Di tengah kondisi melambungnya harga cabai, cabai dalam kondisi hampir busuk kini ikut dijual, ditawarkan di pasar-pasar di Magelang. Komoditas berkualitas buruk tersebut tetap diminati untuk bahan baku sambal.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·4 menit baca
Seorang pedagang di Pasar Borobudur, Kabupaten Magelang, menunjukkan contoh cabai berkualitas buruk dengan bercak-bercak hitam, yang kini kerap diterima dari pengiriman cabai dari petani, seperti terlihat pada Rabu (9/3/2022).
MAGELANG, KOMPAS — Cabai rawit merah dalam kondisi busuk atau hampir busuk, kini banyak ditawarkan di sejumlah pasar di Kota dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Di tengah kondisi melambungnya harga cabai, komoditas berkualitas buruk tersebut tetap laku terjual karena ditawarkan dengan harga lebih murah.
Yati (45), salah seorang pedagang di Pasar Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, mengatakan, dari rata-rata pembelian sebanyak 1 kuintal atau 100 kilogram cabai rawit merah dari petani, sekitar 10 persen cabai diterimanya dalam kondisi hampir busuk.
Setelah disortir, cabai tersebut tetap dijualnya dengan harga murah.
”Jika cabai yang berkualitas bagus dijual dengan harga Rp 55.000-Rp 60.000 per kg (kilogram), cabai yang hampir busuk biasanya dijual dengan harga Rp 5.000 per kg,” ujarnya, Rabu (9/3/2022).
Cabai dalam kondisi hampir busuk tersebut, menurut dia, tetap diminati oleh para pemilik warung-warung makan dan dimanfaatkan mereka sebagai bahan pembuat sambal.
Kendatipun masih laku terjual, Yati menyadari dirinya tidak bisa menetapkan harga terlalu tinggi karena saat dimanfaatkan untuk pembuatan sambal, bagian yang busuk dan berwarna kehitaman tersebut tetap harus dihilangkan dan dibuang.
”Karena harus menghilangkan bagian yang busuk, para pemilik warung makan tersebut sebenarnya tidak bisa memanfaatkan cabai yang dibeli secara optimal,” ujarnya.
Kondisi cabai yang berkualitas buruk tersebut ditunjukkan oleh bercak atau bintik berwarna kehitaman. Hal ini biasanya disebabkan oleh penyakit patek atau Antraknosa.
Pada sebagian cabai lainnya, bintik hitam juga seringkali disebabkan oleh lalat buah yang meletakkan telurnya dalam cabai. Saat cabai dibelah, maka akan terlihat larva lalat yang seperti ulat berwarna putih. Baik serangan lalat buah maupun penyakit patek ini akan marak terjadi pada kondisi kelembapan tinggi di musim hujan seperti sekarang.
Penyakit
Serangan lalat buah dan penyakit patek ini biasanya terjadi pada semua jenis cabai. Namun, dampak serangan terparah jelas terlihat pada komoditas cabai rawit merah.
Maraknya serangan hama dan penyakit tersebut secara otomatis memciu kenaikan harga cabai. Sejak seminggu lalu, harga cabai rawit merah yang sebelumnya hanya Rp 25.000 per kg, kini berkisar Rp 55.000-60.000 per kg.
Adapun harga cabai keriting yang semula Rp 15.000-25..000 per kg, kini menjadi Rp 45.000 per kg. Sementara harga cabai hijau besar yang semula Rp 15.000 per kg, kini menjadi Rp 20.000 per kg.
Sementara itu, Siti (50), salah seorang pedagang di Pasar Rejowinangun, Kota Magelang, mengatakan, di musim hujan ini dia pun biasanya menyortir pasokan cabai yang diterimanya. Sebagian cabai dengan bercak-bercak hitam dijualnya dengan harga Rp 12.000.
Cabai dengan kondisi lebih buruk, dan bahkan hampir membusuk, dijualnya dengan harga Rp 8.000 per kg. Adapun cabai dalam kondisi bagus, tanpa bercak, dijualnya dengan harga Rp 60.000 per kg.
Pada musim hujan seperti sekarang, kondisi cabai dengan banyak bercak hitam, diakuinya, menjadi hal yang sulit dihindari.
”Terkadang, dari 10 kg cabai yang saya beli dari pengepul, sebanyak 8 kg cabai kondisinya hampir busuk dan cuma 2 kg berkualitas baik yang bisa dijual dengan harga normal,” ujarnya.
Marfu’ah (52), salah seorang pedagang lainnya, mengakui juga melakukan upaya sortir serupa. Namun, selain menjual cabai yang hampir busuk dengan harga lebih murah, dirinya juga berupaya mengolah cabai-cabai yang berkualitas buruk tersebut dan menjualnya dalam bentuk sambal.
Namun, karena bahan baku cabai yang dijualnya kurang bagus, dia menuturkan, pengolahan cabai tersebut dilakukan dengan upaya khusus. Selain membuang bagian yang busuk dan berwarna kehitaman, cabai yang akan direbus juga harus terlebih dahulu direbus.
Karena harus menghilangkan bagian yang busuk, para pemilik warung makan sebenarnya tidak bisa memanfaatkan cabai yang dibeli secara optimal.
”Upaya merebus dilakukan untuk menghilangkan atau memastikan kuman-kuman, termasuk kemungkinan adanya larva lalat buah dalam cabai,” ujarnya. Sambal dari cabai rawit merah tersebut dijual dengan harga sama seperti cabai rawit merah berkualitas bagus, yakni Rp 55.000-Rp 40.000 per kg.