Dua tahun Program Kartu Prakerja telah menghasilkan capaian yang patut dibanggakan. Ke depan, program ini menghadapi tantangan bagaimana meningkatkan kompetensi angkatan kerja untuk memenuhi kebutuhan dunia usaha.
Oleh
SUMARNA F ABDURAHMAN
·3 menit baca
April 2022, Program Kartu Prakerja genap dua tahun. Program ini dilaksanakan berdasarkan payung hukum Perpres No 36/2020 yang diperbarui menjadi Perpres No 76/2020. Program bertujuan meningkatkan kompetensi, produktivitas, dan daya saing angkatan kerja dan kewirausahaan.
Struktur organisasi program ini terdiri dari Komite Cipta Kerja sebagai penentu kebijakan, Tim Pelaksana dan Manajemen Pelaksana sebagai pelaksana operasional. Selama masa pandemi Covid-19 program ini berfungsi ganda, memberikan bantuan pelatihan dan bantuan sosial yang bersumber dari APBN. Peserta Program Kartu Prakerja yang telah menyelesaikan pelatihan daring menerima bansos selama empat bulan.
Capaian
Dua tahun Program Kartu Prakerja telah menghasilkan capaian yang patut dibanggakan. Pertama, jumlah penerima mencapai 11,4 juta orang, tersebar di 514 kabupaten/kota se-Indonesia. Sebagian besar tinggal di perdesaan dengan latar belakang penganggur dan belum pernah mengikuti pelatihan apa pun sebelumnya.
Dibandingkan pelatihan konvensional yang diselenggarakan kementerian/lembaga yang pesertanya kurang dari dua juta per tahun, apa yang dicapai Program Kartu Prakerja merupakan suatu terobosan untuk percepatan peningkatan kualitas angkatan kerja yang berjumlah 140 juta orang.
Dua tahun Program Kartu Prakerja telah menghasilkan capaian yang patut dibanggakan.
Kedua, sebagian besar penerima Kartu Prakerja telah menyelesaikan pelatihan dan mendapatkan bansos selama empat bulan sebesar total Rp 2,4 juta per orang. Survei PRESISI dan Manajemen Pelaksana menunjukkan sebagian besar penerima menggunakan bansos yang diterimanya untuk membeli kebutuhan pokok. Ini tentu meningkatkan daya beli dan konsumsi masyarakat yang selama masa pandemi melesu sehingga berkontribusi terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Ketiga, survei yang dilakukan BPS (Sakernas) Agustus 2021 menunjukkan, sebagian besar penerima Kartu Prakerja merasakan meningkatnya kompetensi mereka setelah mengikuti pelatihan. Lebih jauh studi evaluasi dampak yang dilakukan secara independen oleh JPAL-SEA (lembaga penelitian internasional) menunjukkan penerima memiliki daya saing lebih tinggi untuk mendapatkan pekerjaan serta memiliki kemampuan mengembangkan wirausaha.
Tantangan
Dengan kian membaiknya kondisi perekonomian dan menurunnya pandemi, ke depan Program Kartu Prakerja menghadapi tantangan bagaimana meningkatkan kompetensi angkatan kerja untuk memenuhi kebutuhan dunia usaha, khususnya industri. Untuk bisa bersaing di tingkat regional dan global, industri nasional butuh tenaga kerja kompeten yang berimbang penguasaan aspek teknis dan aspek sikapnya (attitude).
Penguasaan aspek teknis memerlukan praktik penggunaan alat yang kurang efektif diterapkan pada moda pelatihan daring (online). Oleh karena itu, Program Kartu Prakerja ke depan perlu mengembangkan model pelatihan luring (offline) dan/atau pelatihan bauran (blended). Seiring peningkatan kesejahteraan masyarakat, Program Kartu Prakerja perlu mempertimbangkan lagi keberadaan komponen bansosnya, apakah masih relevan atau paling tidak besarannya dikurangi.
Hal ini mengingat biaya pelatihan luring akan lebih besar daripada biaya pelatihan daring sehingga alokasi bantuan pelatihan perlu ditingkatkan. Tak dapat dimungkiri dan juga didukung oleh hasil survei bahwa motivasi utama masyarakat mengikuti Program Penerima Kartu selama dua tahun ini adalah untuk mendapatkan bansos ketimbang meningkatkan kompetensi.
Tantangannya kemudian adalah jika bansos dihilangkan atau dikurangi, apakah masyarakat masih berminat mengikuti program ini? Hal ini kiranya yang perlu dipertimbangkan dan dicarikan solusinya agar minat masyarakat untuk mengikuti Program Kartu Prakerja tetap tinggi.
Sumarna F Abdurahman, Mantan Direktur Kemitraan, Komunikasi, dan Pengembangan Ekosistem, Manajemen Pelaksanaan Program Kartu Prakerja