Pada foto-foto yang direkam pesawat-pesawat pengintai Australia dan Selandia Baru terlihat abu vulkanik menutup hampir seluruh daratan Tonga.
Oleh
KRIS RAZIANTO MADA
·4 menit baca
WELLINGTON, SELASA— Hingga empat hari sejak Gunung Hunga Tonga-Hunga Ha’apai di Tonga meletus, belum ada kejelasan kabar dari negara di Pasifik Selatan itu. Hasil pemantauan oleh pesawat pengintai Australia dan Selandia Baru menunjukkan kerusakan di berbagai penjuru negara kepulauan di tenggara Fiji itu.
Wakil Duta Besar Tonga di Australia Curtis Tu’ihalangingie mengatakan bahwa hasil pemantauan menunjukkan kerusakan parah di banyak tempat. ”Kami terus berdoa mudah-mudahan korban tewas tidak banyak,” katanya, Selasa (18/1/2022), di Sydney.
Sampai sekarang, tidak diketahui berapa banyak korban tewas atau cedera setelah Gunung Hunga Tonga-Hunga Ha’apai kembali meletus pada Sabtu sore. Tidak diketahui pula kondisi orang-orang yang mungkin selamat dari bencana itu. Terakhir kali erupsi besar Gunung Hunga Tonga-Hunga Ha’apaiterjadi pada 2014. Abu dan material erupsi yang mendingin membentuk Pulau Hunga Tonga dan Pulau Hunga Ha’apai. Pulau-pulau itu terhubung oleh gunung api yang kalderanya berada di bawah laut sampai 2009. Sejak 2009, aktivitas gunung membuat kalderanya terus bertambah sampai akhirnya terlihat di atas permukaan laut.
Pada 29 Desember 2021-4 Januari 2022, gunung yang tergolong gunung api bawah laut itu juga beberapa kali erupsi. Letusan paling keras tercatat pada 15 Januari 2022 dan kolom erupsinya mencapai 20 kilometer. Akibat erupsi itu, Tonga dilanda tsunami dan mayoritas daratannya tertutup abu vulkanik. Sampai sekarang, gunung itu masih terus terpantau erupsi.
Warga Tonga yang tinggal di Selandia Baru, Tau Aholelei, menyebut bahwa hingga saat ini sama sekali tidak berkomunikasi dengan kerabatnya di Tonga. Ia hanya beberapa kali menerima pesan singkat beberapa saat setelah letusan. ”Semua saluran komunikasi terputus. Layanan listrik juga,” ujarnya ketika dihubungi dari Jakarta.
Seperti banyak warga Tonga di Selandia Baru, ia terus berusaha mencari cara berkomunikasi dengan kerabat di kampung halaman. Mereka sudah pernah mencoba telepon satelit. Sayangnya, karena ketiadaan listrik di sana selepas letusan, nyaris tidak ada telepon satelit yang bisa dihubungi di Tonga. ”Kami hanya bisa berdoa untuk seluruh keluarga di sana,” katanya.
Sebelum erupsi, Tonga mengandalkan kabel bawah laut sebagai saluran komunikasi utama. Sayangnya, sebagian kabel yang menghubungkan jaringan telekomunikasi Tonga dengan dunia terputus saat erupsi. Tonga Cable, perusahaan pengelola jaringan kabel telekomunikasi Tonga, mengungkap bahwa perbaikan kabel bawah laut belum bisa dilakukan. Sebab, sampai sekarang erupsi Gunung Hunga Tonga-Hunga Ha’apai belum berhenti. Operator khawatir petugas perbaikan malah celaka apabila memaksakan perbaikan sekarang.
Kepala Kantor Perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Fiji Jonathan Veitch mengatakan sudah berkomunikasi dengan tentara Tonga. Dari tentara didapat informasi awal dampak letusan pada negara berpenduduk 105.000 jiwa itu.
Veitch mengakui, komunikasi menjadi kendala utama pengiriman bantuan ke Tonga. ”Saya pernah bekerja di berbagai situasi darurat. Kali ini paling buruk karena telekomunikasi terputus. Kami berharap kabel bawah laut segera diperbaiki,” katanya.
Berdasarkan informasi dari militer Tonga, sebagian wilayah Tonga disapu tsunami hingga 10 meter. Ombak tinggi, antara lain, menyapu Mango dan Atata, pulau yang berjarak hampir 70 kilometer dari Gunung Hunga Tonga-Hunga Ha’apai. Di Mango dan Atata ada total 150 penduduk. ”Sedih sekali dengan kemungkinan ombak tinggi telah menyapu Mango dan Atata,” kata Tu’ihalangingie.
Pemantauan
Australia dan Selandia Baru telah mengirimkan pesawat pengintai ke Tonga. Hasil pemantauan hampir selaras dengan laporan militer Tonga. Pada foto-foto yang direkam pesawat-pesawat pengintai Australia dan Selandia Baru terlihat abu vulkanik menutup hampir seluruh daratan Tonga.
Abu tebal, antara lain, terlihat di Bandara Fua’amotu dan pelabuhan. Dalam foto-foto yang disiarkan sejumlah pihak terlihat pelabuhan rusak tertutup abu dan tidak ada aktivitas di sana. Adapun seluruh landas pacu bandara dan berbagai penjuru bandara tertutup abu. Hal itu menjadi alasan pesawat pengangkut bantuan belum bisa diberangkatkan ke Tonga.
Sydney dan Wellington telah menyiagakan pesawat angkut militer untuk mengantar bantuan ke Tonga. Sayangnya, informasi kondisi bandara membuat penerbangan tidak bisa segera dilakukan.
Sebagai pengganti, Wellington mengirimkan dua kapal perang pada Selasa. HMNZS Wellington mengangkut perangkat pemantau dan helikopter. Adapun HMNZS Aotearoa mengangkut air bersih dan perangkat pengolah air bersih. Kapal-kapal itu ditargetkan tiba di Tonga pada Kamis malam atau setidaknya Jumat dini hari.
Sydney dan Wellington menaksir, Bandara Tonga bisa dipakai lagi paling cepat Jumat. Sebab, butuh waktu untuk membersihkan abu vulkanik yang menutupi berbagai penjuru bandara.
Veitch mengatakan, air bersih memang menjadi kebutuhan mendesak untuk dikirimkan. Sebab, dikhawatirkan sistem pasokan air terdampak oleh tsunami dan letusan. Ia juga khawatir pengiriman bantuan bisa membawa Covid-19 ke Tonga. Selama ini, Tonga menjadi salah satu negara yang bebas Covid-19 karena kontrol ketat di negara kepulauan kecil tersebut. (AFP/AP/REUTERS)