Sebanyak 42 Desa di Aceh Utara Kembali Tergenang Banjir
Pada 2020, Kabupaten Aceh Utara dilanda 20 kali banjir dan longsor. Paling sering bencana banjir luapan. Kerusakan daerah aliran sungai (DAS) mempercepat banjir.
Oleh
ZULKARNAINI MASRY
·2 menit baca
LHOKSUKON, KOMPAS — Sebanyak 42 desa di Kabupaten Aceh Utara, Aceh, kembali direndam banjir sejak Jumat (12/11/2021) sore. Akibatnya, ratusan warga terpaksa mengungsi.
Data Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) menyebutkan, desa-desa itu ada di Kecamatan Matangkuli, Pirak Timu, Lhoksukon, dan Kecamatan Cot Girek. Banjir membuat ratusan rumah warga terendam hingga 30-50 sentimeter. Hal itu membuat sebagian penghuni rumah mengungsi ke kantor desa dan masjid. Selain itu, sekitar 120 hektar sawah dan beberapa sekolah juga ikut terendam.
Kepala BPBA Ilyas, Sabtu (13/11/2021), mengatakan, banjir dipicu luapan Sungai Keureuto dan Sungai Krueng Pasee. Selain hujan deras, daerah aliran sungai di sekitarnya juga kritis. Akibatnya, rawan terjadi penambahan debit air dan berpotensi meluap ke permukiman.
Banjir rawan terjadi di Aceh Utara saat musim hujan. Pada 2020, Aceh Utara dilanda 20 kali banjir dan longsor. Kerusakan daerah aliran sungai (DAS) mempercepat dampaknya bagi warga.
Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Krueng Aceh Eko Nurwijayanto mengatakan, berkurangnya tutupan hutan rentan memicu bencana, termasuk banjir. Ketika hujan dengan intensitas tinggi, sungai tidak mampu menampung debit air. Berkurangnya tutupan hutan di hulu juga telah mempercepat kerusakan DAS.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Aceh Muhammad Nur mengatakan, pemulihan DAS menjadi salah satu strategi jangka panjang mengurangi bencana alam. Sementara solusi jangka pendek membangun infrastruktur yang memadai, seperti perbaikan tanggul sungai dan normalisasi sungai.
”Upaya perbaikan belum sepenuhnya efektif. Selama hutan tidak dipulihkan dan infrastruktur tidak dibangun, Aceh akan terus disergap bencana,” katanya.