Sri Mulyani: G-20 Sepakat Membangun Mekanisme Pencegahan Pandemi
Perbedaan kapasitas antarnegara dalam mengatasi ancaman kesehatan merupakan tantangan besar dalam upaya pemulihan ekonomi global.
Oleh
Dimas Wataditya Nugraha
·3 menit baca
AP PHOTO/ALESSANDRA TARANTINO
Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati (tengah) tiba untuk pertemuan para menteri keuangan dan kesehatan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 di Salone delle Fontane di Roma, Italia, Jumat (29/10/2021).
JAKARTA, KOMPAS — Perbedaan kapasitas antarnegara dalam mengatasi ancaman kesehatan merupakan tantangan besar dalam upaya pemulihan ekonomi global. Karena itu, para negara anggota Kelompok 20 atau G-20 menyepakati untuk menyiapkan mekanisme pencegahan pandemi Covid-19.
Dalam pertemuan antara para menteri keuangan dan menteri kesehatan negara anggota G-20, yang merupakan rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) negara anggota G-20, di Roma, Italia, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menekankan pemulihan ekonomi dunia bergantung pada seberapa cepat dunia mampu menahan penyebaran pandemi Covid-19.
Sri Mulyani mengatakan, para menteri keuangan dan menteri kesehatan G-20 berkomitmen untuk mengendalikan pandemi di dunia secepat mungkin. Komitmen tersebut akan diwujudkan dengan memperkuat kapasitas sistem kesehatan, serta memastikan akses yang tepat waktu, adil, aman, dan terjangkau terhadap vaksin serta sarana dan prasarana kesehatan.
Komitmen pengendalian pandemi diwujudkan dengan memperkuat kapasitas sistem kesehatan, serta memastikan akses yang tepat waktu, adil, aman dan terjangkau terhadap vaksin serta sarana dan prasarana kesehatan.
”Kepemimpinan G-20 menjadi bagian penting dalam mempromosikan aksi global yang terkoordinasi untuk mendeteksi dan mengatasi ancaman kesehatan di masa depan,” kata Sri Mulyani saat menyampaikan keterangan melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden yang dipublikasikan pada Sabtu (30/10/2021).
Sri Mulyani mengatakan, hingga saat ini ada negara dengan jumlah vaksinasi kurang dari 3 persen jumlah penduduk negara mereka. Vaksinasi di negara miskin rata-rata baru 6 persen dari jumlah penduduk.
Sementara di sisi lain, negara-negara maju sudah melaksanakan vaksinasi untuk 70 persen jumlah penduduk. Bahkan, ada negara yang vaksinasinya mendekati 100 persen penduduk dan telah memberikan suntikan ketiga atau boosting.
BIRO PERS SEKRETARIAT PRESIDEN
Presiden Joko Widodo bersama pemimpin negara G-20 menghadiri pertunjukan kebudayaan sebelum pelaksanaan jamuan makan malam resmi oleh Presiden Italia, di Roma, Jumat (30/10/2021).
Dikarenakan pandemi Covid-19 telah menjadi ancaman nyata bagi perekonomian dunia, maka negara G-20 sepakat untuk membangun mekanisme pencegahan pandemi. Untuk itu, negara-negara di dunia perlu menyiapkan langkah-langkah menghadapi pandemi dengan lebih baik.
Persiapan menghadapi pandemi, lanjutnya, sangat bergantung pada ada tidaknya kesepakatan protokol kesehatan antarnegara. Di samping itu, perlu adanya pengaturan tata kelola karena selama ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hanya membicarakan standar tanpa adanya pembahasan mengenai pendanaan.
”Penguatan peran dan kapasitas WHO merupakan hal yang krusial dalam penguatan sistem kesehatan global yang transparan dan inklusif,” ujarnya.
Dalam mencapai tujuan itu, diperlukan kepastian ketersediaan sumber daya yang memadai, termasuk melalui peningkatan kapasitas pembiayaan multilateral development bank (MDB) dan pengembangan fasilitas pembiayaan baru.
Sri Mulyani mengatakan, Presiden Joko Widodo turut mendorong agar arsitektur kesehatan global harus diperkuat. Hal tersebut terdiri dari kolaborasi antarnegara untuk memperkuat akses vaksinasi kala terjadi pandemi serta penyediaan fasilitas terapi, diagnosis, dan alat pelindung.
Indonesia tahun ini akan melanjutkan estafet kepemimpinan G-20 dari Italia. Indonesia juga telah menyepakati pembentukan Gugus Tugas Gabungan Keuangan-Kesehatan (The G20 Joint Finance-Health Task Force) sebagai mekanisme kerja sama dalam menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi.
”Sebagai Presidensi G-20 di tahun 2022, Indonesia siap untuk melanjutkan upaya ini karena kami percaya bahwa sangat penting untuk memfasilitasi upaya global untuk pulih bersama dan pulih lebih kuat,” jelas Sri Mulyani sebagai perwakilan Indonesia.
AFP/ALBERTO PIZZOLI
Sejumlah aktivis dari Amnesti Internasional dan Emergency dan Oxfam menggelar aksi untuk mengecam situasi ketimpangan akses vaksin di dunia menjelang berlangsungnya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 di Piazza Vittorio, Roma. Italia, Jumat (29/10/2021).
G-20 telah menyatakan komitmen bersama dalam upaya mengendalikan pandemi dengan target vaksinasi 40 persen dari total populasi global di akhir 2021 dan 70 persen di pertengahan 2022. Indonesia juga siap untuk melanjutkan upaya penting ini dalam memfasilitasi upaya global untuk pulih bersama dan pulih lebih kuat.
Peran kepemimpinan G-20 dinilai sangat krusial untuk meningkatkan kerja sama global dalam mendorong ketersediaan vaksin, produk kesehatan esensial, input untuk mengurangi kendala, dukungan untuk memperkuat ketahanan rantai pasok, menambah distribusi vaksin, meningkatkan administrasi, serta kapasitas industri lokal seperti transfer pengetahuan dalam penggunaan teknologi dan produksi vaksin bersama.
Di sisi lain, pemerintah Indonesia akan melanjutkan dukungan kebijakan anggaran yang mencakup intervensi kesehatan untuk melindungi masyarakat dari Covid-19, bantuan untuk melindungi rumah tangga dan bisnis dari kesulitan sebagai dampak pandemi, serta agenda reformasi struktural untuk mempercepat pemulihan ekonomi dan menjaga pertumbuhan jangka panjang.