Momentum dari Pawone Kuliner Borobudur Marathon
Program Pawone Kuliner Borobudur Marathon menghadirkan peluang baru bagi sejumlah pelaku UMKM di Magelang.
Rasa syukur terucap dari sejumlah pelaku usaha kuliner di Magelang yang mengikuti program Pawone Kuliner Borobudur Marathon. Selain mendapat pembinaan, mereka juga diajak berkeliling ke sejumlah kota untuk menjajakan produknya. Peluang untuk lepas landas mengembangkan bisnis pun terbuka lebar.
”Ternyata, jualan nasi goreng bisa membuat saya naik pesawat. Awal naik pesawat itu takut-takut gimana gitu,” tutur Siti Nuryati Puji Prihatin (40), pemilik usaha Nasi Goreng Magelangan Handayani, Selasa (24/10/2023), saat ditemui di Desa Deyangan, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Puji bersama suaminya, Rokhman (45), sehari-hari berjualan nasi goreng di rest area Desa Deyangan sejak tahun 2016. Keduanya biasa berjualan pukul 17.00-24.00. Dalam sehari, rata-rata mereka bisa menjual 30 porsi nasi goreng dengan harga Rp 15.000-Rp 17.000 per porsi.
Sejak 2019, Puji dan Rokhman ikut serta dalam program Pawone Kuliner Borobudur Marathon. Program tersebut merupakan bagian dari lomba lari Borobudur Marathon yang digelar atas kerja sama Pemerintah Provinsi Jateng, Bank Jateng, harian Kompas, dan Yayasan Borobudur Marathon.
Setelah bergabung dengan program Pawone Kuliner, usaha Puji dan Rokhman mengalami lompatan. Sebab, selain mendapat pembinaan dari chef profesional, peserta program itu juga diajak berkeliling ke sejumlah kota untuk memeriahkan acara Bank Jateng Friendship Run, kegiatan lari bersama untuk menyambut Borobudur Marathon.
Pada 2022, Puji dan Rokhman diajak ke Semarang, Jakarta, dan Makassar untuk berjualan di sela-sela acara Bank Jateng Friendship Run. Sementara itu, pada tahun ini, mereka diajak ke Surabaya, Makassar, Banjarmasin, dan Palembang. ”Di Surabaya, dagangan kami laku 500 porsi, di Makassar 375 porsi, di Banjarmasin dan Palembang masing-masing 500 porsi,” ungkap Puji.
Baca juga: Saatnya Kuliner Magelang Naik Kelas
Selama mengikuti Bank Jateng Friendship Run, Puji menyebut, dirinya harus membuat perencanaan yang matang. Sebab, sebagian bahan baku, seperti sayur dan beras, harus dibeli di kota tujuan. Adapun bahan baku lain, misalnya ayam dan bumbu-bumbu, bisa disiapkan dari rumah.
Puji mengatakan, dirinya pernah menghadapi tantangan saat Bank Jateng Friendship Run di Banjarmasin. ”Di sini (Magelang), beras harga Rp 13.000-Rp 15.000 per kilogram sudah bagus, tapi di sana Rp 24.000 dapat 1 liter atau 8 ons. Sebenarnya di sana juga ada beras harga Rp 13.000-Rp 15.000, tapi untuk nasi goreng, kan, berasnya harus pera (tidak lengket),” tuturnya.
Untuk menekan harga produksi saat itu, Puji dan suaminya akhirnya mengurangi jumlah nasi goreng yang dimasak. Dengan begitu, mereka bisa menghemat biaya produksi tanpa harus mengurangi kualitas masakan.
Puji juga bersyukur karena hasil usaha berjualan nasi goreng itu bisa digunakan untuk menyekolahkan kedua putranya di pondok pesantren. ”Alhamdulillah, dari Borobudur Marathon itu saya bisa menyekolahkan anak-anak saya ke pesantren. Semuanya untuk pendidikan anak-anak,” ujarnya.
Tambah lapak
Pengalaman manis juga dirasakan Mustofa (53), pemilik usaha Dawet Ireng Ketan Hijau Nak Robil. Setelah mengikuti program Pawone Kuliner dan diajak berkeliling ke sejumlah kota, dawet jualannya makin dikenal. Pesanan dawet untuk berbagai acara, termasuk dari luar kota, juga meningkat.
”Beberapa waktu lalu, saya ke Yogyakarta selama beberapa hari karena ada pesanan dawet untuk acara dokter se-Asia dan pertemuan marinir dari berbagai negara. Itu rata-rata 300 porsi habis,” katanya.
Baca juga: Tujuh Tahun Borobudur Marathon Merajut Harmoni
Mustofa juga telah menambah outlet atau lapak untuk berjualan dawet, dari semula tiga lapak menjadi lima lapak. ”Alhamdulillah, sebelum ikut Borobudur Marathon, ada tiga outlet di Magelang. Tahun ini tambah dua outlet. Satu di Magelang dan satunya di Bantul (Daerah Istimewa Yogyakarta). Total ada enam orang yang bekerja menjaga outlet,” tuturnya.
Menurut Mustofa, sebagian besar lapak itu bisa menjual sekitar 50 porsi dawet ireng dengan harga Rp 4.000 per porsi. Namun, khusus lapak di Bantul, rata-rata penjualan mencapai 200 porsi. ”Setelah ikut Borobudur Marathon, omzet kami naik dua kali lipat,” ungkapnya.
Usaha kuliner Bebek Mangap Delivery milik pasangan suami-istri Arga Sulis (41) dan Septi Pancasila (44) juga turut berkembang. Bersama Pawone Kuliner, kuliner soto bebek mereka sudah dipasarkan hingga Semarang, Denpasar, dan Medan.
Alhamdulillah, dari Borobudur Marathon itu saya bisa menyekolahkan anak-anak saya ke pesantren.
Soto bebek itu juga makin dikenal luas di Magelang dan sekitarnya sehingga penjualan pun meningkat 20-30 persen. ”Dulu rata-rata per hari terjual 30-100 porsi, sekarang bisa di atas 100 porsi,” kata Arga.
Pemesanan khusus untuk acara hajatan juga bertambah. Selain itu, saat membuka lapak pada gelaran Bank Jateng Friendship Run di Denpasar, Arga mendapat tawaran untuk membuka cabang di sana. ”Di Bali banyak orang suka bebek. Ada beberapa orang yang menawari buka cabang di Bali,” ujarnya.
Beli peralatan
Manfaat program Pawone Kuliner juga dirasakan Sri Wartini (50) dan Sukindro (57), pemilik kuliner D’Noel Mangut Beong. Sesudah mengikuti program itu, pesanan menu nasi boks dengan lauk mangut beong kian meningkat.
”Dulu sebulan pesanan sekitar 100 boks, sekarang bisa lebih dari 500 boks,” ujar Sri yang pernah diajak ke Makassar, Jakarta, Surabaya, dan Banjarmasin.
Baca juga: Cara Baru Berwisata ke Candi Borobudur
Sri bersyukur, dengan bertambahnya pesanan dan penghasilan, dirinya bisa membeli lemari pendingin atau freezer dengan kapasitas 600 kilogram. Sebelumnya, freezer miliknya hanya berkapasitas 100 kilogram.
”Freezer ini sangat penting untuk menjaga kualitas daging ikan beong. Kadang memang bahan bakunya sulit dicari. Jadi, kalau ada ikan, pasti disimpan di freezer untuk persediaan,” katanya.
Vice General Manager Event Harian Kompas Budhi Sarwiadi mengatakan, program Pawone Kuliner Borobudur Marathon diinisiasi sejak 2018. Sejak saat itu, total ada 35 pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) kuliner yang dibina.
”Dari awal, kami memang mendampingi tidak hanya dari produk, tetapi juga dari pelayanan dan pengelolaan sehingga mereka benar-benar merasakan manfaat,” katanya.
Menurut Budhi, pengalaman berkunjung ke beberapa kota dalam ajang Bank Jateng Friendship Run menjadi pembelajaran bagi para pelaku UMKM. Dalam ajang itu, mereka mendapat dukungan dari sisi transportasi, akomodasi, dan modal. ”Mereka kami bawa ke beberapa kota supaya bisa belajar bagaimana menyiapkan diri melayani pembeli dalam jumlah banyak,” ujarnya.
Sejumlah UMKM kuliner itu juga akan berjualan dalam rangkaian acara Borobudur Marathon 2023 Powered by Bank Jateng, yakni saat race pack collection atau pengambilan perlengkapan lomba pada 17-18 November 2023 dan saat pelaksanaan lomba pada 19 November 2023.
”Namun, di rangkaian acara itu, mereka diarahkan sebagai entrepreneur murni. Jadi, kami sediakan tempat dan promonya, tetapi mereka menyiapkan lain-lainnya sendiri. Ini jadi ajang bagi mereka untuk tumbuh,” kata Budhi.