Selama Pandemi Covid-19, Pelajar Kesulitan Kembangkan Minat dan Bakat
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menyatakan kegiatan sekolah yang berpotensi menimbulkan kerumunan belum diperbolehkan. Termasuk ekstrakurikuler. Akibatnya, siswa sulit mengembangkan minat dan bakatnya.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sekolah-sekolah berpeluang menggelar kembali pembelajaran tatap muka mulai tahun depan. Namun, kegiatan ekstrakurikuler masih belum diizinkan. Hal ini membuat siswa kesulitan mengembangkan minat dan bakatnya.
Angga (17),siswa kelas X SMA Negeri 14 Jakarta, mengaku gembira begitu mendengarkan kabar sekolah boleh dibuka pada Januari 2021. Di sisi lain, ia mengaku kecewa karena kegiatan ekstrakurikuler atau ekskul belum boleh dibuka.
Padahal, dia sudah tidak sabar ingin menjajal ekskul futsal di sekolahnya. Angga bahkan sudah kepincut dengan ekskul futsal ini sejak masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) pada Juli lalu.
”Sudah pengin banget main di lapangan sekolah. Sampai sekarang masih ditutup lapangannya,” kata Angga saat ditemui di Jakarta, Minggu (22/11/2020) pagi.
Saat masih di bangku SMP, Angga terbilang aktif bermain futsal. Setidaknya, ia selalu latihan dua kali setiap pekan. Selama pandemi ini, praktis ia tak pernah bermain di lapangan sekolah. Ia hanya sesekali bermain di lapangan luar sekolah.
Angga amat merindukan atmosfer kompetisi antarkelas di sekolah. Di SMA-nya sekarang, kompetisi tersebut biasanya diselenggarakan saat peringatan hari Kemerdekaan RI. Akibat pandemi, tahun ini acara tersebut ditiadakan.
”Kalau lihat foto-fotonya pas MPLS, sih, asik, ya. Banyak yang nonton gitu. Jadinya keren,” ujarnya.
Sementara itu, Aisna Dewi Romizza (17), siswa kelas XI SMA Negeri 1 Jepara, juga harus mengubur impiannya mengikuti lomba tata upacara sekolah (TUS) dan latihan baris-berbaris (LBB) tingkat provinsi yang seharusnya digelar pada tahun ini. Pandemi Covid-19 membuat panitia terpaksa harus meniadakan perlombaan ini.
Padahal, Aisna sudah bermimpi untuk mengikuti lomba TUS dan LBB ini sejak duduk di kelas X. ”Sayang banget, jarang-jarang, kan, bisa ikut ke perlombaan tingkat provinsi. Februari lalu kita sudah menang di tingkat kabupaten,” ucapnya.
Untuk mengikuti lomba tersebut, Aisna dan tim bahkan sudah mempersiapkan diri sejak setahun sebelumnya lewat ekskul Passus Brata. Setiap hari Minggu, ia rela mengikuti latihan dan melupakan hari libur.
Ekskul Passus Brata yang ia ikuti ini juga rutin mengirimkan perwakilan pasukan pengibar bendera (paskibra) tingkat kabupaten, provinsi, dan nasional. Aisna lagi-lagi harus mengubur mimpinya untuk mengikuti seleksi paskibra tahun ini karena pandemi.
”Harusnya tahun ini jatahnya angkatan saya yang ikut seleksi paskibra,” ujarnya.
Aisna mengatakan, selama pandemi ini tidak pernah menyelenggarakan kegiatan ekskul tatap muka. Padahal, biasanya ia rutin menggelar latihan upacara bendera untuk hari Senin. Untuk menjaga performa, ia dan teman-temannya sempat menggelar latihan daring.
”Kami mengirimkan video latihan masing-masing ke kakak kelas. Saya, misalnya, bikin video membacakan urutan upacara terus dikirimkan ke kakak kelas,” ujarnya.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menyatakan bahwa kegiatan di sekolah yang berpotensi menimbulkan kerumunan belum boleh diselenggarakan. Termasuk kegiatan olahraga dan ekstrakurikuler.
Pandemi Covid-19 juga membuat regenerasi di Passus Brata terhambat. Agustus lalu, seharusnya sudah ada angkatan baru di ekskul ini. Akibat pandemi, seleksi angkatan baru urung dilakukan hingga saat ini.
”Dari sekolah belum memperbolehkan mengadakan seleksi. Namun, kami sekarang sedang menyiapkan konsepnya jika nanti diperbolehkan,” katanya.
Nauval Reihan Hidayat (9), siswa kelas XI SMP Negeri 87 Jakarta, selama ini tergabung dalam ekskul rohani Islam. Menurut dia, banyak kegiatan yang hilang pada tahun ini. Misalnya, kegiatan pemotongan hewan kurban pada hari raya Idul Adha.
”Tahun lalu, kami ada penyembelihan dan bagi-bagi daging kurban di sekolah,” katanya.
Meski begitu, pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW lalu, rohani Islam di SMP-nya sempat mengadakan sejumlah lomba, seperti membaca Al Quran, azan, dan cerdas cermat. Jika tahun lalu lomba diadakan secara tatap muka, tahun ini lomba diadakan secara daring.
”Lombanya ada yang via Zoom sama kirim video. Kalau yang cerdas cermat pakai Google Form,” ujarnya.
Berpotensi berkerumun
Peluang pembelajaran tatap muka memang mengemuka seiring dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran tahun ajaran 2020/2021.
Dalam kesempatan itu, Mendikbud Nadiem Makarim menyatakan bahwa kegiatan di sekolah yang berpotensi menimbulkan kerumunan belum boleh diselenggarakan. Termasuk kegiatan olahraga dan ekstrakurikuler.
”Anak-anak hanya boleh masuk, belajar, lalu pulang. Tak boleh ada kegiatan selain kegiatan belajar mengajar,” ujarnya.
Nadiem menegaskan, kembali dibukanya sekolah bukan berarti siswa dapat beraktivitas normal seperti sebelumnya. Tetap ada penyesuaian baru yang wajib diterapkan para siswa selama kembali ke sekolah.
”Monitoring dari dinas pendidikan dan kebudayaan, pemerintah daerah, dan gugus tugas daerah sangat penting agar protokol kesehatan dapat tetap berjalan,” ungkapnya.
Menurut pemerhati pendidikan sekaligus pendiri Klikcoaching, Budi Sugandi, ekskul merupakan kegiatan yang tidak bisa dipisahkan dari proses belajar siswa. Di ekskul, siswa bisa mengasah hard skill dan soft skill-nya sebagai suplemen dari mata pelajaran.
”Ekskul penting dalam meningkatkan imajinasi, kerja sama tim, kemampuan komunikasi, dan daya juang siswa. Yang mana ini sangat dibutuhkan di era Revolusi Industri 4.0 saat ini,” ujarnya.
Ekskul penting dalam meningkatkan imajinasi, kerja sama tim, kemampuan komunikasi, dan daya juang siswa. Yang mana ini sangat dibutuhkan di era Revolusi Industri 4.0 saat ini.
Menurut dia, pada masa Covid-19 ini harus ada pedoman dan panduan khusus untuk memilah dan memilih ekskul yang bisa dijadikan prioritas. Selain itu, jamnya juga perlu dibuat lebih efisien tanpa mengesampingkan protokol kesehatan yang ketat.
”Jadi, pelaksanaan mapel dan ekskul di sekolah berkelindan dalam menciptakan anak-anak Indonesia yang cerdas dan berkepribadian tinggi. Namun, sekali lagi, harus dengan memperhatikan protokol kesehatan yang ketat,” katanya.