Penyelenggaraan Semarang 10K Dinilai Ikut Tingkatkan Perekonomian
Kehadiran ribuan pelari dalam Semarang 10K Powered by Isoplus dinilai ikut meningkatkan perekonomian Semarang. Tahun depan, lomba ini diharapkan bisa digelar dengan jumlah peserta lebih banyak.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Lomba lari Semarang 10K Powered by Isoplus dinilai memberikan dampak positif bagi perekonomian Kota Semarang, Jawa Tengah. Hal ini karena para pelari yang turut serta dalam ajang itu tak sekadar mengikuti lomba, tetapi juga berwisata, berburu kuliner, dan membeli oleh-oleh di Semarang.
Pelaksana Tugas Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menyatakan, ada sejumlah dampak ekonomi dari digelarnya Semarang 10K. Dari sisi promosi, ajang ini turut mempromosikan Semarang ke kancah nasional dengan adanya pemberitaan di sejumlah media, termasuk harian Kompas.
”Tentu dampaknya sangat banyak. Yang utama, beberapa waktu sebelumnya, kan, harian Kompas terus-menerus memopulerkan Semarang karena promosi lomba ini, kan, terus-menerus,” kata Hevearita dalam jumpa pers seusai lomba Semarang 10K, Minggu (18/12/2022), di Semarang.
Selain itu, Hevearita memaparkan, penyelenggaraan Semarang 10K turut meningkatkan okupansi atau tingkat keterisian hotel di Semarang. Rumah makan dan tempat penjualan oleh-oleh juga turut mendapat berkah dari penyelenggaraan lomba tersebut.
”Hotel-hotel, tempat makan, tempat oleh-oleh, penuh. Jadi ada multiplier effect (efek pengganda) perekonomian di Kota Semarang ini meningkat,” ujar Hevearita.
Hevearita menambahkan, meskipun lomba Semarang 10K digelar pada Minggu ini, para pelari dari luar kota telah datang beberapa hari sebelumnya. Sebab, pada Jumat (16/12/) dan Sabtu (17/12) sebelumnya dilakukan pengambilan race pack atau perlengkapan lomba Semarang 10K.
Selain itu, setelah mengikuti lomba, para peserta Semarang 10K dari daerah lain bisa jadi juga tidak langsung kembali ke kota asalnya. Bisa jadi mereka akan tinggal lebih lama di Semarang untuk berwisata, mencicipi kuliner, dan membeli oleh-oleh.
”Mungkin setelah ini mereka kulineran dan bisa saja di sini sampai Senin (19/12) atau seterusnya karena anak-anak sudah libur sekolah,” ujar Hevearita.
Hotel-hotel, tempat makan, tempat oleh-oleh, penuh. Jadi ada multiplier effect (efek pengganda) perekonomian di Kota Semarang ini meningkat (Hevearita Gunaryanti Rahayu)
Menurut Hevearita, penyelenggaraan Semarang 10K tahun ini melebihi ekspektasi sebelumnya. Dia berharap pada tahun depan lomba tersebut bisa digelar dengan jumlah peserta yang lebih banyak.
”Tentu kami berharap event ini di tahun depan bisa semakin ramai. Kalau tahun ini, ditarget hanya 2.000 peserta, moga-moga di tahun depan bisa 5.000 peserta,” kata Hevearita.
Gotong royong
Lomba lari Semarang 10K digelar atas kerja sama Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang, harian Kompas, dan Isoplus. Lomba lari itu digelar sejak tahun 2018 dan berlanjut pada 2019. Pada 2020 dan 2021 lomba itu tidak digelar karena situasi pandemi Covid-19. Tahun ini, lomba itu diikuti sekitar 2.100 pelari.
Semarang 10K tahun ini menghadirkan empat kategori lomba, yakni 10K Nasional (putra/putri), 10K Master (putra/putri), 10K Pelajar (putra/putri), dan Kid Dash (putra/putri). Total hadiah dalam lomba lari tersebut adalah Rp 286 juta.
Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas Budiman Tanuredjo mengatakan, penyelenggaraan Semarang 10K bisa berhasil karena adanya gotong royong dari banyak pihak. Selain kerja sama Pemkot Semarang, Kompas, dan Isoplus, peran masyarakat untuk menyukseskan acara tersebut juga sangat penting.
”Saya tahu ada pengorbanan masyarakat yang jalannya sebagian ditutup (saat penyelenggaraan Semarang 10K), tetapi itu demi Semarang,” kata Budiman.
Menurut Budiman, selama beberapa tahun terakhir, banyak lomba lari yang digelar di Indonesia. Namun, kualitas dari penyelenggaraan lomba-lomba tersebut perlu ditingkatkan agar bisa melahirkan atlet lari yang bisa berprestasi.
Budiman juga menilai, dalam penyelenggaraan lomba Semarang 10K berpotensi terjadi pemecahan rekor lari. Hal ini karena rute lomba tersebut relatif datar sehingga pelari sangat mungkin meraih catatan waktu terbaik.
Dalam pergelaran tahun ini, atlet Odekta Elvina Naibaho berhasil memecahkan rekor pelari putri nasional tercepat di ajang Semarang 10K dengan catatan waktu 35 menit 05 detik. Catatan waktu itu lebih baik dibandingkan dengan catatan waktu Odekta saat menjuarai Semarang 10K tahun 2019, yakni 36 menit 49 detik.
”Ketika rekor itu pecah di Semarang, tentunya ini jadi promosi yang luar biasa. Tapi jangan lupa, terima kasih kepada warga Semarang dan terima kasih kepada semua pelari yang telah berpartisipasi,” kata Budiman.
Marketing Manager Wings Group Joshua Gunawan mengatakan, penyelenggaraan lomba lari Semarang 10K sejalan dengan visi Wings Group yang ingin menyediakan produk terbaik bagi masyarakat Indonesia. Lomba tersebut juga diharapkan bisa menjadi ajang untuk mengajak masyarakat hidup sehat.
”Harapan kami, acara seperti Semarang 10K ini bisa terus menyehatkan masyarakat Indonesia, mengajak masyarakat Indonesia bisa hidup lebih sehat, aktif, dan bugar lewat lari. Sehat itu tidak harus selalu serius, tapi bisa sambil fun (bersenang-senang),” tutur Josuha.