Bangun Desa Wisata, Kelestarian Lingkungan Jangan Diabaikan
Pengembangan desa wisata diharapkan tidak mengabaikan kepentingan pelestarian lingkungan.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah melalui Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi mendorong agar pengembangan desa wisata tidak mengabaikan kepentingan pelestarian lingkungan. Aspek ini penting membuat wisatawan tetap mau berkunjung dan pada akhirnya berdampak besar untuk kelangsungan masyarakat desa wisata jangka panjang.
”Jadi, jangan berlomba-lomba untuk membangun desa wisata. Membangun desa wisata jangan dijadikan (sekadar) tujuan, tetapi sebagai dampak ke masyarakat dan lingkungan desa,” ujar Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar saat membuka Kompas Travel Fair 2022, Jumat (9/9/2022), di Jakarta.
Dia mendorong agar masyarakat ataupun pengelola desa menyadari pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.
Dia memandang, semakin lestari lingkungan, semakin bagus dan nyaman desa wisata itu dinikmati. ”Jangan sekali-kali (desa wisata) dibangun fabrikan, bukan alam. Itu tidak akan bertahan lama. Maka, kami harap, persaingannya lebih pada aksi melestarikan lingkungan,” kata Abdul.
Selain kelemahan itu, dia menyebutkan juga beberapa hal yang masih kurang. Sebagai contoh narasi dan promosi desa wisata. Kedua hal ini penting menjadi bahan daya tarik ke wisatawan.
Kementerian ikut membantu promosi desa wisata melalui aplikasi Desa Wisata Nusantara. Setelah itu, wisatawan yang tertarik datang ataupun bertransaksi produk desa wisata tertentu, mereka bisa langsung berhubungan dengan pengelola desa wisata. ”Kemudian, tantangan mutu pelayanan kepada wisatawan. Sejumlah badan usaha milik desa wisata telah diberikan pelatihan keramahtamahan,” ujarnya.
Lebih jauh, dia menyampaikan bahwa bepergian ke desa wisata semakin ramai dikunjungi warga. Dari sisi pendapatan usaha desa wisata, Abdul optimistis ikut naik. Dia lantas mencontohkan sudah ada satu unit usaha kopi yang dimiliki salah satu desa wisata dan telah mencetak omzet Rp 1 miliar per tahun.
Vice President Credit Cards PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Agus Hendra Purnama berpendapat, swasta bisa ikut berperan mengembangkan desa wisata. Misalnya, ikut mempromosikan desa wisata kepada calon wisatawan. Dari pihak Bank Mandiri, dia menyebutkan, terdapat sejumlah insentif kemudahan transaksi kepada nasabah yang mau mengunjungi desa wisata.
Kompas Travel Fair 2022 berlangsung 9–11 September 2022 di JCC, Jakarta. Pameran produk dan kebutuhan perjalanan ini diikuti oleh 76 ekshibitor. Mereka berasal, antara lain, dari agen perjalanan konvensional, agen perjalanan untuk wisata halal, dan maskapai penerbangan. Hadir pula sekitar 10 desa wisata di bawah binaan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, ikut dalam pameran.
Secara terpisah, Penasihat Tim Ekonomi Kerthi Bali Research Center Universitas Hindu Indonesia Cipto Gunawan berpendapat, memikat wisatawan Nusantara (wisnus) dan wisatawan mancanegara (wisman) memiliki tantangan berbeda. Untuk menarik wisnus, khususnya, pengelola desa wisata perlu mengembangkan daya tarik unik yang cocok dengan selera wisnus. Di berbagai desa wisata, misalnya, daya tarik yang Instagramable menjadi hal utama.
Hanya, apabila pengelola hanya mengandalkan daya tarik yang seperti itu, destinasi desa wisata tidak akan terlalu tumbuh berkelanjutan. Maka, pengelola desa wisata perlu membangun narasi-narasi untuk mendukung daya tarik tersebut.
”Hal penting berikutnya adalah manajemen destinasi, seperti menghadirkan acara yang menarik, amenitas, dan lokasi destinasi desa wisata yang mudah dijangkau oleh wisnus. Hal-hal seperti ini perlu dipahami oleh sumber daya manusia desa wisata,” ujar Cipto.