Angka kejadian gagal jantung di Indonesia sebesar 5 persen atau tergolong tinggi. Angka kematian akibat penyakit ini 17,2 persen dan terjadi saat perawatan pertama di rumah sakit.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Angka kasus gagal jantung di Indonesia tergolong tinggi. Jika tidak segera ditangani, kondisi gagal jantung akan memburuk dan dapat mengakibatkan berbagai komplikasi hingga kematian. Karena itu, pencegahan dini dan pengobatan yang tepat mesti segera dilakukan.
“Kondisi yang cukup berat ditandai dengan penumpukan cairan di kaki dan paha. Itu berarti kita sudah sangat terlambat (untuk berobat),” ucap Ketua Kelompok Kerja Gagal Jantung dan Kardiometabolik Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (Perki) Siti Elkana Nauli pada diskusi daring di Jakarta, Sabtu (29/1/2022).
Angka penderita gagal jantung di Indonesia diperkirakan mencapai 5 persen dari jumlah penduduk. Jumlah penderita gagal jantung itu berdasarkan jurnal Heart failure across Asia: Same Healthcare Burden But Differences in Organization of Care yang dipublikasikan di International Journal of Cardiology. Selain tingginya jumlah penderita gagal jantung, angka kematian akibat penyakit ini juga tinggi.
Kondisi yang cukup berat ditandai dengan penumpukan cairan di kaki dan paha. Itu berarti kita sudah sangat terlambat (untuk berobat).
Sebanyak 17,2 persen dari jumlah total pasien gagal jantung di Indonesia meninggal dunia saat perawatan pertama di rumah sakit. Hal ini terjadi pada pasien yang memiliki riwayat serangan jantung ataupun yang tidak. Adapun 11,3 persen pasien meninggal dalam kurun waktu setahun perawatan.
Sementara 17 persen lainnya mengalami rawat inap berulang akibat perburukan kondisi gagal jantung. Sedikitnya mereka dirawat inap sekali dalam setahun setelah didiagnosis gagal jantung. Adapun rata-rata penderita gagal jantung berusia 58 tahun.
Cegah perburukan
Gagal jantung merupakan kondisi ketika otot jantung tidak mampu memompa cukup darah ke seluruh tubuh. Padahal, darah membawa oksigen yang dibutuhkan organ-organ tubuh. Gagal jantung juga disebabkan kapasitas jantung untuk menerima darah berkurang. Hal ini menyebabkan penumpukan cairan di sejumlah organ tubuh.
Maka dari itu, gagal jantung mesti segera diobati agar tidak memburuk dan menyebabkan komplikasi, seperti gagal sirkulasi, gagal ginjal, stroke, dan kematian mendadak. Orang yang memiliki komorbid atau penyakit penyerta, seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, dan diabetes, pun mesti waspada.
Penyebab gagal jantung pada perempuan di Indonesia umumnya adalah diabetes dan hipertensi. Sementara itu, gagal jantung pada laki-laki muncul akibat hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung koroner. Faktor risiko lain ialah obesitas, kurang berolahraga, kebiasaan merokok, dan dislipidemia atau kelainan metabolisme lipid pada tubuh.
Gejala gagal jantung ditandai dengan sesak napas, mudah lelah, mudah pusing, tidak nafsu makan, dan penderita kerap bangun tengah malam karena perasaan sesak seperti tenggelam. Siti menekankan pentingnya mencegah orang yang sakit jantung agar tidak mengalami gagal jantung. Sementara pasien gagal jantung mesti ditangani dengan tepat agar kondisinya tidak memburuk.
“Gagal jantung bersifat progresif sehingga harus segera ditangani untuk menekan kematian dan rawat inap berulang,” kata Siti. “Ini penyakit yang bisa dicegah dan dikontrol dengan pengobatan dan edukasi”, katanya, menambahkan.
Ketua Pengurus Pusat Perki Isman Firdaus menegaskan, semua pemangku kepentingan mesti bekerja sama melakukan upaya promotif dan preventif penyakit. Ia juga mendorong pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan sehat, berolahraga secara teratur, dan memeriksakan kesehatan secara berkala. Orang yang memiliki faktor risiko gagal jantung agar berkonsultasi dengan dokter.
“Hal lain yang penting ialah memeriksakan kesehatan jantung sejak dini, terutama jika ada keluhan nyeri dada, berdebar, mudah capek, kaki bengkak atau sesak napas,” kata Isman.
Penderita gagal ginjal mesti minum obat dalam jangka waktu panjang, sekitar lima jenis obat. Ada pula yang mesti mengonsumsi obat seumur hidup. Ada tiga obat utama untuk gagal jantung menurut panduan tata laksana gagal jantung di Indonesia. Kini, ada dua obat tambahan, yaitu SGLT2I dan ARNI.
Obat tambahan tersebut dapat disertakan dalam terapi gagal jantung. Siti mengatakan, angka kematian dan rawat inap berulang dapat ditekan serendah mungkin dengan obat tersebut.
Selain pengobatan, pencegahan gagal jantung pun mesti digalakkan. Ini karena mayoritas pasien, menurut Siti, adalah peserta program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). Artinya, biaya pengobatan ditanggung negara.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mengeluarkan biaya hingga Rp 10,5 triliun untuk pelayanan penyakit jantung. Angka ini setara 51,6 persen dari seluruh biaya yang dikeluarkan untuk penyakit katastropik (Kompas.id, 10/11/2021).
Sebelumnya, Wakil Menteri Dante Saksono Harbuwono pada 9 November 2021 mengajak masyarakat mencegah faktor risiko penyakit kardiovaskular. Penguatan intervensi di sisi hulu pun perlu ditingkatkan.