Perubahan drastis di bidang pendidikan saat ini menuntut guru untuk beradaptasi menggunakan teknologi pendidikan. Pelatihan dan otonomi yang lebih besar untuk guru menjadi kunci pembelajaran dengan teknologi pendidikan.
Oleh
OLIVIA HUSLI BASRIN
·3 menit baca
Jika ada pelajaran penting yang dapat kita petik dari 18 bulan terakhir adalah bahwa masyarakat Indonesia itu kuat dan tangguh, berulang kali berhasil bangkit lebih kuat saat menghadapi tantangan besar.
Hal itu khususnya terwujud dalam sosok para guru dan pendidik di seluruh wilayah Nusantara. Ketika lebih dari 530.000 sekolah harus ditutup karena pandemi Covid-19, yang berdampak pada pendidikan 68 juta siswa, para guru harus segera menemukan solusi pembelajaran jarak jauh untuk mendukung pembelajaran siswa mereka.
Pergeseran ke ranah teknologi pendidikan juga didorong oleh inisiatif Merdeka Belajar yang diluncurkan pada awal 2021 oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim untuk memberikan otonomi yang lebih besar kepada para guru dalam menentukan metode pengajaran.
Walau secara teori langkah pemerintah dengan memberikan lebih banyak kebebasan kepada para pendidik dan guru adalah sebuah kemajuan, mereka tetap harus bisa menggunakan dan memanfaatkan teknologi pendidikan untuk memberikan dampak positif bagi hasil dan proses pembelajaran.
Awalnya tentu para guru harus mendapatkan pelatihan teknis dalam cara menggunakan alat-alat teknologi pendidikan sehingga mereka bisa mengoptimalkannya untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa yang sangat beragam
Putu Yudi Darmawan (Yudi), misalnya, seorang guru SMP negeri yang bertekad mencari cara baru untuk memaksimalkan pembelajaran setelah pandemi melanda. Dia meningkatkan keterampilan dirinya secara proaktif dengan alat teknologi pendidikan, seperti Google Chromebook dan Google Workspace for Education, dan berhasil menjadi Pengajar Bersertifikasi Google pada awal tahun lalu.
Yudi menggabungkan berbagai alat teknologi pendidikan untuk membantu pendidik meningkatkan pengalaman belajar-mengajar siswa.
Dijuluki sebagai ”TransChromer” di SMP 1 Sukasada, Buleleng, Bali, Yudi menggabungkan berbagai alat teknologi pendidikan untuk membantu pendidik meningkatkan pengalaman belajar-mengajar siswa. Melalui upayanya ini, ia juga mendorong para guru agar memanfaatkan teknologi pendidikan secara kreatif untuk menyampaikan materi pembelajaran yang berdampak bagi para siswa.
Contoh lainnya adalah para guru di SMP Lazuardi Al-Falah di Klaten, Jawa Tengah, yang juga memanfaatkan solusi Google for Education sebagai Pengajar Bersertifikasi Google. Teknologi sangat membantu proses belajar-mengajar, khususnya untuk memfasilitasi pengawasan secara daring (online) dan melacak perkembangan setiap siswa dari jarak jauh.
Memaksimalkan pembelajaran
Masih ada banyak cerita lain seperti ini di seluruh wilayah Indonesia, yang tentu sangat membanggakan, mengingat metode kelas hybrid kini makin lazim digunakan di berbagai belahan dunia. Faktanya, riset menunjukkan bahwa kebanyakan pengajar di Indonesia sangat menginginkan pelatihan keterampilan di bidang teknologi pendidikan dan ingin menemukan cara baru untuk memaksimalkan pembelajaran pada masa pandemi seperti sekarang ini. Terlebih lagi, di bawah inisiatif Merdeka Belajar, para pendidik kini punya ruang lebih banyak untuk mengeksplorasi berbagai metode penyampaian pelajaran, termasuk bagaimana teknologi pendidikan dapat membantu meningkatkan proses belajar-mengajar.
Perubahan drastis yang terjadi di bidang pendidikan saat ini membutuhkan pelatihan yang sangat efektif terkait penggunaan alat teknologi pendidikan bagi para guru. Organisasi swasta dan lembaga pendidikan dapat berperan dengan menyelenggarakan lokakarya dan pelatihan bagi para guru dan rutin berkonsultasi dengan mereka guna mengetahui apa lagi yang dapat diberikan untuk membekali mereka menghadapi pembelajaran di masa depan. Guru juga dapat berperan dengan melatih guru lainnya sehingga tercipta siklus pemberdayaan yang positif.
Tentu, ada banyak hal lain yang bisa dilakukan untuk memperkuat sistem pendidikan Indonesia guna menyongsong masa depan. Namun, hal yang menggembirakan adalah adanya tekad yang kuat untuk meningkatkan keterampilan masing-masing tenaga pendidik guna membantu siswa mencapai hasil belajar yang optimal.
Dengan semakin besarnya perhatian dari berbagai pemangku kepentingan terhadap situasi pendidikan di negara kita, sekolah tidak akan lagi beroperasi seperti dulu. Kita sekarang punya kesempatan yang jelas untuk meninjau kembali proses pendidikan di sekolah, menyusun kembali fondasi, dan mendesain ulang pendidikan kita untuk menyongsong masa depan demi kemaslahatan generasi-generasi yang akan datang.
Olivia Husli Basrin, Country Lead, Google for Education, Indonesia