Generasi Muda Membawa Gagasan dan Solusi Baru
Setiap generasi memiliki tantangan yang berbeda. Generasi muda perlu dilibatkan dalam mengatasi masalah bangsa karena mereka dapat menawarkan ide dan solusi yang baru.
JAKARTA, KOMPAS – Indonesia membutuhkan generasi muda yang peduli, inovatif, dan kreatif. Hal ini bisa dicapai jika generasi muda mampu membaca potensi diri, mengembangkan diri, serta memproyeksikan dirinya di masa depan.
Kehidupan generasi muda, yaitu generasi milenial dan generasi Z, akan menantang karena dampak perubahan iklim, seperti kekeringan, bencana hidrometeorologi yang semakin parah, serta meningkatnya potensi wabah penyakit. Dampak lingkungan pada akhirnya memengaruhi kualitas hidup manusia. Kualitas udara, air, hingga tanah pun ikut turun.
Perubahan dunia yang begitu cepat akibat perkembangan teknologi juga dapat menjadi tantangan. Kemajuan teknologi membawa pengaruh pada interaksi sosial dan budaya masyarakat, seperti penyebaran berita bohong dan pergeseran nilai. Diskusi mengenai generasi muda yang akan menjadi pemimpin ini mengemuka dalam acara Kompasfest Presented by BNI di sesi konferensi bertema ”Will, Wit, Wisdom: Lessons for the Future Leaders”, di M Bloc Space, Jakarta, Jumat (19/8/2022).
Dalam acara yang dihadiri ratusan anak muda secara luring dan daring ini, tiga gubernur sekaligus hadir untuk berbagi pengalaman. Mereka adalah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang hadir secara luring serta Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang hadir secara daring.
Menurut Anies Baswedan, Indonesia membutuhkan anak muda yang inovatif. Ia menilai, setiap generasi menghadapi tantangan yang berbeda. Generasi muda diyakini mampu menawarkan gagasan dan solusi baru karena mereka memiliki perspektif yang baru pula. Untuk itu, anak muda perlu dilibatkan dalam merumuskan solusi bersama pemangku kepentingan.
”Saya tidak pernah pesimistis dengan anak-anak muda sekarang. Saya melihat semua mempunyai tantangan berbeda, pada prosesnya ada masa pendewasaan. Setiap situasi di mana ada jalannya sendiri, dan pasti membawa kebaruan, generasi muda pasti punya yang baru,” kata Anies di depan ratusan anak muda yang hadir.
Butuh waktu
Bagi Anies, proses pembelajaran untuk bisa menjadi seseorang yang dianggap sukses membutuhkan waktu yang lama. ”Lihatlah figur-figur yang dianggap sukses. Selalu bertanya, bagaimana caranya ke sana. Ada proses di situ. Penting untuk memperhatikan proses perjalanan dari usia belia hingga sekarang, apa saja pembelajaran dan pengalaman yang didapatkan,” katanya.
Kepemimpinan generasi muda pun menjadi penting. Menurut Anies, kepemimpinan tidak selalu identik dengan memberi perintah. Pemimpin bisa pula memberi pertanyaan kepada rekan kerja agar solusinya bisa didiskusikan bersama. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), kaum muda menghadapi hambatan struktural dan sosial untuk berpartisipasi penuh dan efektif dalam ranah politik, ekonomi, dan kemasyarakatan. Hambatan tersebut membuat kaum muda semakin berisiko terhadap kemiskinan, kekerasan, pengungsian, hingga marjinalisasi. Hal ini tercantum pada ”World Youth Report 2018: Youth and the 2030 Agenda for Sustainable Development” yang diterbitkan pada 2018.
Ganjar Pranowo menuturkan, seseorang yang aktif dalam kegiatan sosial dan organisasi memiliki nilai lebih yang akan menjadi bekal dalam kepemimpinan (leadership). Tak kalah penting adalah kekuatan menjalin relasi, termasuk melatih kemampuan berkomunikasi dan memahami seseorang.
Dalam prosesnya, mereka belajar untuk menempa diri dan menyelesaikan permasalahan dengan menemukan solusi dan ide. Berdiskusi dengan sesama pun bisa membantu mendewasakan proses berpikir. Terlebih, kemajuan teknologi memberikan peluang bagi generasi muda untuk menjadi ekspresif, adaptif, inovatif, dan kreatif.
Baca juga : Saat Anies, Ganjar, dan Ridwan Kamil Bertemu dalam Kompasfest 2022
”Proses belajar menjadi penting, menggembleng diri untuk merasakan sesuatu yang barangkali diminati dan diinginkan publik,” ujar Ganjar.
Ia menambahkan, kepemimpinan bisa terbentuk ketika seseorang dalam kondisi serba terbatas dan tertekan. Sebab, dalam kondisi seperti itu, seseorang secara tak langsung akan dipaksa untuk bertahan hidup dengan berbagai cara.
Ganjar mencontohkan, keterbatasan uang kiriman dari orangtua membuat seseorang belajar untuk memasak makanan sendiri supaya hemat. ”Untuk bisa bertahan hidup, seseorang akan memutar otak untuk mencari tambahan uang. Kemampuan untuk bertahan dalam segala situasi ini amat penting sebagai bekal menghadapi berbagai tantangan di masa depan,” katanya.
Kepedulian
Ridwan Kamil mengatakan, generasi muda Indonesia harus memiliki sikap peduli. Sikap lain yang perlu diasah adalah kedewasaan dalam memimpin. Hal itu tidak terbentuk tiba-tiba, tetapi melalui proses panjang yang mungkin tidak ditemui di jalur formal.
”Banyak pemimpin lahir karena hidupnya berani trial and error. Pengalaman tersebut menjadi bekal dalam menyalurkan kebermanfaatannya,” kata Kamil.
Menurut Kamil, kebermanfaatan bukan berarti dinilai dari seberapa harta yang bisa diberikan kepada orang lain atau harus memiliki jabatan tertentu untuk berbuat baik. Jika yang dipunya adalah waktu, berikanlah waktu tersebut untuk membantu sesama dengan menjadi sukarelawan. Jika yang dimiliki adalah ilmu, berbagilah kepada yang membutuhkan.
Kerap kali sejumlah pelajaran kehidupan justru didapat dari keseharian. Hal itu membentuk pola berpikir dan cara bertindak seseorang, misalnya dalam menyelesaikan masalah lewat solusi yang ditawarkan. Dalam hal ini, penyelesaian masalah bisa dilakukan dengan rajin turun ke lapangan untuk mengetahui fakta keras yang ada, bukan hanya mengandalkan teori dan berasumsi.
Bepergian ke sejumlah lokasi mampu menambah tabungan pengalaman dan pengetahuan yang berguna di kemudian hari. Ia mencontohkan, permasalahan yang dihadapi negara lain mungkin saja terjadi di Indonesia. Dengan mengetahui polanya, seorang pemimpin bisa menjadikannya sebagai bahan pembanding untuk menghindari hal buruk terulang kembali.
”Kalau ada masalah pasti cek ke lapangan. Kemudian, membaca dari berbagai sumber, seperti gambar atau video. Selanjutnya, beralih ke meja untuk direnungkan dan disinkronkan. Lahirlah keputusan pemimpin terhadap masalah di wilayahnya. Sebaik-baiknya pemimpin adalah yang bisa mengambil keputusan,” tutur Kamil.
Produktif
Dalam acara yang sama, Pemimpin Redaksi Kompas Sutta Dharmasaputra menekankan pentingnya anak muda untuk siap menghadapi berbagai tantangan. ”Setelah krisis kesehatan, krisis berikutnya yang menghadang kita adalah krisis lingkungan, krisis efek dari konflik Rusia (dan Ukraina) yang berkepanjangan, krisis energi, krisis pangan, dan krisis finansial,” kata Sutta.
Bukan hanya untuk Indonesia, generasi muda diharapkan mampu mengisi kebutuhan tenaga kerja untuk di luar negeri. Menurut dia, sejak 2012, Indonesia mempunyai generasi muda yang produktif dua kali lipat daripada generasi yang tidak produktif. Artinya, kalau ada seratus orang, dia hanya menanggung 50 persen yang tidak produktif.
Ini menunjukkan potensi dari generasi muda Indonesia sangat besar. Mereka menjadi sumber tenaga kerja, pelaku usaha, dan tentunya konsumen. Hal yang juga penting, penduduk Indonesia yang produktif ini di ASEAN mencapai 38 persen. ”Nah, saya rasa ini peluang, ke depan negara-negara di ASEAN, seperti Singapura, dan juga negara seperti Korea, Jepang, dan Australia, mereka kekurangan tenaga kerja muda. Tenaga kerja muda mereka harus diisi para spacemate yang ada di sini,” ujar Sutta.