Ajaran agama sejatinya berpotensi jadi faktor pemersatu, perekat persaudaraan, dan penguat kesadaran sosial. Spirit ini perlu diterjemahkan dalam aksi lebih nyata untuk membangun kehidupan global yang saling menghargai.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Umat Islam di dunia merayakan Idul Adha tahun 1443 Hijriah atau 2022. Saat bersamaan, jemaah haji tengah menuntaskan amalan puncak di Arab Saudi.
Hari raya kurban digelar umat Islam di Indonesia dan beberapa negara Asia Tenggara pada Minggu (10/7/2022). Di sejumlah negara Timur Tengah dirayakan pada Sabtu (9/7/2022).
Pada pagi hari, umat Islam mendirikan shalat berjemaah dan mendengarkan khotbah. Setelah itu, jemaah memotong hewan kurban hasil sumbangan dari orang-orang yang berkelebihan rezeki. Daging kurban lantas dibagikan kepada masyarakat, terutama yang kurang mampu.
Khusus di Arab Saudi, sehari sebelum Idul Adha, Jumat (8/7/2022), sekitar 1 juta anggota jemaah haji dari banyak negara melaksanakan wukuf di Arafah. Wukuf adalah amalan puncak haji yang dilakoni dengan berdiam diri di tenda-tenda di padang Arafah, berzikir, berdoa, dan mendengarkan khotbah.
Baik Idul Adha maupun wukuf haji di Arafah memiliki semangat untuk membangun kebersamaan dan persaudaraan sesama umat manusia. Memotong dan membagikan daging hewan kurban kepada warga adalah praktik berbagi dari orang-orang yang memiliki kelebihan harta kepada mereka yang kekurangan. Melalui amalan kurban, ibadah diwujudkan dalam bentuk lebih nyata: memberi perhatian, kasih sayang, dan makanan kepada masyarakat sekitar.
Merujuk akar katanya, wukuf berarti berhenti. Ambil jeda sejenak untuk mengevaluasi diri. Di tenda-tenda di Arafah, para anggota jemaah haji mengenakan dua potong kain ihram berwarna putih tanpa jahitan untuk lelaki dan baju tertutup untuk perempuan. Kain ihram adalah simbol agar jemaah menanggalkan pelbagai predikat pencapaian keduniaan, katakanlah seperti jabatan, kekayaan, pendidikan, ataupun pengakuan sosial. Jemaah kembali menjadi manusia yang polos dan menyatu dengan sesama jemaah. Semua sama di hadapan Tuhan, setara, tanpa batas.
Memuja Tuhan saat bersamaan juga bermakna menghargai kemanusiaan. Ajaran agama senantiasa menekankan pentingnya berperilaku baik dan memperjuangkan kemaslahatan umum. Kemuliaan dari rumah-rumah ibadah didorong untuk merembes pada kebaikan lingkungan.
Dalam konteks lebih luas, spirit Idul Adha dan wukuf di Arafah dapat dicermati sebagai sentuhan spiritual agar setiap manusia menyadari posisinya sebagai individu yang sama sekali tidak bisa lepas dari kehidupan bersama. Ketika berada di satu negara, setiap individu niscaya bertanggung jawab untuk memajukan kehidupan negara dan bangsanya. Pun dalam kancah global, semua negara dituntut berkontribusi untuk menciptakan peradaban global yang lebih baik.
Ajaran agama sejatinya berpotensi menjadi faktor pemersatu, perekat persaudaraan, dan penguat kesadaran sosial. Spirit ini perlu diterjemahkan dalam aksi lebih nyata untuk membangun kehidupan global yang saling menghargai, toleran, dan damai.