Pertemuan Jokowi, seorang kepala negara, dengan Elon Musk, seorang pengusaha, jauh dari aturan-aturan protokoler. Pertemuan ini membawa pesan perubahan dalam komunikasi antarmanusia dan antarbangsa.
Oleh
SAIFUR ROHMAN
·5 menit baca
SUPRIYANTO
Ilustrasi
Elon Musk mengenakan kaus oblong berwarna hitam saat menerima Presiden Joko Widodo dalam kunjungan ke fasilitas produksi SpaceX, Amerika Serikat, Sabtu (14/5/2022). Sementara itu, Presiden mengenakan baju berwarna putih dan celana hitam. Dijelaskan Presiden, pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari kunjungan Menteri Koorodinator Bidang Kemaritiman dan Investasi sebelumnya. Presiden Jokowi berharap hasil perbincangan dengan Elon Musk dapat menumbuhkan iklim investasi di Indonesia.
Pertemuan itu mengundang reaksi publik. Umumnya secara protokoler, jadwal acara, pakaian, serta kegiatan telah diatur sedemikian rupa sebagai ungkapan kebesaran dan kemuliaan seorang kepala negara. Pertanyaannya, apakah orang terkaya versi sebuah majalah itu sedang merendahkan Presiden Republik Indonesia? Apa pesan yang dibawa Musk kepada bangsa Indonesia?
Mencipta nilai
Pertemuan itu membawa implikasi terhadap cakrawala kebangsaan kita. Dalam praktik keindonesiaan kita, ada yang berubah dan yang tetap. Hal yang tetap ialah simbol negara, makna kebangsaan. Hal yang berubah adalah etos setiap pribadi dalam menafsirkan simbol kebangsaan itu.
Hal yang tetap telah dieksplisitkan dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. UU tersebut mengatur tentang tata cara penggunaan lambang-lambang negara. Karena ini simbol kebesaran, maka warna, ukuran, nada, irama, serta gambar yang melekat di dalamnya tidak boleh diubah berdasarkan konteks atau tujuan tertentu.
Sementara itu, Joko Widodo dan Elon Musk adalah dua sosok yang membawa perubahan. Joko Widodo adalah kepala negara dan pemerintahan yang didukung dengan perlengkapan tata krama dan membawa panji-panji kebesaran bangsa. Di sisi lain, Musk adalah kepala perusahaan yang membawahkan ribuan karyawan berdasarkan visi mencari uang.
Ketika dua sosok dengan latar belakang berbeda itu bertemu, peristiwa itu tidak bisa dilepaskan dari konteks, suasana, dan tujuan yang melatarbelakanginya. Jika peristiwa adalah sebuah pesan, ada tiga pesan penting di luar bisnis dan investasi.
Pertama, pesan tentang perbincangan di ruang rapat biasa. Ruang itu dinilai tidak lebih penting daripada harapan adanya investasi di Indonesia. Itulah yang menjadi latar belakang penerimaan Presiden di ruang rapat staf umum, bukan sebuah ruangan eksklusif. Kesan santai menjauhkan diri dari kesan tata nilai lama dalam protokoler kepresidenan.
Baik Joko Widodo maupun Musk adalah seorang pencipta nilai. Jokowi membangun nilai kesederhanaan. Musk membangun nilai bisnisnya sendiri.
Kedua, pesan tentang kaus yang dipakai Musk. Kaus akan memberikan rasa nyaman alias kebiasaan sehari-hari. Kesan lain, Musk sudah biasa menerima orang-orang penting setingkat kepala negara dari berbagai belahan Bumi. Sebetulnya kaus tersebut berisi gambar Bumi dan astronaut yang sedang mengendarai pesawat ulang alik. Diproduksi oleh Wonder Arts dan bertuliskan SpaceX Starman Essential T-Shirt, kaus tersebut dijual dengan harga 23,83 dollar AS atau Rp 349.489 di Australia. Sebagaimana produk pasaran lain, t-shirt ini tersedia dalam piihan warna dan ukuran.
Ketiga, baik Joko Widodo maupun Musk adalah seorang pencipta nilai. Jokowi membangun nilai kesederhanaan. Musk membangun nilai bisnisnya sendiri dan mengembangkan untuk perusahaan, kemudian membawanya pada ruang publik. Musk telah menjadi simbol dunia tentang kreativitas, teknologi informasi, serta kekayaan dunia saat ini.
BIRO PERS SEKRETARIAT PRESIDEN/LAILY RACHEV
Presiden Joko Widodo meninjau lokasi fasilitas produksi roket Space X dan berbincang dengan Elon Musk di pabrik produksi Space X, Boca Chica, Amerika Serikat, Sabtu (14/5/2022) waktu setempat.
Lapuk dan kolot
Pesan-pesan tersebut membawa perubahan dalam komunikasi antarmanusia dan antarbangsa. Pada masa lalu, nilai sopan santun meliputi tindak tanduk, cara bicara, serta berpakaian. Pakaian tidak hanya berguna untuk memantaskan diri pribadi, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan terhadap orang lain.
Di kampus ataupun di dunia pendidikan secara umum, cara berpakaian juga menjadi bagian dari persyaratan untuk pengurusan berkas-berkas administrasi. Aturan itu tertulis jelas, ”Tidak melayani mahasiswa yang memakai kaus”. Hal itu juga berlaku dalam proses belajar-mengajar. Diyakini, peraturan itu menjadi bagian dari upaya menjaga nilai-nilai luhur yang ditanamkan di setiap kultur instansi. Dalam tata nilai Jawa terdapat pepatah, ”Ajining diri saka ing lathi, Ajining raga saka ing busana” (nilai martabat terletak pada bicara, nilai tubuh terletak pada pakaian).
Pemahaman tentang nilai lama berimplikasi terhadap strategi pengembangan sumber daya manusia Indonesia.
Pemahaman tentang nilai lama berimplikasi terhadap strategi pengembangan sumber daya manusia Indonesia. Dalam penjaminan mutu pendidikan, misalnya, kompotensi selalu dirumuskan sebagai akumulasi atas skill, pengetahuan, dan sikap. Tes kemampuan pendidik meliputi kemampuan bidang dan kemampuan pedagogik, tetapi tidak mengetes sikap guru. Itulah kenapa ketika penerapan tata nilai baru, guru-guru senior tersingkir oleh tes yang didasarkan kompetensi tanpa mengikutsertakan komponen sikap.
Atas dasar kasus itu, pada masa kini dunia mengalami perubahan, termasuk penafsiran dan tata nilai. Gampangnya, perubahan itu dibawa oleh orang-orang yang memiliki pengaruh dalam ruang publik. Itulah kenapa dalam pelantikan Rektor Universitas Indonesia (Rabu, 4 Desember 2019) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim mengenakan celana jins dipadu dengan sepatu loafers tanpa kaus kaki. Baju batik berwarna biru pun digulung setengah. Ketika itu, sejumlah pejabat universitas mengenakan setelan jas lengkap.
Tata nilai ditetapkan tujuan, kebutuhan, serta nilai-nilai pragmatis. Sekurang-kurangnya hal itu telah menjadi dasar etis untuk generasi mendatang. Kita boleh saja sakit hati, tetapi tindakan itu adalah sebuah pesan tentang nilai-nilai utama lama yang tidak lagi menjadi prioritas dalam pergaulan global. Pendeknya, kalau yang dibutuhkan adalah kepintaran, tidak perlu mengurusi pakaian dan tingkah laku. Asas pragmatisme berbunyi, karena kamu yang butuh, maka kamulah yang datang dan aku akan mengatur berdasarkan apa yang aku suka.
Suka atau tidak, fakta-fakta sosial tersebut mengganti nilai lama yang dipandang lapuk dan kolot. Dua hari kemudian setelah pertemuan, Elon Musk dan Joko Widodo berbalas Twitter. Joko Widodo menyatakan Musk telah memberikan harapan terhadap investasi dan teknologi masa depan bangsa Indonesia. Tepatnya bukan investasi, tetapi kepada tata nilai baru bagi masa depan bangsa.
Saifur Rohman, Pengajar Filsafat di Universitas Negeri Jakarta.