Sorakan Penghapus Lelah di Borobudur Marathon 2022
Semarak warga menguatkan langkah kaki para pelari dalam Borobudur Marathon 2022. Teriakan mereka menghapus lelah yang terpancar di wajah.
Borobudur Marathon 2022 Powered by Bank Jateng hadir kembali dengan keterlibatan masyarakat setempat. Semarak warga menjadi penguat langkah kaki para pelari. Teriakan mereka menghapus lelah yang terpancar di wajah.
Belasan orang mulai dari anak balita hingga warga lansia berjajar rapi di pinggir jalan Desa Karangrejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (13/11/2022) pagi. Mereka sedang menantikan kehadiran para pelari yang berlomba dalam kategori Bank Jateng Tilik Candi dengan jarak 21,097 kilometer atau half marathon.
Mayoritas orang yang merupakan ibu-ibu berdiri di sekitar kilometer 6 sambil bersorak memberikan semangat setiap kali ada pelari yang lewat di depan mereka. ”Semangat, Mas, semangat, Mbak! Jangan menyerah, pasti bisa!” seru mereka. Sorakan penyemangat itu dibalas dengan senyum lebar dari para pelari. Beberapa pelari juga menjawab seruan kelompok warga tersebut dengan mengucapkan terima kasih.
Keberadaan warga Desa Karangrejo di pinggir lintasan itu terjadi begitu saja. Tak diminta penyelenggara. Masing-masing mereka berkumpul di satu titik yang sama setelah ada dua sampai tiga orang yang berkumpul di titik tersebut lebih dulu.
Sebagian warga berdatangan dari rumah masing-masing, sebagian lagi datang dari pasar. Belanjaan yang mereka bawa dari pasar tidak langsung dipulangkan lantas dimasak, melainkan diletakkan di sekitar tempat mereka menyemangati para pelari. Hal itu dilakukan karena mereka tak ingin ketinggalan kesempatan melihat dan menyemangati pelari.
”Masake keri (masaknya belakangan), yang penting menyambut pelari,” ucap Siti (29), salah satu warga yang berjajar di pinggir lintasan di Desa Karangrejo.
Baca juga: Sorak Sorai Warga Pacu Semangat Pelari "Tilik Candi"
Siti mengatakan senang karena pelari Borobudur Marathon kembali melintas di depan rumah mereka. Selama dua tahun sebelumnya, para peserta hanya berlari di dalam kompleks Candi Borobudur untuk mengurangi interaksi dengan masyarakat demi menekan risiko penularan Covid-19.
Menurut Siti, kegiatan pemberian semangat penting agar para pelari yang berasal dari berbagai daerah itu bisa merasakan kehangatan dan keramahan orang Borobudur dan sekitarnya. Dengan meninggalkan kesan yang baik, para pelari tidak akan kapok untuk datang lagi ke Borobudur di masa mendatang.
Tidak hanya warga, para pelajar juga terpantau antusias memberikan semangat kepada para pelari. Di Kilometer 2, tepatnya di Desa Borobudur, ada 130 pelajar dari SMPN 3 Mertoyudan. Mereka menampilkan Tari Soreng dengan semangat penuh. Rasa kantuk, lelah, dan gerah mereka lawan demi menularkan semangat kepada para pelari.
Sebenarnya, SMPN 3 Mertoyudan hampir saja membatalkan keikutsertaan mereka dalam kegiatan cheering atau memberi semangat kepada para pelari dalam ajang Bank Jateng Tilik Candi yang diikuti sekitar 4.500 orang. Alasannya, lokasi cheering yang dipilihkan panitia dinilai terlalu jauh dari sekolah, yakni berjarak 6 kilometer.
”Waktu itu, kami memberitahu kepada siswa terkait rencana pembatalan keiikutsertaan tersebut. Tapi, siswa-siswa kecewa dan mengancam akan demo kalau mereka tidak jadi ikut cheering,” kata Purwanti, salah satu guru di SMPN 3 Mertoyudan.
Baca juga: Kegembiraan Tilik Candi Borobudur Marathon
Masake keri (masaknya belakangan), yang penting menyambut pelari.
Naufal, siswa kelas VIII SMPN 3 Mertoyudan, merupakan salah satu siswa yang kala itu menolak rencana pembatalan keiikutsertaan sekolah dalam kegiatan cheering. Menurutnya, kegiatan itu harus diikuti untuk menambah pengalaman siswa. ”Supaya nanti bisa cerita ke teman atau adik-adik kelas kalau kita pernah ikut cheering dalam ajang lari nasional. Selain itu, kami juga ingin agar Tari Soreng semakin dikenal dan terus lestari,” ujarnya.
Di Desa Wringinputih, Kecamatan Borobudur, belasan pelajar perempuan dengan dandanan menyerupai prajurit putri Jawa, lengkap dengan panah di punggung, menampilkan Tari Wira Pertiwi untuk menyemangati pelari. Sejumlah pelari yang tertarik dengan aksi tersebut sempat berhenti untuk berswafoto atau merekam video pendek dengan mereka.
Sementara itu, di Desa Borobudur, tepatnya di Km 6, Hotel Plataran membagikan buah semangka secara cuma-cuma kepada pelari. Itu menjadi kebiasaan manajemen setiap kali ada pergelaran Borobudur Marathon. Saat itu, lebih dari 50 butir semangka yang dipotong kecil-kecil ludes hanya dalam waktu dua jam.
”Setiap ada kegiatan Borobudur Marathon, kami selalu mendukung dengan cara menyediakan buah gratis untuk para pelari. Kegiatan ini bagus karena turut membantu mempormosikan kekayaan budaya Borobudur kepada para pelari. Kalau kekayaan budaya Borobudur semakin dikenal, akan semakin banyak pula kunjungan wisatanya, termasuk okupansi di hotel dan penginapan di sekitarnya juga akan ikut terangkat,” tutur Soni, salah satu pegawai bagian sumber daya manusia Hotel Plataran.
Di SD Negeri Wanurejo, para siswa dan guru juga tak ingin ketinggalan dalam riuh rendah kemeriahan Borobudur Marathon 2022. Sekitar 200 siswa dari sekolah tersebut rela datang sejak pukul 04.00 untuk bersiap-siap. Mereka menyajikan hiburan berupa tarian jatilan dan yel-yel kreasi sendiri. Anak-anak mengenakan kostum kreasi Gatotkaca yang dibuat dari kertas karton dan kertas emas.
Begitu pelari lewat, anak-anak yang diberi tugas menari jathilan terlihat menggila. Dengan kuda lumpingnya, mereka berjoget ke kiri dan ke kanan diiringi lagu ”Padhang Bulan” dan ”Lir Ilir”. Sebagian lainnya menepuk-nepukkan balon demi memeriahkan suasana. Beberapa spanduk berisi tulisan penyemangat diangkat tinggi-tinggi. Para pelari yang menyaksikan suasana itu langsung semringah. Tak memancarkan wajah kelelahan.
”Ini jadi cara kami mengajarkan karakter juga ke anak-anak. Mereka tinggal di daerah wisata. Keramahan itu sangat penting. Setidaknya itu yang bisa dipelajari anak-anak di sini,” kata Kepala SD Negeri Wanurejo Endang Susilowati di sela-sela kegiatan mereka.
Lebih dari itu, menurut Endang, sekolah tersebut juga menyediakan minuman hangat berupa teh serai. Minuman tersebut disajikan dalam gelas kertas. Yang membuat ialah salah seorang wali murid dari sekolah itu. Sajian itu disuguhkan untuk mengenalkan kuliner lokal khas desa tersebut.
”Ini bukan sekadar lomba, tetapi ini juga pesta rakyat. Kami senang bisa dilibatkan dalam peristiwa yang penuh kegembiraan ini,” kata Endang.
Kehadiran kelompok cheering dan warga yang menyediakan makanan atau minuman secara cuma-cuma itu disyukuri oleh pelari. Soca (32), pelari asal Kota Yogyakarta, mengatakan, sorakan dan aksi warga di sepanjang lintasan mampu membangkitkan semangatnya. Asupan makanan dan minuman yang diberikan warga juga turut menjadi energi tambahan untuk melanjutkan perlombaan semakin bertambah.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo merasa gembira dengan pergelaran tersebut. Sebab, masyarakat sudah bisa turut serta memeriahkan acara. Pada Borobudur Marathon tahun 2020 dan 2021, ada pembatasan-pembatasan yang menyebabkan masyarakat hanya bisa ambil bagian dari jarak jauh. Ia mengharapkan pandemi Covid-19 bisa segera hilang sehingga ajang tersebut dapat dibuat dengan skala yang lebih besar lagi.
Sebagai peserta lari, Ganjar juga merasakan betapa hangatnya sambutan warga dalam kesempatan itu. Misalnya, ia sakit perut di tengah jalannya lomba. Dengan enteng, warga setempat mempersilakannya beristirahat sejenak di rumah mereka.
Menurut Ganjar, kehangatan-kehangatan itulah yang membuat ajang ini terasa semakin istimewa. Ditambah lagi, sorak sorai warga yang seolah tanpa henti mengalir sepanjang rute. Hal itu membuat kaki-kaki lemas pelari mampu bertahan kokoh melaju ke garis finis. Itu sangat membantunya. Apalagi, buat pelari yang baru pertama kali turut serta dalam half marathon sepertinya. Rute sepanjang 21 km itu dituntaskan Ganjar dengan catatan waktu 3 jam 22 menit.
”Respons masyarakat luar biasa. Pelajar ikut menyambut, masyarakat juga ikut dengan beragam pertunjukan yang disajikan. Ada seni, budaya, dan lainnya. Mudah-mudahan Borobudur Marathon betul-betul akan menjadi milik masyarakat Borobudur, Magelang, dan sekitarnya. Ajang ini milik mereka,” ujar Ganjar.