Teknologi dijadikan sarana untuk membantu sesama selama pandemi Covid-19. Dengan ini, publik bisa berkolaborasi dan berinovasi.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Teknologi digunakan sejumlah pihak untuk membantu sesama selama pandemi, baik dari segi pendidikan, sosial, maupun kewirausahaan. Publik jadi mampu berkolaborasi, berinovasi, dan memperluas jangkauan bantuan.
Hal ini mengemuka dalam diskusi daring berjudul ”Digital Acts, Real Impacts: Keep You Going under the Uncertainty”, Sabtu (19/12/2020). Salah satu penggunaan teknologi untuk membantu sesama adalah urun dana di platform daring. Menurut pendiri Kitabisa.com, M Alfatih Timur, pandemi justru memperkuat solidaritas warga untuk saling membantu.
”Kitabisa mencatat donasi publik untuk Covid-19 mencapai lebih dari Rp 180 miliar. Itu dicapai dalam waktu 1-2 bulan dengan melibatkan lebih dari satu juta donatur,” kata Alfatih.
Menurut Alfatih, kesulitan demi kesulitan yang dialami negara justru menempa solidaritas masyarakat. Kitabisa hingga kini mencatat ada lebih dari 30.000 kampanye membantu sesama yang dilakukan publik. Kampanye dilakukan di berbagai sektor, baik bencana alam, kesehatan, maupun pendidikan.
Tren membantu sesama, menurut Alfatih, naik signifikan di masa awal pandemi. Ini tampak dari berbagai gerakan publik secara daring maupun luring. Beberapa di antaranya adalah gerakan urun dana, pengadaan masker, dan pengadaan alat pelindung diri untuk tenaga kesehatan.
”Di kuartal akhir 2020, kami lihat tren membantu sesama kembali normal, tidak lagi naik signifikan. Kemungkinan ini dipengaruhi penurunan daya beli masyarakat. Kendati demikian, solidaritas dan empati publik tetap kuat,” ucap Alfatih.
Penggunaan teknologi untuk membantu sesama juga dilakukan di sektor pendidikan. Koordinator Sekretariat Semua Murid Semua Guru Ivan Ahda mengatakan, salah satu tantangan dunia pendidikan adalah mengamplifikasi gerakan pendidikan dengan teknologi. Namun, kemampuan memanfaatkan teknologi belum merata hingga kini.
Ivan menilai masih ada organisasi atau pihak yang belum siap menghadapi pandemi. Ia kemudian mengajak semua pihak untuk saling menopang dengan bertukar teknologi dan pengetahuan.
Ivan menambahkan, jaringan Semua Murid Semua Guru pun mengembangkan platform digital. Platform ini mempertemukan komunitas dan pegiat pendidikan secara daring. Harapannya, mereka dapat berkolaborasi dan berinovasi bersama.
”Fokus kami saat ini adalah mengoptimalkan segala hal yang digital. Misalnya, belajar memakai teknologi untuk kegiatan belajar dan memakai platform daring untuk pendanaan. Kita perlu membekali diri dengan teknologi,” kata Ivan.
Kolaborasi
Menurut Ivan, kolaborasi dibutuhkan untuk menyelesaikan beragam masalah pendidikan, seperti mutu, kualitas guru, kelengkapan fasilitas belajar, dan gaji guru. Ini penting agar masalah teratasi satu per satu dan tidak semakin parah karena pandemi.
Ia meyakini transformasi pendidikan bertolak dari organisasi dan komunitas. Sebab, mereka garda terdepan yang berinteraksi langsung dengan masyarakat dan melihat sendiri masalah pendidikan. Itu sebabnya, organisasi dan komunitas perlu saling sokong.
”Untuk bergerak, kita tidak perlu mulai dari nol. Kita bisa bekerja sama dengan pihak-pihak lain yang sudah lebih dulu melakukan gerakan pendidikan. Teknologi kemudian jadi enabler (fasilitator) untuk kolaborasi,” kata Ivan.
Marketing Director Paragon Technology and Innovation Salman Subakat mengatakan, pandemi Covid-19 mendorong publik belajar hal baru. Teknologi jadi sarana belajar sekaligus sarana membantu sesama.
”Ini menunjukkan semangat orang Indonesia yang tangguh dan bisa terus bangkit dari kesusahan. Yang terpenting adalah jangan pernah berhenti belajar,” tutur Salman.
Menurut Head of Tokopedia Salam Garri Juanda, alih wahana dari luring ke platform daring saja tidak cukup. Publik juga perlu belajar lanskap ruang digital. ”Misalnya, seseorang harus bisa menyampaikan cerita tentang apa yang dia promosikan di dunia maya,” ucap Garri.