Pola Makan Vegetarian Baik untuk Kesehatan Kardiovaskular dan Mencegah Kanker
Pola makan vegetarian dapat berkontribusi terhadap kesehatan kardiovaskular dan menurunkan risiko kanker.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hasil tinjauan terbaru menyimpulkan pola makan berbasis nabati atau vegetarian secara umum dapat berkontribusi terhadap kesehatan kardiovaskular dan menurunkan risiko kanker. Namun, masyarakat perlu berhati-hati karena pola makan vegetarian juga dapat menyebabkan kekurangan vitamin dan mineral pada sebagian orang.
Selama dua dekade terakhir, banyak studi telah meneliti pola makan nabati karena potensi manfaat kesehatan. Para peneliti yang dipimpin Angelo Capodici dari University of Bologna, Italia, itu kemudian melakukan tinjauan terhadap 49 makalah yang diterbitkan sebelumnya. Laporan ini kemudian diterbitkan di jurnal PLOS ONE pada 15 Mei 2024.
Capodici mengemukakan, mengurangi konsumsi produk hewani dan beralih ke produk nabati telah disarankan untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular dan kanker. Namun, manfaat keseluruhan dari pola makan tersebut masih belum jelas.
Dampak dari vegetarian akan berbeda-beda karena dipengaruhi oleh pola makan spesifik, demografi pasien, durasi penelitian, dan faktor lainnya.
”Penelitian kami mengevaluasi berbagai dampak pola makan non-hewani terhadap kesehatan kardiovaskular dan risiko kanker. Hasilnya menunjukkan bahwa vegetarian dapat bermanfaat bagi kesehatan manusia dan menjadi salah satu strategi pencegahan yang efektif untuk dua penyakit kronis,” ujarnya seperti dikutip dari Sciencedaily, Minggu (9/5/2024).
Untuk memperdalam pemahaman tentang potensi manfaat pola makan nabati, Capodici dan peneliti lainnya meninjau 48 makalah yang diterbitkan antara Januari 2000 dan Juni 2023. Para peneliti juga mengumpulkan bukti dari berbagai penelitian sebelumnya.
Selain itu, mereka juga mengekstraksi dan menganalisis data dari 48 makalah tentang hubungan antara pola makan nabati, kesehatan jantung, dan risiko kanker. Ini merupakan sebuah penelitian payung yang merupakan merupakan penelitian kolaboratif suatu tema besar yang dibagi atau diturunkan ke dalam beberapa subtema penelitian yang lebih kecil.
Analisis para peneliti menunjukkan bahwa secara keseluruhan, pola makan vegetarian dan vegan memiliki hubungan statistik yang kuat dengan status kesehatan yang lebih baik pada sejumlah faktor risiko. Namun, wanita hamil yang menjalani pola makan vegetarian tidak menghadapi perbedaan risiko terkena diabetes gestasional dan hipertensi dibandingkan dengan mereka yang menjalani pola makan non-nabati.
Beberapa manfaat kesehatan yang dapat diperoleh dari pola makan ini di antaranya terkait dengan penyakit kardiometabolik, kanker, tekanan darah, pengelolaan gula darah, dan indeks massa tubuh. Kemudian pola makan ini juga bisa menurunkan risiko penyakit jantung iskemik, kanker gastrointestinal dan prostat, serta kematian akibat penyakit kardiovaskular.
Secara keseluruhan, temuan ini menunjukkan bahwa pola makan nabati memiliki manfaat kesehatan yang signifikan. Akan tetapi, para peneliti mencatat, dampak dari vegetarian akan berbeda-beda karena dipengaruhi oleh pola makan spesifik, demografi pasien, durasi penelitian, dan faktor lainnya.
Selain itu, beberapa pola makan nabati juga dapat menyebabkan kekurangan vitamin dan mineral pada sebagian orang. Oleh karena itu, para peneliti menyarankan agar masyarakat berhati-hati terhadap rekomendasi pola makan nabati dalam skala besar sampai penelitian lebih lanjut selesai dilakukan.
Mengurangi emisi
Dalam studi terpisah lainnya, pola hidup vegan tidak hanya baik untuk kesehatan, tetapi juga dapat menjaga kelestarian lingkungan. Pola hidup ini mampu mereduksi emisi karbon cukup besar sehingga dapat berkontribusi dalam upaya mitigasi mencegah pemanasan global.
Kurangi emisi karbon
Berdasarkan hasil studi Universitas Oxford pada 20 Juli 2023, pola makan vegan dapat mengurangi emisi karbon dan meminimalkan polusi air. Pola makan ini juga menggunakan lahan 75 persen lebih sedikit daripada pola makan yang memakan lebih dari 100 gram daging setiap hari, mengurangi perusakan satwa liar sebesar 66 persen, dan menghemat penggunaan air sebesar 54 persen.
Penelitian yang berbasis di Inggris itu menggunakan sampel 55.000 sukarelawan yang dipantau pola makan dan dietnya. Hasilnya, seorang vegan rata-rata menghasilkan 2,16 kilogram karbon dioksida (CO2), 4,49 gram gas metana (CH4); dan 0,71 gram dinitrogen oksida (N20).
Sementara seorang pemakan daging jumlah tinggi menghasilkan ketiga senyawa itu lebih besar, yakni 7,28 kilogram karbon dioksida (CO2), 65,4 gram gas metana (CH4), dan 2,62 gram dinitrogen oksida (N20).
”Apa yang kami lakukan menunjukkan bahwa dalam skenario terburuk sekalipun, dampak lingkungan dari pola makan vegan jauh lebih baik dibandingkan dengan pola makan tinggi konsumsi daging,” kata Peter Scarborough, salah satu penulis utama studi tersebut.