Dana Kemanusiaan Kompas Perkuat Jaringan Distribusi Bantuan
Di bawah bayang-bayang pandemi Covid-19, bantuan pembaca ”Kompas” tetap bisa disalurkan ke berbagai lokasi bencana. Hal itu dimungkinkan karena Kompas Gramedia memiliki jaringan karyawan di berbagai daerah.
Oleh
Budi Suwarna
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas terus memperkuat jaringan distribusi bantuan kemanusiaan dengan melibatkan sukarelawan dari unit-unit usaha di bawah Kompas Gramedia yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Dengan demikian, bantuan kemanusiaan tetap bisa dialirkan meski di tengah terbatasnya pergerakan akibat pandemi Covid-19.
Selama pandemi merebak, sebagian besar bantuan kemanusiaan dari pembaca harian Kompas yang dikelola Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) penyalurannya dibantu oleh para sukarelawan dari sejumlah unit usaha Kompas Gramedia (KG) di berbagai daerah. Penyaluran bantuan kemanusiaan untuk korban bencana banjir di Kalimantan Selatan, misalnya, dilakukan oleh para sukarelawan dari unit-unit usaha KG yang tergabung dalam Forum Komunikasi Daerah (FKD) KG Banjarmasin.
Berkoordinasi dengan pengurus DKK di Jakarta, FKD KG Banjarmasin melakukan survei kebutuhan pengungsi, mengadakan barang bantuan, hingga menyalurkan bantuan ke titik-titik korban bencana banjir yang masih jarang mendapatkan bantuan.
”Kami harus menggunakan dua perahu karet dan dua kelotok (perahu bermotor) untuk mengirim bantuan ke Kabupaten Banjar dan Kota Banjarmasin,” kata Suhendar, Ketua FKD KG Banjarmasin yang juga Kepala Biro Kompas TV Banjarmasin, pekan lalu, seusai menyalurkan bantuan kepada korban banjir.
Sebelumnya, penyaluran bantuan untuk korban bencana erupsi Gunung Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, NTT, dilakukan oleh sukarelawan Gramedia Maumere. Store Manager Gramedia Maumere Gabriel Ivon Soraya mengatakan, pihaknya baru pertama kali menjadi sukarelawan DKK. Ia segera membentuk tim untuk mencari barang kebutuhan pengungsi sesuai daftar yang diberikan oleh pengurus DKK di Jakarta.
”Waktu daftarnya saya terima, ternyata barang yang mesti dibeli banyak sekali. Bagaimana mencari barang sebanyak itu di kota kecil seperti Maumere dalam waktu singkat di tengah pandemi?” ujar Ivon.
Ivon dan tim sempat kesulitan mencari barang-barang untuk pengungsi erupsi Ile Lewotolok. Namun, mereka berhasil mengadakan barang-barang yang diperlukan dan menyalurkannya langsung kepada pengungsi. Perjalanan dari Maumere ke Lembata ditempuh lebih dari 10 jam melalui jalur darat dan laut.
Sementara itu, DKK bisa mengirimkan tim sukarelawannya dari Jakarta ke lokasi bencana gempa di Mamuju dan Majene (Sulawesi Barat); lokasi pengungsian warga lereng Gunung Merapi di Jateng dan DI Yogyakarta; lokasi bencana longsor di Sumedang, Jabar; dan lokasi bencana banjir di Cilacap, Jateng. Namun, pengadaan barang bantuan yang akan disalurkan disiapkan oleh para sukarelawan KG yang ada di daerah-daerah yang dekat dengan lokasi bencana. Selain itu, mereka juga dilibatkan untuk memantau perkembangan situasi di lokasi bencana.
Sejak akhir November 2020 hingga pekan ketiga Januari 2021, Yayasan DKK telah menyalurkan bantuan kemanusiaan dari pembaca senilai Rp 1,2 miliar kepada korban bencana alam di sejumlah daerah. Bantuan diberikan dalam bentuk barang, antara lain kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari korban bencana, obat-obatan, dan sebagainya.
Sebelumnya, sepanjang 2020, DKK menyalurkan dana dari pembaca sekitar Rp 10 miliar untuk penanggulangan pandemi Covid-19. Bantuan diberikan dalam bentuk alat pelindung diri bagi petugas kesehatan, masker, vitamin, dan kebutuhan pokok bagi kelompok masyarakat yang paling terdampak oleh pandemi.
Direktur Yayasan DKK Tomy Nugroho menyampaikan terima kasih kepada rekan sukarelawan dari berbagai unit KG yang telah bersedia membantu menyalurkan bantuan pembaca Kompas kepada para korban. ”Apa yang dilakukan rekan-rekan tak hanya meringankan beban yang dialami korban, tetapi juga memperkuat semangat solidaritas yang telah ditunjukkan oleh para donatur,” ujar Tomy, Jumat (29/1/2021), di Jakarta.
Sejak harian Kompas menghimpun dana pembaca melalui dompet kemanusiaan Kompas pada 1980-an, sukarelawan yang menjadi ujung tombak penyaluran bantuan kemanusiaan adalah karyawan dan wartawan harian Kompas. Seiring perkembangan waktu, DKK juga mengandalkan sukarelawan dari unit usaha KG lainnya yang berada paling dekat dengan lokasi bencana.
Saat ini, sejumlah unit usaha KG di daerah terkoordinasi di bawah 11 FKD. Posisi FKD, menurut Tomy, sangat penting bagi DKK yang memiliki keterbatasan jaringan di daerah. Para sukarelawan dari FKD di berbagai daerah bisa menjalankan peran untuk membantu penyaluran bantuan kemanusiaan bagi korban bencana.