Warga di Geopark Ciletuh-Pangandaran di Sukabumi, Jawa Barat, kini lebih bahagia. Beragam potensi muncul mendongkrak kualitas hidup menjadi jauh lebih baik.
Oleh
CORNELIUS HELMY HERLAMBANG, ABDULLAH FIKRI ASHRI, TATANG MULYANA SINAGA, MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·5 menit baca
Kehadiran Taman Bumi Geopark Ciletuh-Palabuhanratu di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, membuka lembar kehidupan baru. Sebagian dari sedikitnya 50.000 warga di 74 desa dan delapan kecamatan kini lebih berdaya. Dari awalnya muram, masa depan mereka di kawasan seluas 126.100 hektar itu kini perlahan cerah.
Dari angkasa, lengkungan garis pantai bertemu laut biru kembali memamerkan kemolekan Teluk Ciletuh. Petak-petak sawah, pegunungan, hutan, sungai, hingga air terjun, jadi primadona.
Bahkan, bagi Muhamad Risky Figo (22), pilot paralayang yang sudah 300 kali terbang di Ciletuh, kawasan itu tidak pernah membosankan. ”Saya sudah terbang di 20 lokasi di Indonesia. Pemandangan Ciletuh yang terbaik,” kata pilot bersertifikat kategori dua ini.
Kamis (4/8/2022) pagi, dia kembali mengudara dari Bukit Paralayang Ciletuh, 360 meter di atas permukaan laut di Desa Ciemas di Ciletuh. Tujuh menit di udara sudah cukup untuk menyapa eksotisnya kawasan itu dari ketinggian.
Akan tetapi, pengalaman terbang di Ciletuh kini tidak hanya jadi milik pilot berlisensi. Sejak 2018, Ketua Persatuan Gantole dan Paralayang Indonesia Kabupaten Sukabumi Lukman mengatakan, dengan membayar Rp 500.000, wisatawan bisa terbang bersama pilot tandem komersial.
”Ada dua periode terbaik, April-Juni dan September-November. Kami sudah menerbangkan 700 wisatawan terbang tandem usia 7-65 tahun,” kata Lukman.
Gairah itu membuat pariwisata Ciletuh semakin menggeliat. Roda ekonomi warga berputar. Perjalanan puncak HUT Ke-77 Jabar dalam ajang ”Cycling de Jabar” pada 27-28 Agustus 2022 bakal merekam hal itu. Di atas sepeda, Pemprov Jabar, harian Kompas, dan Bank BJB menyusuri jalur selatan dari Geopark Ciletuh, Sukabumi, ke Pangandaran lebih dari 300 kilometer.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil menyebut Geopark Ciletuh-Palabuhanratu adalah anugerah dunia bagi Jabar. Keindahan dan potensinya bertaraf internasional lewat status UNESCO Global Geopark.
”Dukungan terhadap promosi hingga perbaikan infrastruktur akan terus kami lakukan. Harapannya, masyarakat sejahtera dan Geopark Ciletuh selalu dikenal di pentas dunia,” katanya.
Tidak jauh dari lokasi paralayang, Deris Angga (29), bahagia bercerita tentang Curug Cimarinjung, setinggi 50 meter, di Ciwaru.
Dalam bahasa Sunda, Ci artinya air, sedangkan marinjung atau munjung adalah memuja. Terjemahan bebas Cimarinjung adalah air terjun yang dipuja. Air itu tidak hanya mengairi ratusan hektar sawah di sekitarnya, tetapi juga menghidupi warga, seperti Deris.
Sebelum 2015, hidup Deris tak menentu. Ia kerap menganggur hingga jadi kuli di Jakarta. Berjarak lebih dari 200 km dari Jakarta, waktu tempuh ke kampungnya butuh 6-7 jam. Jalanan yang rusak memperlambat perjalanan.
Akan tetapi, seiring pengembangan wisata Geopark Ciletuh, muncul pilihan pekerjaan setahun kemudian. Deris lalu pulang kampung. Bersama pemuda lainnya, ia belajar menjadi pemandu wisata.
Kala itu, baru Puncak Darma, sekitar 230 meter di atas permukaan laut, yang dikenal pengunjung di Ciemas. Curug Cimarinjung masih asing. Penginapan pun masih amat jarang.
Setelah meraih status Global Geopark UNESCO pada 2018, daerah itu kian berkembang. Pemerintah membenahi akses jalan, termasuk ke curug. Jalan beraspal kini tersaji di sana. Warung hingga tempat penginapan atau homestay mulai tumbuh hingga kurang lebih 2.000 unit.
Deris lantas memetik buah dari Ciletuh. Sebagai pemandu, ia bisa meraup Rp 200.000-300.000 per hari atau dua kali lipat rata-rata buruh di Jakarta.
Dengan modal itu, ia semakin percaya diri menata hidup. ”Dulu, saya dan istri juga belum ingin punya anak karena khawatir dengan biaya yang besar. Sekarang saya bisa bangun rumah sendiri, biayanya sekitar Rp 100 juta,” ujar bapak dua anak ini.
Warga lain juga menikmati harga yang lebih baik seiring datang wisatawan. Dari Januari hingga Juli tahun ini, tercatat 30.224 orang, termasuk 41 turis mancanegara, datang ke Curug Cimarinjung.
Kelapa muda, misalnya, yang dekade lalu cuma laku Rp 1.000 per butir karena harus dikirim ke Jakarta, kini mencapai Rp 10.000 per buah. Harga ikan kakap juga melonjak dari Rp 20.000 per kilogram jadi Rp 80.000 per kg setelah dibakar.
”Kalau dulu kami terpaksa merantau ke kota, sekarang orang kota yang datang ke sini,” ucapnya.
Di Desa Waluran Mandiri, Kecamatan Waluran, warganya juga kini berdaya. Mereka kini hidup bersama hanjeli (Coix lacyma-jobi L). Tanaman ini dulu ditelantarkante, tapi sekarang menjadi jalan menuju sejahtera.
Waluran Mandiri berada di timur Geopark Ciletuh, sekitar 40 km selatan Palabuhanratu. Di sana, hanjeli berkadar glikemik rendah dikelola warga di atas lahan seluas 7 hektar.
Kisahnya dimulai tahun 2015, saat Asep Hidayat Mustopa (34) melihat potensi besar hanjeli. Dia mengajak masyarakat ikut menanamnya. Awalnya sulit. Namun, perlahan mereka tertarik.
Minat itu mendorong pembentukan Desa Wisata Hanjeli dua tahun kemudian. ”Saya banyak membaca literasi hingga diskusi dengan para ahli. Semua demi materi edukasi di desa wisata,” ujarnya.
Kini, sudah lima tahun Desa Hanjeli berdiri. Banyak penghargaan dalam dan luar negeri diterima. Wisatawan hingga peneliti mancanegara berdatangan ingin belajar keunggulan hanjeli.
Warga pun perlahan menapak sejahtera. Sedikitnya 30 warga terlibat di dalamnya. Mereka bahkan kini sadar kehidupan mereka ternyata sangat berharga.
Sumiyati (50) adalah saksi hidup. Ia sempat menjadi buruh migran hingga penumbuk batu tambang emas. Kini, hanjeli membuat dia bahagia.
”Sekarang saya mengelola homestay. Di rumah ada dua kamar untuk 4-5 orang. Rumah saya sudah banyak digunakan tamu yang menginap dan belajar di sini. Hanjeli menyelamatkan hidup kami. Risikonya tidak sebesar jadi buruh migran. Penghasilannya lebih besar ketimbang jadi penumbuk batu emas,” katanya.
Warga di Geopark Ciletuh-Palabuhanratu kini tersenyum bahagia. Warisan bumi jutaan tahun lalu menjadi bekal masa depan untuk hidup lebih baik.