logo Kompas.id
Bebas AksesMomentum Pupuk Kaltim...
Iklan

Momentum Pupuk Kaltim Kembangkan Pasar dan Diversifikasi Produk

PT Pupuk Kaltim (Persero) mencatatkan laba terbesar sepanjang sejarah perusahaan pada 2021 dan 2022. Capaian ini jadi modal bagi perseroan untuk mengembangkan pasar di Asia Pasifik sekaligus mendiversifikasi produknya.

Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA, SUCIPTO
· 7 menit baca
Aktivitas pengarungan pupuk urea nonsubsidi di salah satu gudang PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) di Bontang, Kalimantan Timur, Senin (12/6/2023).
KOMPAS/PRIYOMBODO

Aktivitas pengarungan pupuk urea nonsubsidi di salah satu gudang PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) di Bontang, Kalimantan Timur, Senin (12/6/2023).

Berlokasi di ”jantung” Indonesia, PT Pupuk Kalimantan Timur atau PKT berada di titik yang strategis untuk semakin ekspansif guna menggenggam pasar urea dan amonia di Asia Pasifik. Torehan rekor laba dua tahun beruntun, yakni pada tahun 2021 dan 2022, menjadi modal penting. Di sisi lain, PKT juga mengupayakan diversifikasi, salah satunya dengan membangun pabrik soda ash.

Senin (12/6/2023) siang, terik matahari menyorot sejumlah kapal di bibir dermaga kompleks pabrik PT Pupuk Kalimantan Timur, Kota Bontang, Kalimantan Timur. Mesin pemuatan atau ship loader raksasa bergerak pelan mendekati kapal kargo Ocean Bright berbendera Vietnam. Sejumlah pengawas pekerjaan mengambil jarak aman.

Di ujung ship loader, corong vertikal dengan ketinggian sekitar 4 meter menghadap ke bak kapal. Dari corong itu lalu keluar pupuk urea berupa butiran (granule) berwarna putih terang, hingga menimpa material serupa telah yang lebih dulu menumpuk di kapal berkapasitas 4.271 gross tonage (GT) itu.

Baca juga: Pupuk Kaltim Targetkan Dominasi Pasar Asia-Pasifik

”Untuk urea, loading (pemuatan) biasanya 6.000-8.000 ton dalam sehari, tergantung kapalnya muat (volume) berapa. Selain itu, lama pemuatan juga bergantung kondisi cuaca,” ujar Vice President Proses dan Pengelolaan Energi PKT Mustanginah, saat ditemui di kompleks pabrik PKT, Senin (12/6/2023).

Proses pemuatan urea, baik jenis granule maupun prill (butiran lebih kecil), menjadi tahap terakhir sebelum ekspor. Sebelum itu, urea yang berbahan baku amonia dan karbondioksida (CO2) diproduksi di lima pabrik di kompleks yang sama. Rinciannya, tiga pabrik untuk produksi pupuk jenis granule dan dua pabrik lainnya untuk jenis prill.

Pengarungan pupuk urea nonsubsidi di salah satu gudang PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) di Bontang, Kalimantan Timur, Senin (12/6/2023).
KOMPAS/PRIYOMBODO

Pengarungan pupuk urea nonsubsidi di salah satu gudang PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) di Bontang, Kalimantan Timur, Senin (12/6/2023).

PKT, badan usaha milik negara (BUMN) di bawah PT Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC), juga memiliki lima pabrik amonia dengan bahan baku 100 persen gas bumi. PKT memproduksi total 3,43 juta ton urea dan 2,74 juta ton amonia per tahun. Keduanya menjadi produk utama PKT. Adapun produksi pupuk NPK mencapai 350.000 ton per tahun.

Mustanginah menuturkan, 90 persen bahan baku urea dan amonia yang diproduksi PKT berasal dari dalam negeri. ”Sementara pada NPK, tingkat komponen dalam negerinya sekitar 30 persen. Sebab, Indonesia memang tidak punya tambang alam (fosfor dan potassium)-nya. Jadi, harus impor,” katanya.

Sebanyak 40-50 persen pupuk produksi PKT digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, sementara sisanya diekspor ke sejumlah negara, seperti India, Vietnam, dan Australia.

Dari sisi peruntukan, sebanyak 40-50 persen pupuk yang diproduksi PKT digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, baik nonsubsidi maupun subsidi. Sementara sisanya, khususnya urea jenis granule, diekspor ke sejumlah negara di Asia, antara lain India, Vietnam, dan Australia.

Dari semua produk perusahaan di bawah Pupuk Indonesia Holding Company, produk PKT lebih diarahkan untuk ekspor karena harganya dinilai lebih bersaing untuk pasar ekspor. Adapun kebutuhan penyaluran pupuk subsidi di dalam negeri akan dipenuhi dulu oleh para anak perusahaan Pupuk Indonesia Holding Company lainnya. ”Untuk subsidi, kami memang relatif tidak banyak,” kata Mustanginah.

Pada tahun 2021, PKT mencatatkan laba sebesar Rp 6,17 triliun, ketika itu juga tertinggi sepanjang sejarah perusahaan. Kemudian pada 2022, laba PKT melonjak menjadi Rp 14,5 triliun. Kondisi itu tidak lepas dari lonjakan harga komoditas di dunia, di tengah pemulihan pandemi Covid-19, selain juga buah pengelolaan keuangan perusahaan.

Direktur Utama PT Pupuk Kaltim Rahmad Pribadi memberikan penjelasan saat berdiskusi dalam kunjungan ke Redaksi Harian <i>Kompas </i>di Jakarta, Kamis (19/1/2023).
KOMPAS/IWAN SETIYAWAN (SET)

Direktur Utama PT Pupuk Kaltim Rahmad Pribadi memberikan penjelasan saat berdiskusi dalam kunjungan ke Redaksi Harian Kompas di Jakarta, Kamis (19/1/2023).

Direktur Utama PKT Rahmad Pribadi, pada Maret 2023, mengatakan, PKT berada dalam momentum terbaik untuk tumbuh. Pada 2023, PKT menerapkan growth strategy yang bermuara pada penurunan biaya produksi sekaligus meningkatkan kualitas serta kuantitas produksi serta mendistribusikannya dengan cermat.

Ke depan, PKT menargetkan dapat menempati posisi keempat produsen urea terbesar di kawasan Asia Pasifik. Pada tahun 2030, PKT juga menargetkan dapat menguasai 6 persen pangsa pasar urea, 20 persen pasar amonia, dan 2 persen pada NPK di Asia Tenggara.

Diversifikasi

Selain bisnis utama, PKT melakukan juga diversifikasi usaha di sektor hilirisasi petrokimia dan energi terbarukan. Langkah itu, antara lain, ditempuh dengan membangun pabrik amonium nitrat di Bontang dengan kapasitas sekitar 75.000 ton per tahun. Pabrik telah selesai dibangun dan sedang dalam tahap commissioning.

PKT juga sedang membangun pabrik soda ash di Bontang dengan kapasitas 300.000 ton per tahun. Pabrik ini ditargetkan rampung pada tahun 2026. Soda ash merupakan komponen bahan baku yang dibutuhkan sejumlah industri untuk membuat produk, seperti kaca, keramik, tekstil, kertas, dan aki.

Saat rampung dan beroperasi, pabrik soda ash itu akan menjadi yang pertama di Indonesia. Saat ini, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, Indonesia harus mengimpor sekitar 1 juta ton soda ash per tahun.

Langkah itu juga menjadi bagian dari penerapan praktik ekonomi sirkular mengingat CO2 ialah salah satu bahan baku soda ash. Dengan demikian, selain menekan impor soda ash, CO2 hasil emisi pabrik juga akan lebih banyak terserap. ”Ini bagian dari dekarbonisasi. Sebagian CO2 untuk produksi urea dan selebihnya untuk soda ash,” kata Senior Process Engineer PKT Rian Wishnu R.

https://cdn-assetd.kompas.id/5u1wYIaawoDVj-WfDt2SvEpaCOM=/1024x743/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F06%2F06%2F0d04f9a6-b48c-4491-9099-717482c31cc3_png.png
Iklan

Rian mengemukakan, offtaker (pembeli) soda ash sebagian besar ialah industri-industri yang membutuhkan kaca. Adapun penjajakan sudah dilakukan sebelum pabrik dibangun. Catatan PKT, sasaran utama distribusi utama soda ash nantinya ialah pabrik-pabrik di wilayah Jawa Barat, Jawa Timur, Riau, Sumatera Selatan, dan Sumatera Utara.

Selain itu, garam industri (kandungan NaCl 96-97 persen) menjadi salah satu bahan baku penting soda ash. ”Kami bekerja sama dengan PT Garam, (BUMN) yang selama ini memproduksi garam makanan dan industri. Dengan utilisasi ini, akan turut membantu pertumbuhan bisnis PT Garam. Jadi, ada simbiosis mutualisme,” katanya.

Pada akhir 2022, PKT juga mendapat penugasan dari pemerintah untuk melaksanakan proyek strategis nasional (PSN) berupa pembangunan pabrik urea di Fakfak, Papua Barat. Pabrik yang ditargetkan beroperasi pada 2027 itu akan memiliki kapasitas 1,15 juta ton urea dan 825.000 ton amonia per tahun.

Pada akhir 2022, PKT juga mendapat penugasan dari pemerintah untuk melaksanakan Proyek Strategis Nasional (PSN) berupa pembangunan pabrik urea di Fakfak, Papua Barat.

Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menilai, pengembangan sejumlah industri, terutama pupuk dan petrokimia, dengan memanfaatkan gas bumi sebagai hal positif. Daya ungkit penyerapan gas bumi yang melimpah di Indonesia bisa dioptimalkan.

Hal itu dirasa penting karena berdasarkan laporan ReforMiner, sekitar 70 persen kebutuhan petrokimia untuk domestik harus dipenuh dengan importasi. ”Apabila migas dapat diolah ke situ, akan menjadi positif, termasuk bagi (industri) hulu migas. Dalam konteks transisi energi, mereka bisa beralih ke petrokimia,” ujar Komaidi.

Pengarungan urea dengan menggunakan mesin otomatis di pabrik PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) di Bontang, Kalimantan Timur, Senin (12/6/2023). Selain urea, pabrik ini juga memproduksi NPK, dan amonia.
KOMPAS/PRIYOMBODO

Pengarungan urea dengan menggunakan mesin otomatis di pabrik PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) di Bontang, Kalimantan Timur, Senin (12/6/2023). Selain urea, pabrik ini juga memproduksi NPK, dan amonia.

Komaidi mencontohkan industri otomotif. Sejumlah bagian dalam kendaraan, antara lain jok, kursi, setir, hingga spion, diproduksi dengan melibatkan bahan baku petrokimia. Begitu juga bahan baku industri tekstil dasar dan perabot rumah tangga. Ke depan, tinggal disesuaikan. Apabila sebelumnya kilang lebih banyak untuk menghasilkan bahan bakar minyak (BBM), ke depan dapat diarahkan untuk petrokimia.

Gas bumi bisa semakin dioptimalkan karena diyakini menjadi pilihan utama dalam transisi energi. Selain cadangan yang melimpah, emisi pembakaran gas bumi lebih rendah sekitar 20 gram CO2e/MJ dibandingkan minyak bumi. Juga lebih rendah sekitar 43 gram CO2e/MJ jika dibandingkan dengan batubara.

Berkelanjutan

Dalam menjalankan bisnis dan operasinya, PKT mengedepankan pertumbuhan yang bertanggung jawab, berkelanjutan, dan ramah lingkungan dengan inisiatif lingkungan, sosial, dan tata kelola atau environmental, social, and governance/ESG. Hal itu dilakukan untuk memitigasi risiko, antara lain dengan cara mengurangi emisi karbon, memberdayakan masyarakat di sekitar perusahaan, dan menerapkan sistem manajemen antipenyuapan.

Dari sisi lingkungan, salah satu yang terlihat langsung adalah penggunaan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di kantor utama PKT di Kota Bontang. Dari udara terlihat panel surya menutupi sejumlah atap kantor untuk operasional perusahaan. Terlihat pula sejumlah kendaraan listrik lalu-lalang membawa karyawan. Dengan upaya itu, PKT menargetkan penurunan emisi sebanyak 9.000 ton CO2 di tahun 2030.

Selain itu, PKT juga memetakan sejumlah persoalan masyarakat dan lingkungan di sekitar perusahaan. Hal itu kemudian diturunkan dalam program kerja berkelanjutan untuk mengungkit perekonomian masyarakat sekaligus menjaga lingkungan agar tetap asri dan bermanfaat bagi warga.

Stok urea di Urea Bulk Storage PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) di Bontang, Kalimantan Timur, Senin (12/6/2023).
KOMPAS/PRIYOMBODO

Stok urea di Urea Bulk Storage PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) di Bontang, Kalimantan Timur, Senin (12/6/2023).

Baca juga: Produksi Pupuk Urea di PT Pupuk Kalimantan Timur

Program itu salah satunya adalah Community Forest yang menargetkan penanaman 10 juta pohon, 6 juta di antaranya tanaman mangrove, pada tahun 2030. Tak hanya ditanam, mangrove dibiakkan dengan membuat bibitnya dengan menggandeng masyarakat.

Program itu juga mendukung program pemerintah menekan emisi gas rumah kaca (GRK). Hal itu penting mengingat Indonesia telah menargetkan emisi nol bersih (net zero emission/NZE) pada 2060 atau lebih cepat.

Staf Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PKT Anissha Hud Alaydrus mengatakan, program lainnya adalah merehabilitasi terumbu karang yang sudah dijalankan sejak 10 tahun lalu. PKT menggandeng nelayan yang sebelumnya menggunakan alat tangkap tidak ramah lingkungan, seperti bom ikan.

PKT memberi pemahaman bahwa penggunaan bom merusak terumbu karang, tempat pemijahan ikan di laut. Akibatnya, ikan akan bermigrasi ke tempat yang lebih jauh, ke lokasi yang terumbu karangnya masih baik. Hal ini berdampak negatif terhadap nelayan karena mereka harus mencari ikan lebih jauh dan ongkos solarnya bertambah.

Tak hanya itu, PKT menggandeng nelayan untuk membentuk 15 kelompok nelayan. Sejak 10 tahun lalu, para nelayan diajak menanam terumbu karang buatan. Setiap tahun, PKT membantu penanaman 500 terumbu buatan. Proses pengawasan dan perawatan terumbu karang juga dilakukan oleh nelayan. PKT mendampingi para nelayan untuk mendapatkan sertifikasi menyelam agar proses pengawasan berjalan aman dan sesuai standar.

Foto aerial pabrik PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) di Bontang, Kalimantan Timur, Senin (12/6/2023).
KOMPAS/PRIYOMBODO

Foto aerial pabrik PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) di Bontang, Kalimantan Timur, Senin (12/6/2023).

Sejalan dengan hal itu, ada pula program keramba jaring apung. Agar tak mengebom kembali, nelayan diajak membudidaya ikan dalam keramba. Hal itu sekaligus menjadi indikator pengelolaan lingkungan PKT dalam menjalankan pabrik, terutama pengelolaan limbah air.

”Kalau di situ ikannya sehat, bisa hidup dengan baik, itu menandakan kondisi lingkungan, terutama air, tidak ada permasalahan. Kalaupun semisal ada permasalahan, PKT bisa menindaklanjutinya dengan cepat,” ujar Anissha.

Dengan berbagai inisiatif itu, per Juni 2023, Lembaga ESG Rating Morningstar Sustainalytics memberi skor PKT 21,3. Artinya, PKT dinilai memiliki risiko medium dalam mengalami dampak keuangan material dari faktor-faktor ESG. Angka tersebut merupakan posisi teratas dari total 73 perusahaan sektor agrokimia di dunia.

ESG Risk Rating sendiri mengukur angka capaian PKT melalui dua faktor penilaian, yakni dari exposure dan management. Exposure didefinisikan sebagai kerentanan perusahaan terhadap risiko ESG. Adapun management merujuk pada aksi yang diambil oleh perusahaan untuk mengatasi masalah ESG.

Editor:
MUKHAMAD KURNIAWAN
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000