Tonga, Negeri Kecil Rumah ”Para Raksasa”
Wajah orang-orang Tonga dan bangsa-bangsa Polinesia mirip dengan orang-orang Sulawesi dan Maluku. Tak hanya parasnya, mereka juga sama-sama dikenal sebagai pelaut ulung.
Letusan Gunung Hunga Tonga-Hunga Ha’apai pada 15 Januari 2022 membuat orang kembali tahu ada negara bernama Tonga. Penduduk negeri itu tidak sampai 110.000 jiwa. Akibat letusan gunung di bawah laut itu, pulau utama negara tersebut tersapu tsunami dan tertutup abu letusan gunung.
Tidak mudah menemukan Tonga di peta. Luas total daratannya hanya 750 kilometer persegi. Daratan Tonga terdiri dari 169 pulau, hanya 39 pulau berpenghuni, yang tersebar di laut seluas total 700.000 kilometer (km) persegi dan membentang sepanjang hampir 800 km dari utara ke selatan. Sebagai pembanding, luas daratan Singapura dan Jakarta masing-masing 728 km persegi dan 661 km persegi.
Baca Juga: Menduga Warta dari Tonga
Berdasarkan foto citra satelit yang dikeluarkan Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA), lebar kolom letusan Hunga Tonga-Hunga Ha’apai mencapai 650 km. Lebar kolomnya lebih dari separuh panjang Pulau Jawa. Jika gunung itu meletus di Palestina, seluruh Palestina, Jordania, Israel, sebagian Arab Saudi, dan Mesir tertutup oleh kolomnya.
Bukan hanya kolom awan, letusan itu memicu tsunami yang di beberapa tempat mencapai ketinggian 10 meter. Rangkaian gempa dan tsunami akibat letusan itu praktis mengisolasi Tonga dari dunia selama berhari-hari. Kabel telekomunikasi bawah laut, saluran utama penghubung Tonga dengan dunia, putus akibat letusan.
Pengelola kabel itu, Digicel Tonga, butuh beberapa hari untuk memulihkan layanan telekomunikasi di Tonga. Sebagian jaringan telekomunikasi di negeri itu dioperasikan dengan sambungan satelit. Pemimpin Tonga Cable Samieula Fonua mengatakan bahwa kapal tim perbaikan sudah mulai bergerak dan dijadwalkan tiba di Tonga pada 1 Februari 2022. Perbaikan ditaksir akan mulai terlihat hasilnya sepekan kemudian.
Selama kabel dan telekomunikasi putus, Konrad Hurrell dan Tau Aholelei amat cemas. Hurrell adalah salah satu bintang rugbi internasional asal Tonga yang kini bermain di liga rugbi Inggris. Adapun Aholelei adalah tentara Tonga yang sedang tugas belajar di Selandia Baru kala gunung itu meletus.
Hurrel dan Aholelei menghabiskan berhari-hari dalam kecemasan karena tidak bisa mengetahui nasib keluarga di kampung halaman. Setelah bisa menghubungi keluarganya, Hurrell mengaku bahagia, sekaligus sedih.
”Saya selalu benci mengatakan bahwa keluarga saya aman dan baik-baik dengan makanan dan air karena banyak keluarga sedang berjuang di Tonga sekarang,” kata Hurrell.
Hurrell mengontak beberapa rekan asal Tonga atau keturunan Tonga yang bermain di Liga Inggris. Mereka memutuskan menggelar pertandingan amal untuk menggalang dana bagi warga Tonga yang terdampak letusan.
Bebas Covid-19
Upaya penggalangan dan pengiriman bantuan ke Tonga terus dilakukan. Namun, di tengah semangat untuk membantu Tonga, terselip kekhawatiran tersendiri, khususnya atas kemungkinan persebaran virus korona baru penyebab Covid-19.
Sejak awal pandemi dua tahun lalu, tercatat baru ada satu kasus Covid-19 di Tonga. Tonga adalah salah satu dari sedikit negara di dunia yang saat ini benar-benar bebas virus tersebut. Menurut Our World in Data, sekitar 61 persen warga Tonga telah divaksinasi sepenuhnya.
Baca Juga: Bencana Tonga di Mata Dunia
Pada Selasa (25/1/2022) dilaporkan bahwa hampir dua lusin pelaut di kapal militer Australia yang akan mengirimkan bantuan ke Tonga dinyatakan positif Covid-19. Pihak berwenang Tonga telah mewaspadai bantuan internasional dapat menyebabkan bencana yang lebih besar daripada letusan besar gunung berapi bawah lautnya.
Menteri Pertahanan Australia Peter Dutton mengatakan, pemerintahnya bekerja dengan otoritas Tonga untuk menjaga agar kapal-kapal pengirim bantuan tetap berada di laut dan memastikan tidak ada ancaman bagi 105.000 penduduk Tonga. ”Mereka sangat membutuhkan bantuan, tetapi mereka tidak menginginkan risiko Covid-19. Kami akan menyelesaikan semua itu secepat mungkin,” kata Dutton kepada Sky News.
Pejabat Australia mengatakan, 23 anggota awak kapal HMAS Adelaide yang meninggalkan Brisbane pada Jumat pekan lalu terpapar Covid-19. Ini adalah pengiriman bantuan kedua dari Australia. Sebuah pesawat angkut militer C-17 Globemaster sebelumnya juga berbalik arah di tengah penerbangan setelah seorang awaknya terdiagnosis terpapar Covid-19.
Gudang pemain rugbi
Hurrell dan rekannya berharap bisa mengumpulkan dana. Rugbi memang menjadi salah satu andalan warga Tonga untuk mencari penghasilan lebih baik. Para pemain rugbi profesional Tonga juga menjadi tumpuan kehidupan ekonomi keluarga mereka.
”Rugbi adalah sumber penghidupan dan penghasil devisa utama bagi keluarga kami. Pencapaian Anda telah meningkatkan daya jual sesama pemain rugbi kami. Keluarga, relasi, desa, gereja, dan negara semua sangat bangga kepada kalian,” kata Sione Ngongo Kioa, diplomat Tonga dan anggota Komisaris Tinggi Kerajaan Tonga untuk Inggris.
Baca Juga: Sempat Putus Kontak Lima Hari, Tonga Segera Dapat Bantuan Kemanusiaan
Kondisi fisik orang Tonga dan rugbi memang cocok. Aholelei dan Hurrell sama-sama berpostur tubuh tinggi di atas 1,8 meter dan berat di atas 100 kilogram. Meski besar, orang-orang Tonga tetap gesit di lapangan rugbi. Mereka bisa berlari kencang sekaligus bisa lentur bermanuver di lapangan.
Dalam penelitian oleh University of Sunshine Coast, Australia, disebutkan bahwa morfologi tubuh orang Tonga dan bangsa-bangsa Polinesia lain mendukung mereka menjadi atlet rugbi. ”Mereka lebih berat, punya banyak otot perut, proporsi lemak yang rendah, dan bisa menghasilkan tenaga ledak lebih besar dibandingkan ras lain,” demikian tercantum dalam laporan penelitian yang ditulis oleh Gerry Slater, Adam Zemski, dan Elizabeth Broad itu.
Atlet rugbi memang harus kekar, sekaligus kuat, lincah, dan bisa berlari cepat. Banyak sekali orang Polinesia dengan kondisi fisik seperti itu. Tidak banyak etnis bisa punya tubuh seperti orang-orang Polinesia.
Selain Hurrell, ada sejumlah atlet Tonga yang terkenal. Mereka, antara lain, adalah Tangaki Taulupe Faletau dan keluarga Vunipola. Dari keluarga Vunipola, ada Manu, Elisi, Billy, dan Mako.
Kesuksesan mereka direkam antara lain dalam film dokumenter berjudul Oceans Apart. Film buatan Dan Leo ini menyebutkan, pemain rugbi kelas atas bisa mendapat penghasilan hingga 1,5 juta dollar AS atau sekitar Rp 21,5 miliar per tahun. Bagi negara dengan pendapatan per kapita rata-rata 4.900 dollar AS per tahun, penghasilan itu sangat besar.
Kerajaan satu dinasti
Sejarah mencatat, sampai kedatangan penjelajah Belanda dan Inggris pada abad ke-18, Tonga adalah salah satu kekuatan penting di Pasifik Selatan. Jejak penaklukan Kerajaan Tonga masih terlihat hingga ke Fiji, negara yang terpisah hampir 2.000 km dari Tonga.
Meski kekuasaannya tidak seluas dulu, Kerajaan Tonga masih bertahan sampai sekarang. Di Pasifik Selatan, Tonga merupakan satu-satunya negara yang diperintah satu dinasti tanpa terputus sejak ribuan tahun lalu. Kini, Tonga dipimpin ’Aho’eitu ’Unuaki’otonga Tuku’aho yang bergelar Tupou VI. Kala Gunung Hunga Tonga-Hunga Ha’apai meletus, ia mengungsi selama dua hari dan kembali ke istana pada 17 Januari 2021.
Meski terpisah hampir 7.000 km, wajah orang-orang Tonga dan bangsa-bangsa Polinesia mirip dengan orang-orang Sulawesi dan Maluku. Tidak hanya parasnya, mereka juga sama-sama dikenal sebagai pelaut ulung. Bedanya, tinggi rata-rata orang Maluku dan Sulawesi 1,6 meter, sementara orang Polinesia rata-rata 1,8 meter.
Baca Juga: Lima Hari Hilang Kontak akibat Erupsi, Komunikasi Tonga Kembali Pulih
Tubuh orang-orang Polinesia juga besar-besar, seperti Hurrell dan Aholelei yang berbobot lebih dari 100 kilogram. Ukuran ini tidak menghambat mereka lincah di darat dan laut.
Keunggulan orang Polinesia sebagai bangsa yang hidup di air, antara lain, terekam pada kisah Lisala Folou. Selepas tempat tinggalnya tersapu tsunami akibat letusan Hunga Tonga-Hunga Ha’apai, Folou dilaporkan berenang selama 27 jam atau sehari-semalam plus 3 jam di laut. Upayanya membuat dia selamat dan dijuluki sebagai ”Aquaman” di dunia nyata. (AFP/REUTERS)