Buangi Tomat karena Harga Anjlok, Petani Gayo Butuh Industri Pengolahan
Biasanya harga jual tomat di tingkat petani antara Rp 3.000 dan Rp 4.000 per kilogram. Namun, sejak dua minggu lalu, harga turun menjadi Rp 500 hingga Rp 1.000 per kilogram. Petani pun membuang tomatnya.
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
SIMPANG TIGA REDELONG, KOMPAS — Memasuki masa panen, harga tomat di dataran tinggi Gayo, Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh, jatuh ke titik terendah. Petani merugi karena tomat tidak terserap pasar, bahkan membuangnya. Petani membutuhkan industri pengolahan yang bisa konsisten menyerap produknya.
Muhammad Haris (48), petani tomat dari Desa Simpang Tiga, Kecamatan Bukit, Bener Meriah, dihubungi pada Selasa (3/8/2021) mengatakan, biasanya harga jual tomat di tingkat petani antara Rp 3.000 dan Rp 4.000 per kilogram. Namun, sejak dua minggu lalu harga turun menjadi Rp 500 hingga Rp 1.000 per kilogram.
”Kadang tidak ada pembeli, akhirnya tomat busuk, terpaksa saya buang,” kata Haris.
Haris mengatakan, dari lahan 1 hektar, dia memanen 10 ton tomat. Dengan modal tanam Rp 20 juta dan harga jual saat ini Rp 500, dia mengalami kerugian Rp 10 juta. Adapun jika harga jual Rp 1.000, itu hanya balik modal.
”Minggu lalu saya petik satu karung, saya tunggu pembeli dari pasar (pedagang eceran), tidak ada yang datang. Saya tidak semangat lagi,” ujar Haris.
Haris mengatakan, dirinya tidak tahu mengapa belakangan harga tomat anjlok. Namun, yang membuat Haris heran harga cabai dan holtikultura yang lain masih stabil. ”Pemerintah seharusnya mencari solusi, jangan biarkan petani rugi,” kata Haris.
Kawasan Gayo juga sangat butuh industri pengolahan berbahan baku tomat, seperti industri saus agar produk petani terus terserap.
Ketua Asosiasi Pedagang Sayur Bener Meriah Sabardi mengatakan, saat ini memang masa panen komoditas tomat. Biasanya tomat dari Gayo dipasarkan ke sejumlah kabupaten di Aceh, seperti Bireuen, Lhokseumawe, Aceh Utara, dan Banda Aceh. Namun, belakangan tidak ada permintaan dari kabupaten tersebut.
”Gara-gara tidak terserap oleh pasar luar, makanya tomat menumpuk di sini. Kami (pedagang) tidak mungkin beli karena tidak tahu mau jual ke mana,” ujar Sabardi.
Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perdagangan Bener Meriah Syafri Riswandi mengatakan, turunnya harga tomat adalah reaksi pasar atas produksi yang melimpah, sedangkan permintaan menurun.
Setelah Idul Adha, permintaan menurun karena konsumsi warga kembali ke situasi normal. Sementara pada saat yang sama. petani sedang panen raya. ”Pedagang pengumpul kesulitan dalam mendistribusikan hasil panen para petani,” kata Syafri.
Syafri menambahkan, Bener Meriah dan Aceh Tengah adalah sentra penghasil tomat. Daerah itu membutuhkan fasilitas penyimpanan sementara (cold storage). Saat panen raya, hasil panen dapat disimpan dan menjual kembali saat harga membaik.
Selain itu, kawasan Gayo juga sangat butuh industri pengolahan berbahan baku tomat, seperti industri saus agar produk petani terus terserap. Kondisi saat ini diharapkan membuka peluang investasi untuk membangun industri berbahan baku tomat.