataan lengkap. Dalam hitungan menit, di sepanjang garis pantai itu sudah penuh ratusan prajurit. Mereka menyebar, menguasai pantai dengan posisi siaga siap menyerang.
Pemandangan ini bagian dari latihan pendaratan amfibi oleh Armada Jaya TNI AL, Sabtu (2/2/2008). Latihan digelar di tengah musim hujan yang tak menentu.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F09%2F06%2F48c34e93-be45-43a1-b868-c8a27ce63700_jpg.jpg)
Prajurit Marinir menumpang kendaraan amfibi pengangkut artileri jenis K-61 mendarat di Pantai Banongan, Situbondo, Jawa Timur, Sabtu (2/2/2008).
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F09%2F06%2F82e5f796-2811-488e-bd81-f74a506c66c9_jpg.jpg)
Tank pengangkut amfibi jenis BTR 50 P menurunkan prajurit Marinir di Pantai Banongan, Situbondo, Jawa Timur, Sabtu (2/2/2008).
Saat fajar menyingsing, bayang-bayang mesin perang di pantai mulai tampak jelas. Tampak di laut jauh, kapal-kapal perang milik TNI AL berhenti berjajar dengan formasi pintu palka lambung menghadap ke pantai.
Rupanya mesin-mesin amfibi berisi prajurit Marinir tersebut keluar dari kapal-kapal itu.
Ikut dalam pendaratan amfibi adalah Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso yang akan dinobatkan sebagai warga kehormatan Korps Marinir.
Dengan menumpang kendaraan amfibi pengangkut artileri jenis K-61, Djoko yang didampingi sejumlah petinggi TNI AL dan Korps Marinir ikut meluncur dari kapal perang.
Bergabung dalam operasi pendaratan amfibi menjadi salah satu prosedur yang harus dijalani Djoko sebelum berhak atas penyematan brevet dan baret ungu sebagai simbol masuk dalam keluarga besar Korps Marinir.
Sesampainya di pantai, dilakukan prosesi penobatan Djoko sebagai anggota kehormatan Korps Marinir dan dipimpin Komandan Korps Marinir Mayor Jenderal (Mar) Nono Sampono.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F09%2F06%2F1680896e-344b-445a-8b59-12db490e15f9_jpg.jpg)
Panglima TNI Djoko Santoso naik kendaraan amfibi pengangkut artileri jenis K-61 saat mengikuti operasi pendaratan amfibi di Pantai Banongan, Situbondo, Jawa Timur, Sabtu (2/2/2008).
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F09%2F06%2Feff2f70b-00b1-4549-a1d1-78354e3e9cea_jpg.jpg)
Panglima TNI Djoko Santoso (depan) saat mengikuti operasi pendaratan amfibi di Pantai Banongan, Situbondo, Sabtu (2/2/2008).
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F09%2F06%2Fce30ab97-d4b1-45fa-b47f-6089d1052c4d_jpg.jpg)
Prajurit Marinir berbaris saat mengikuti kegiatan pendaratan amfibi di Pantai Banongan, Situbondo, Sabtu (2/2/2008).
Perang darat
Sekilas operasi pendaratan amfibi dan penobatan anggota kehormatan Korps Marinir tersebut berjalan sesuai skenario. Beberapa personel Marinir kemudian memanggul Panglima TNI dan mengaraknya di pantai.
Ratusan prajurit lainnya menyambut dengan pekik komando khas Marinir. Semuanya tampak normal-normal saja. Setidaknya begitu yang terlihat oleh pasang mata puluhan tamu undangan dan wartawan yang hadir.
Namun, di tengah suasana gembira dan kesiagaan latihan itu, sempat tertangkap oleh pandang mata saya adanya sejumlah personel kesehatan dengan membawa peralatan medis yang bergegas menuju pantai. Mereka lalu naik perahu motor yang membawa mereka ke tengah laut.
Sikap skeptis sebagai wartawan mendorong saya bertanya kepada seorang perwira yang duduk di samping tentang kemungkinan terjadinya sesuatu. ”Oh, enggak ada apa-apa itu, Mas. Cuma patroli dan siaga saja selama latihan,” kata Mayor (Mar) Novarin Gunawan, Kepala Dinas Korps Marinir.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F09%2F06%2F9b1e4ee8-a78b-4792-98cf-27acd0a5e377_jpg.jpg)
Personel medis Korps Marinir menumpang perahu karet bermotor meninggalkan Pantai Banongan, Situbondo, Sabtu (2/2/2008).
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F09%2F06%2Ff309f3a1-85e9-490e-b5b7-78090da2abda_jpg.jpg)
Personel intai amfibi Korps Marinir diterjunkan dari helikopter di Pantai Banongan, Situbondo, Sabtu (2/2/2008).
Latihan berlanjut dengan pengerahan pasukan dan kendaraan-kendaraan tempur ke arah darat, tepatnya menuju Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) Karangtekok, Situbondo.
Prajurit-prajurit infanteri diiringi tank, artileri, dan kendaraan peluncur roket merangsek dari pantai ke arahhutan dan perbukitan gersang di perbatasan Kabupaten Situbondo dan Banyuwangi. Hingga tengah hari yang terik, puluhan wartawan disuguhi aksi tempur prajurit Marinir.
Meskipun telah beberapa kali meliput latihan perang, baru kali ini terasa istimewa karena banyaknya prajurit dan peralatan tempur yang dikerahkan. Suasana Puslatpur Karangtekok saat itu bak medan perang seperti yang terlihat di film-film.
Menjelang sore, latihan berhenti dan wartawan pun mulai sibuk mengolah serta mengirim berita. Setelah berhasil mengirim foto ke kantor, saya dan beberapa teman wartawan media yang berbasis di daerah pamit untuk kembali ke Surabaya.
Sementara belasan wartawan lainnya yang ikut bersama rombongan Panglima TNI kembali ke Jakarta dengan penerbangan dari Surabaya.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F09%2F06%2F7f5ae5ba-903d-4692-9570-c9daea25dbf1_jpg.jpg)
Peluncur roket jenis RM 70 Grad milik Korps Marinir menembakkan roket, di Pusat Latihan Tempur Karangtekok, Situbondo, Sabtu (2/2/2008).
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F09%2F06%2F86225ba7-6ba5-4931-9143-f827e1d95d5b_jpg.jpg)
Prajurit Marinir menembakkan artileri saat berlatih di Puslatpur Marinir Karangtekok, Situbondo, Sabtu (2/2/2008).
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F09%2F06%2Fe0420fbb-98eb-4099-9abb-1a780f4218bd_jpg.jpg)
Personel Marinir berbaris di Pantai Banongan, Situbondo, Sabtu (2/2/2008).
Kabar duka
Keesokan harinya, Minggu (3/2/2008), terbit berita dan foto tentang Latihan Armada Jaya tersebut di beberapa media cetak. Termasuk di dalamnya, cerita tentang penobatan Panglima TNI sebagai anggota kehormatan Korps Marinir.
Namun, menjelang siang, saya menerima pesan singkat di ponsel dari salah satu personel Marinir di Surabaya yang sudah saya kenal baik. Pesannya bernada protes terhadap berita yang keluar di media, yakni mengapa isi berita hanya tentang latihan perang dan penobatan Panglima TNI saja.
Seketika saya telepon untuk menanyakan maksud pesan itu. ”Kok, yang diberitakan di koran cuma latihan perang dan Panglima TNI saja, Mas? Kan, kemarin juga ada kejadian kecelakaan pas latihan. Ada korbannya, lho,” katanya yang membuat saya terkejut.
Segera teman tersebut menceritakan kalau ada satu tank pendarat amfibi yang terempas gelombang besar dan hilang, sekitar 400 meter sebelum mencapai pantai.
Ada 15 prajurit di dalamnya, 9 orang berhasil keluar, sementara 6 lainnya terjebak di dalam. Satu prajurit yang kemudian berhasil keluar, hanyut dan belum ditemukan.
”Mas jangan ditulis kalau dapat info ini dari saya, ya,” begitu pesan teman Marinir tersebut mengakhiri percakapan.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F09%2F06%2F4e8ffb89-89d4-403d-ade2-95fe1e8fecc8_jpg.jpg)
Berita foto Latihan Armada Jaya di Puslatpur Karangtekok, Situbondo, keluar di koran Kompas edisi Minggu (3/2/2008).
Langsung saya mengabari editor Kompas Biro Jatim yang ada di Surabaya. Informasi itu lalu diteruskan ke kantor Redaksi Kompas di Jakarta yang kemudian meminta dilakukannya konfirmasi kepada pejabat TNI AL.
Karena saya yang berada di lokasi kejadian, sayalah yang kemudian ditugasi mengonfirmasi kabar itu dan menuliskan beritanya meskipun kedatangan saya ke lokasi sebenarnya untuk memotret.
Sebagai konfirmasi pertama, saya mencoba mengontak Kepala Dinas Penerangan Komando Armada Kawasan Timur Letnan Kolonel Laut (Kh) Toni Syaiful. Namun, pesan singkat yang saya kirim tidak direspons. Demikian pula dengan panggilan telepon saya.
Kabar tentang kecelakaan tersebut kemudian merebak di kalangan teman-teman wartawan yang ikut meliput latihan perang. Semua mengaku menemui jalan buntu ketika meminta konfirmasi kepada para pejabat dilingkungan TNI AL.
Kami kebingungan saat ditanya balik oleh pejabat TNI AL tentang sumber informasi kecelakaan tersebut karena kami harus melindungi narasumber kami. Karena belum ada konfirmasi resmi, kami tidak berani menurunkan berita hanya dengan mengandalkan sumber anonim.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F09%2F06%2F82f5c68b-2e11-40b3-b099-8b5da93c1dc0_jpg.jpg)
Prajurit Marinir naik tank amfibi BTR 50 P di Puslatpur Marinir Karangtekok, Situbondo, Sabtu (2/2/2008).
Sedikit asa muncul ketika salah satu media daring berani menurunkan berita tenggelamnya tank amfibi dengan menyebut informasi berasal dari sumber yang dapat dipercaya. Bermodal berita daring tersebut, saya kembali mengontak beberapa pejabat TNI AL untuk konfirmasi.
Menjelang sore, sebuah pesan singkat masuk ke ponsel saya dari Letnan Kolonel Toni Syaiful, ”Sebentar lagi ada konpers (konferensi pers) dari Bapak Kadispenal di Jakarta, ya, Mas. Maaf kalau agak lambat responsnya.”
Konferensi pers oleh Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama Iskandar Sitompul disiarkan langsung di beberapa kanal berita televisi. Ia membenarkan kabar tenggelamnya tank amfibi tersebut.
Dijelaskan, sebuah tank pendarat amfibi Marinir jenis BTR 50 P yang ditumpangi 15 prajurit Marinir tenggelam di lepas Pantai Banongan, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, Sabtu (2/2/2008) pukul 04.30 WIB. Dalam insiden yang berlangsung di tengah latihan TNI AL itu, enam personel Marinir tewas dan seorang lainnya masih dicari.
”Tank yang tenggelam sudah ditemukan di kedalaman sekitar 30 meter dengan jarak 400 meter dari pantai. Tank amfibi itu akan segera diangkat untuk kemudian diselidiki mengapa sampai tenggelam,” ujarnya.
Saya kemudian mengontak Kadispen Korps Marinir Mayor Novarin Gunawan untuk menanyakan kenapa saat di Pantai Banongan tak ada kabar itu. Kecurigaan saya saat melihat adanya pergerakan personel medis di pantai ternyata terbukti, yakni telah terjadi peristiwa darurat.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F09%2F06%2F39f56059-6e43-49d5-8dc2-9cbaf4ab1827_jpg.jpg)
Berita tenggelamnya tank amfibi keluar di koran Kompas edisi Senin (4/2/2008).
”Sebenarnya pas sampeyan nanya kemarin itu saya sudah tahu ada kejadian tenggelam Mas, tetapi kan saat itu masih ada acara Panglima TNI jadi saya enggak berani mengganggu,” katanya beralasan.
Dengan adanya konfirmasi tersebut, saya pun bisa menulis beritanya untuk segera dikirim ke kantor di Jakarta. Di sela membuat berita, kami para wartawan yang sebelumnya meliput latihan perang tersebut saling bertukar informasi dan kabar.
Kami semua penasaran dengan kejadian tersebut. Peristiwa sebenarnya terjadi di ”depan” mata, tetapi ternyata tak terdeteksi sama sekali. Terlebih, kecurigaan yang sempat muncul saat melihat pergerakan tim medis Korps Marinir di sela-sela pendaratan hanya mendapat jawaban normatif. Pupuslah rasa curiga. Ditambah, semua informasi seolah tertutup rapat demi kelancaran kegiatan.
Namun, semua terbongkar berkat pertemanan pribadi para wartawan dengan para personel Marinir yang sudah seperti saudara.
Kehilangan tujuh rekan mereka saat latihan menjadi pukulan menyedihkan, apalagi jika kepergian mereka seolah disembunyikan dari kenyataan.
Selamat jalan para pejuang, nama kalian akan dikenang di Korps Marinir.
Jalesu Bhumyamca Jayamahe! Di darat dan di laut kita jaya!