logo Kompas.id
Bebas AksesMenanti ”Tunas” Harapan Tumbuh...
Iklan

Menanti ”Tunas” Harapan Tumbuh dari Pupuk Fakfak

Kehadiran industri pupuk di Fakfak diharapkan muncul sebagai kesejahteraan masyarakat setempat secara menyeluruh.

Oleh
NASRUN KATINGKA
· 7 menit baca
Suasana sore di Kampung Andamata, Distrik Arguni, Kabupaten Fakfak, Papua Barat, Sabtu (25/11/2023). Kampung ini menjadi lokasi pembangunan kawasan industri baru pupuk yang menjadi proyek strategis nasional.
KOMPAS/NASRUN KATINGKA

Suasana sore di Kampung Andamata, Distrik Arguni, Kabupaten Fakfak, Papua Barat, Sabtu (25/11/2023). Kampung ini menjadi lokasi pembangunan kawasan industri baru pupuk yang menjadi proyek strategis nasional.

Hilir mudik masyarakat menggunakan perahu, Sabtu (25/11/2023) siang, tampak ramai di dermaga pasar tradisional Distrik Kokas, Kabupaten Fakfak, Papua Barat. Seperti pasar pada umumnya, serba-serbi obrolan berlangsung, tak terkecuali ihwal acara peletakan batu pertama pembangunan industri pupuk di Distrik Arguni.

Wilayah Kokas menjadi distrik terakhir yang terkoneksi jalur darat daratan utama Fakfak yang menghubungkan daerah lain di pesisir dan pulau kecil lainnya. Lokasi ini menjadi pertemuan masyarakat di sekitar distrik pesisir dan pulau kecil di utara Kabupaten Fakfak, termasuk masyarakat Distrik Arguni, lokasi kawasan Industri pupuk yang menjadi proyek investasi dari PT Pupuk Kalimantan Timur.

Masih hangat perbincangan mereka tentang kedatangan Presiden Joko Widodo untuk meresmikan permulaan pembangunan kawasan industri Fakfak yang telah dilakukan pada Kamis (23/11/2023). Proyek strategis nasional yang ditargetkan beroperasi pada 2028 itu diharapkan bisa memberikan dampak besar bagi masyarakat, daerah, dan negara.

Baca juga : Proyek Industri Pupuk di Fakfak Dimulai, Ikhtiar Indonesia Berdaulat Pangan

Kawasan industri pupuk Fakfak ini nantinya bisa memproduksi pupuk urea sebanyak 1,15 juta ton dan amonia 825.000 ton per tahun. Dengan demikian, Pupuk Kaltim, badan usaha milik negara (BUMN) di bawah PT Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC), akan semakin menopang kebutuhan pupuk urea nasional sekitar 6 juta ton per tahun. Saat ini Pupuk Kaltim telah mampu memproduksi 3,2 juta ton urea.

Aktivitas pengerjaan konstruksi awal di kawasan industri pupuk Fakfak di Distrik Arguni, Kabupaten Fakfak, Papua Barat, Sabtu (25/11/2023).
KOMPAS/NASRUN KATINGKA

Aktivitas pengerjaan konstruksi awal di kawasan industri pupuk Fakfak di Distrik Arguni, Kabupaten Fakfak, Papua Barat, Sabtu (25/11/2023).

Di lokasi pembangunan, seusai peletakan batu pertama, proses pembangunan kawasan industri yang akan mencapai 500 hektar tersebut terus dikebut. Puluhan pekerja dan sejumlah alat berat mulai melakukan pengerjaan konstruksi. Sejumlah bangunan modular mulai menapak berdampingan dengan tebing karst dan pohon-pohon yang menjulang hingga 50-100 meter.

Ke depan, proyek dengan total investasi Rp 30 triliun tersebut akan melibatkan hingga 10.000 pekerja pada masa puncak konstruksi. Adapun diproyeksikan ada 400 pekerja saat beroperasi penuh sebagai kawasan industri. Angka ini diharapkan bisa berkontribusi pada angka ketenagakerjaan di Fakfak.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat partisipasi angkatan kerja di Kabupaten Fakfak pada tahun 2022 sebesar 63,29 persen, menurun dari tahun sebelumnya 71,53 persen. Adapun tingkat pengangguran terbuka tahun 2022 mencapai 6,75 persen, turun dari 7,90.

Baca juga : Industri Pupuk, Ketahanan Pangan, dan Hidup Mati Bangsa

Keyakinan dan kecemasan

Masyarakat kini banyak memupuk harapan keyakinan positif, tetapi juga turut diiringi dengan secercah kecemasan dari ”tunas” yang akan muncul dari kehadiran kawasan industri tersebut. Masyarakat lima kampung di distrik tersebut, yakni Arguni, Tafer, Andamata, Fior, dan Furir, ingin kehadiran kawasan ini harus bisa tetap menjaga laut dan darat yang telah dijaga masyarakat secara turun-temurun.

https://cdn-assetd.kompas.id/lX_OjIuc8fso27yCKZ-LY-YK5dc=/1024x1283/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F03%2F04%2F472b4402-4559-48a0-884d-d74cde221394_png.png

Kawasan industri yang terletak di antara Kampung Fior dan Andamata tersebut diharapkan akan sejalan dengan berbagai kesepakatan yang telah dilakukan pemerintah dan investor. Tokoh masyarakat, seperti Raja Arguni, Hanafi Pauspaus, memiliki harapan besar dari kesepakatan bersama dalam Gelar Tikar Adat (Wewowo) yang sudah dilaksanakan pada Juli 2023.

Masyarakat meminta komitmen antara semua pihak bisa dijalankan dengan sebaik-baiknya. Abuhari Patiran (54), warga Kampung Furier, menilai, pemerintah dan perusahaan telah melakukan pendekatan yang diharapkan. Namun, tetap saja masyarakat akan mengawal janji-janji yang telah disepakati.

Baca juga : Pupuk Kaltim Amankan Pasokan Gas di Fakfak

”Harapan kami pada industri ini besar. Anak atau cucu kami bisa merasakan perbaikan hidup,” ujarnya dalam perjalanan laut menuju lokasi kawasan yang berjarak sekitar 35 menit menggunakan perahu nelayan dari Dermaga Pasar Kokas.

Dalam perjalanan yang melewati gugusan tanjung dan pulau-pulau kecil di Arguni, Abuhari menunjukkan keelokan alam Fakfak. Laut dengan kekayaan biotanya serta darat dengan hutan dan berbagai perkebunan masyarakat di sekitar kawasan industri.

Ada ketakutan seperti di tempat (kawasan industri) lain, anak-anaknya tidak punya keterampilan. Kami tidak mau seperti itu.

”Selain itu, ada harapan untuk memperhatikan fasilitas pendidikan, kesehatan, tempat ibadah, serta sarana dan prasarana lainnya di kampung kami,” ujarnya sembari menunjukkan pembukaan jalan yang akan menghubungkan kawasan industri, termasuk kampung sekitar, menuju pusat Kabupaten Fakfak.

Lebih lanjut, pria dengan empat anak tersebut juga ingin pemerintah dan investor konsisten menunaikan janji tentang lapangan pekerjaan yang luas. Tidak hanya menyediakan lapangan pekerjaan, tetapi juga bisa memberikan akses pendidikan yang optimal sehingga anak-anak Fakfak punya keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri.

Abuhari Patiran (54), warga Kampung Furier, menunjukkan keelokan alam Fakfak dalam perjalanan menuju kawasan industri pupuk Fakfak di Distrik Arguni, Kabupaten Fakfak, Papua Barat, Sabtu (25/11/2023).
KOMPAS/NASRUN KATINGKA

Abuhari Patiran (54), warga Kampung Furier, menunjukkan keelokan alam Fakfak dalam perjalanan menuju kawasan industri pupuk Fakfak di Distrik Arguni, Kabupaten Fakfak, Papua Barat, Sabtu (25/11/2023).

Harapan serupa juga disampaikan Jafar Gwasgwas (41), warga Kampung Andamata. Ia berharap anak dan cucunya di masa depan tidak hanya menjadi penonton ketika industri tersebut telah beroperasi penuh. Dengan begitu, ia meminta, perhatian dari berbagai pihak diperlukan untuk memberdayakan masyarakat lokal.

”Ada ketakutan seperti di tempat (kawasan industri) lain, anak-anaknya tidak punya keterampilan. Kami tidak mau seperti itu. Jadi, kami butuh ada pendampingan tentang itu. Dengan begitu, nanti ketika perusahaan sudah beroperasi di sana 4-5 tahun lagi, anak-anak kami sudah siap,” ucap Jafar.

Iklan

Baca juga : Gelar Tikar Bangun Ketahanan Pangan Bersama

Memanfaatkan peluang

Hal seperti ini juga menjadi perhatian akademisi Universitas Papua, Agus Sumule. Menurut Agus, kehadiran industri pupuk yang baru ini akan meningkatkan nilai tambah potensi sumber daya alam Indonesia. Di sisi lain, berbagai upaya perlu dipersiapkan untuk memanfaatkan peluang tersebut.

Daerah-daerah kawasan timur Indonesia diharapkan mendapatkan berbagai efek pengganda (multiplier effect). Kesempatan kerja bisa menjadi peluang besar, khususnya bagi orang asli Papua di Fakfak dan sekitarnya seperti Kaimana, Teluk Bintuni, dan Teluk Wondama, serta daerah lainnya.

Suasana sore di Kampung Andamata, Distrik Arguni, Kabupaten Fakfak, Papua Barat, Sabtu (25/11/2023). Kampung ini menjadi lokasi pembangunan kawasan industri baru pupuk yang menjadi proyek strategis nasional.
KOMPAS/NASRUN KATINGKA

Suasana sore di Kampung Andamata, Distrik Arguni, Kabupaten Fakfak, Papua Barat, Sabtu (25/11/2023). Kampung ini menjadi lokasi pembangunan kawasan industri baru pupuk yang menjadi proyek strategis nasional.

Namun, dia mengingatkan, pemerintah dan investor juga perlu menaruh perhatian pada kesiapan tenaga kerja, khususnya daerah di sekitar kawasan industri tersebut. Apalagi, masih ada ketimpangan kondisi sumber daya manusia jika dilihat dari kualitas pendidikan berbasis indeks rata-rata lama sekolah (RLS).

”RLS dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pendidikan dan kualitas SDM di suatu wilayah. Ini perlu menjadi perhatian, apalagi ke depan ada rencana industri lainnya yang akan dibangun di Fakfak,” ujar Agus, yang juga aktif sebagai peneliti demografi Papua.

Baca juga : 68.988 Anak Papua Barat Tidak Bersekolah, Pelayanan Pendidikan Harus Ditingkatkan

Agus mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) tentang Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di sejumlah daerah sekitar kawasan industri tersebut. Data BPS melaporkan, pada 2022 RLS Kabupaten Fakfak 9,08 tahun (setara dengan tamat SMP), Kabupaten Kaimana 8,74 tahun (kelas 3 SMP), Teluk Wondama 7,20 tahun (kelas 1 SMP), dan Teluk Bintuni 8,35 tahun (kelas 2 SMP) untuk penduduk 25 tahun ke atas.

Aktivitas pengerjaan konstruksi awal di kawasan industri pupuk Fakfak di Distrik Arguni, Kabupaten Fakfak, Papua Barat, Sabtu (25/11/2023).
KOMPAS/NASRUN KATINGKA

Aktivitas pengerjaan konstruksi awal di kawasan industri pupuk Fakfak di Distrik Arguni, Kabupaten Fakfak, Papua Barat, Sabtu (25/11/2023).

Dengan demikian, menurut Agus, pemerintah pusat dan daerah serta investor perlu memberikan perhatian khusus pada kondisi ini. Ia menyebut perlu ada keterbukaan kepada masyarakat tentang berbagai dimensi dari proyek-proyek ini dan apa dampaknya bagi masyarakat setempat, baik dampak positif maupun negatif.

Selain itu, menurut Agus, investor juga perlu berinvestasi dalam pengembangan sumber daya manusia di Fakfak. ”Pendekatan langsung dengan intervensi pengembangan SDM ini bisa menjadi upaya (memastikan hak lapangan kerja masyarakat lokal). Dengan cara seperti ini, serbuan para pencari kerja terampil dari luar Papua bisa dikendalikan,” ujarnya.

Baca juga : Lancarkan Proyek PKT, Wapres Ingatkan Soal Pendekatan kepada Masyarakat

Janji konsisten

Direktur Utama Pupuk Kaltim Budi Wahyu Soesilo kepada Kompas menyampaikan, prinsip kerja yang memperhatikan lingkungan akan konsisten dijalankan. Perusahaan konsisten pada prinsip industri yang berbasis lingkungan, sosial, dan tata kelola berkelanjutan (ESG) dalam mengeksplorasi sumber daya gas sebagai bahan baku pupuk urea dan amonia.

Melalui Kawasan Industri Terpadu ini, selain untuk menyokong ketahanan pangan nasional, kami juga berharap ini dapat menjadi roda penggerak ekonomi masyarakat di Papua Barat.

Budi meyakinkan, sesuatu yang telah dilakukan Pupuk Kaltim di Bontang juga akan diimplementasikan di industri baru yang ada di Fakfak. Secara kawasan industri, keduanya memiliki kesamaan terletak di tepi pantai. Hal krusial seperti pengelolaan limbah yang baik dan wilayah perairan akan tetap dijaga.

”Di Bontang, pabrik kami berlokasi persis di tepi pantai. Di laut yang dekat dengan pabrik PKT, justru masyarakat lokal bisa membudidayakan lobster dan kerapu. Ini adalah bukti bahwa laut tidak tercemar,” ujarnya.

Selain itu, untuk intervensi pemberdayaan, Pupuk Kaltim juga telah memberikan beasiswa vokasi kepada anak-anak Papua Barat, termasuk Fakfak. Mereka menempuh pendidikan Vokasi Industri, yakni diploma I Teknik Pengelasan bekerja sama dengan Politeknik ATI Makassar dan diploma III Teknologi Proses Industri Petrokimia bekerja sama dengan Politeknik Industri Petrokimia Banten.

Foto aerial pabrik PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) di Bontang, Kalimantan Timur, Senin (12/6/2023). Pabrik yang berdiri pada tahun 1977 ini merupakan salah satu produsen pupuk urea dan NPK terbesar di Asia.
KOMPAS/PRIYOMBODO

Foto aerial pabrik PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) di Bontang, Kalimantan Timur, Senin (12/6/2023). Pabrik yang berdiri pada tahun 1977 ini merupakan salah satu produsen pupuk urea dan NPK terbesar di Asia.

”Melalui Kawasan Industri Terpadu ini, selain untuk menyokong ketahanan pangan nasional, kami juga berharap ini dapat menjadi roda penggerak ekonomi masyarakat di Papua Barat,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Fakfak Abu Talib Paupaus mengungkapkan, pemerintah daerah akan mengawal kehadiran Pupuk Kaltim sebagai ikhtiar kesejahteraan masyarakat Fakfak. Dia menuturkan, selain program pendidikan vokasi, Pupuk Kaltim juga telah meminta Pemerintah Kabupaten Fakfak untuk menyelenggarakan pelatihan kerja bagi putra-putri Fakfak.

Baca juga : Pesan dari Bontang untuk Dunia

Melalui lembaga Balai Pelatihan Kerja di bawah Disnakertrans Fakfak, kata Abu, pada tahap awal pihaknya telah menyiapkan 30 nama untuk mengikuti program tersebut. Program yang ditargetkan bisa menarik hingga 200 tenaga terampil Fakfak ini akan dijalankan secara berkelanjutan menyesuaikan dengan progres industri pupuk Fakfak.

Suasana di dermaga pasar Distrik Kokas, Kabupaten Fakfak, Papua Barat, Sabtu (25/11/2023).
KOMPAS/NASRUN KATINGKA

Suasana di dermaga pasar Distrik Kokas, Kabupaten Fakfak, Papua Barat, Sabtu (25/11/2023).

”Untuk pelaksanaan pelatihannya akan menyesuaikan dengan progres dan kebutuhan industri itu sendiri. Ini akan bertahap sehingga anak-anak Papua punya keterampilan yang baik. Ke depan bekal pelatihan ini juga bahkan bisa sesuai dengan kebutuhan industri lainnya, khususnya yang ada di wilayah Papua,” katanya.

Seperti kata Presiden Jokowi saat acara peletakan batu pertama, sumber daya manusia di Papua perlu dipacu agar semakin menyesuaikan diri dengan perkembangan kebutuhan industri yang ada. ”Saya kira ini kesempatan yang baik bagi SDM muda di Tanah Papua untuk ikut membangun industri pupuknya sendiri,” tuturnya.

Dengan demikian, tunas harapan yang telah dipupuk di industri ini akan muncul sebagai kesejahteraan bagi semuanya, juga masyarakat Fakfak.

Editor:
SUSY BERINDRA
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000