Tubuh Renta Itu Belum Sepenuhnya Terlindungi...
Rubingah (60), warga lanjut usia di Prambanan, Sleman ditendang dan diseret saat ketahuan mencuri mangga di pasar untuknya makan. Kasus ini mengoyak nurani publik, mengingatkan betapa rentannya para lansia.
Rubingah (60), seorang warga lanjut usia di Prambanan, Sleman ditendang dan diseret saat ketahuan mencuri mangga di pasar untuknya makan. Kasus ini mengoyak nurani publik, mengingatkan betapa rentannya para lansia. Mereka sering terlupa hingga terpaksa bertarung sendiri untuk bertahan hidup.
Saat ditendang, Rubingah hanya bisa memohon-mohon maaf kepada pria itu. Wajahnya yang sudah sangat keriput tampak sangat ketakutan. Tak hanya ditendang, nenek itu sempat diseret tangannya.
Peristiwa itu terjadi di Pasar Potrojayan, atau yang lebih dikenal dengan nama Pasar Gendeng, Desa Madurejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (20/1/2020). Akun Twitter @merapi_news mengunggah rekaman peristiwa itu sehingga menarik perhatian warganet. Video itu telah di-retweet sebanyak 2.500 kali dan disukai sebanyak 3.200 kali, hingga pukul 15.00, Rabu (22/1/2020).
“Nyuwun ngapuro, Pak. Mboten siyos. Nyuwun ngapuro, Pak. (Mohon maaf, Pak. Tidak jadi. Mohon maaf, Pak,” ucap Rubingah yang tampak bergetar, dalam rekaman video tersebut.
Baca juga: Membangun Warga Lansia
Ternyata, Rubingah baru saja kepergok mengutil buah mangga dari sebuah los di pasar itu. Kurang lebih ada sekitar 3 kilogram buah yang dimasukkan ke dalam tasnya secara diam-diam. Martini (43), pemilik los buah itu, melihat aksi tersebut.
“Awalnya, nenek itu meletakkan tasnya ke belanjaan saya. Saya lihat lagi, kok lama-lama, nenek itu memasukkan tangannya ke kotak buah saya. Diambil sampai satu keresek penuh. Saya teriaki dia. Dia lari keluar,” tutur Martini.
Martini mengejar nenek itu untuk mengambil kembali buah yang dicuri darinya. Ia sekaligus memberi tahu Rubingah, jika memang ingin buah, agar minta saja kepadanya. Sebenarnya, ia tak merasa keberatan memberikan sebagian dagangannya. Ia pun kembali berjualan setelah berhasil mendapatkan dagangan yang dicuri oleh Rubingah.
Namun, tak selang berapa lama, Martini diberitahu temannya bahwa Rubingah dibawa ke kantor pengelola pasar. Ia merasa iba sehingga menyusul nenek itu. Ternyata, Rubingah baru saja diserang pedagang lain saat akan keluar dari pasar. Penyerang itu diketahui bernama Ngadirin (60), yang juga merupakan pedagang di pasar tersebut.
Baca juga: Fungsi Posyandu Lansia Belum Maksimal
“Saya hampiri simbah-nya itu. Saya kasihan, saya suruh dia pulang. Saya bilang ke dia agar ini jangan diulangi. Intinya saya sudah ikhlas dan tidak mempermasalahkan lagi,” kata Martini.
Sementara itu, Ngadirin menyatakan, aksinya menendang Rubingah itu dilakukan secara spontan usai mendengar teriakan adanya “maling” dari dalam pasar. Ia merasa emosional karena ada orang yang mencuri dagangan pedagang. Ia menendang Rubingah sebanyak dua kali. Tak terpikir olehnya bahwa yang ditendang adalah seorang lansia.
“Saya bawa ke kantor (pengelola pasar). Saya tendang karena agak emosi. Ya, saya menyesal. Refleks karena teriakan maling itu,” ujar Ngadirin.
Akan tetapi, adanya teriakan maling itu dibantah oleh Kasno (40), pedagang lain di pasar itu. Kasno adalah pihak yang merekam aksi Ngadirin menggunakan kamera ponsel. Tujuan semula, rekaman itu digunakan sebagai pengingat kepada para pedagang agar berhati-hati jika melihat Rubingah. Ia tak menyangka ada pedagang lain yang tega menyerang nenek itu.
Ditemui terpisah, Kepala Seksi Humas Kepolisian Sektor Prambanan Ajun Inspektur Satu Ahmad Muchlis menyampaikan, kasus itu bakal diusut secara tuntas. Aparat kepolisian masih dalam tahapan penyelidikan untuk mencari kebenaran kasus. Sebanyak tiga orang sudah diperiksa. Hanya Rubingah saja yang belum sempat dimintai keterangan karena belum berhasil diketahui keberadaannya.
“Kasus ini tidak akan berhenti. Tetap kami lakukan penyelidikan secara tuntas. Baik yang melakukan kekerasan dan pencuriannya. Jadi, kami tidak tinggal diam,” kata Muchlis.
Tinggal sebatang kara
Rubingah merupakan warga dari Dusun Kranggan I, Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman. Ia tinggal sebatang kara di rumahnya setelah bercerai dengan suaminya sejak 15 tahun lalu. Suaminya meninggalkannya pergi ke Sumatera. Sementara itu, putrinya tinggal di Jakarta dan jarang pulang kampung.
Kepala Dusun Kranggan I Suharmadi mengungkapkan, pihaknya langsung mendatangi Rubingah begitu mendapatkan informasi tentang ditendangnya nenek itu. Ia berencana memeriksakan nenek itu apabila ada keluhan sakit. Tetapi, nenek itu menolak. Ia juga meminta pedagang yang merasa dirugikan akibat kejadian itu untuk menghubunginya. Kerugian bakal diganti Suharmadi.
Baca juga: Lansia Sejahtera, Sejahtera Lansia
“Bagaimanapun, dia adalah warga saya juga. Soalnya, ibu ini (Rubingah) juga tinggal sebatang kara. Sudah 15 tahun yang lalu pisahan dengan suami dan anaknya. Ia juga sering tampak linglung setelah perpisahan itu,” ujar Suharmadi.
Berdasarkan pantauan, Rabu siang, rumah Rubingah terlihat kosong dan digembok. Rumah itu dibuat dari batu bata. Sebagian sisi rumah sudah dilapisi semen, tetapi masih ada sebagian yang tampak batanya. Halaman rumahnya tampak berantakan. Terdapat genteng yang berserakan serta pakaian bekas yang tak terurus di salah satu sudut halaman rumah. Listrik juga belum dipasang di rumah itu. Rubingah diketahui meninggalkan rumahnya sejak Selasa.
Suharmadi menceritakan, sehari-hari Rubingah tidak mempunyai pekerjaan yang jelas. Sesekali nenek itu menjadi tukang pijat. Kondisi perekonomian nenek itu juga serba berkekurangan. Tidak ada bantuan sosial khusus yang didapat nenek itu. Apabila ada bantuan berupa zakat yang dikirimkan ke dusun itu, Rubingah selalu dapat jatah.
“Dia memang tergolong warga yang miskin. Kalau ada bantuan apa-apa dari luar, saya selalu berikan ke dia,” kata Suharmadi.
Suharmadi menambahkan, sebelumnya, Rubingah mendapat bantuan sosial berupa beras. Tetapi, dua tahun terakhir, ia tidak lagu mendapatkan bantuan sosial. Padahal, ada bantuan sosial juga yang disebut Bantuan Pangan Non Tunai. Tak diketahui alasan nama Rubingah tidak masuk dalam daftar nama penerima bantuan itu.
Secara terpisah, Kepala Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta Untung Sukaryadi menyatakan, pihaknya sudah menurunkan tim untuk menelusuri keberadaan Rubingah. Prinsipnya, semua lansia berhak mendapatkan perlindungan, berupa jaminan ekonomi maupun kesehatan. Kasus tidak terdaftarnya Rubingah ke dalam bantuan sosial, akan menjadi perhatian bersama.
“Yang paling penting adalah lingkungannya. Kenapa lingkungannya sampai tidak mendaftarkan? Pemerintah provinsi itu apabila ada kekurangan, apapun pasti memberikan bantuan. Tetapi, jika data tidak masuk, kami juga tidak bisa tahu,” kata Untung.
Baca juga: Membangun Lansia yang Berdaya
Selain itu, Untung menambahkan, tindak kekerasan terhadap lansia itu merupakan bentuk pelanggaran hukum. Sebab, kalangan lansia merupakan pihak yang sudah seharusnya mendapatkan perlindungan sosial.
Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional M Yani mengakui, belum ada kesamaan langkah antara pemerintah pusat dan daerah dalam menjalankan program bagi lansia. Kesadaran bahwa investasi pembangunan bagi lansia sama penting dengan investasi bagi anak dan penduduk produktif belum terbangun.
”Swasta, keluarga, dan masyarakat perlu peduli dengan lansia,” ujarnya. Perhatian mereka memengaruhi kesejahteraan lansia. Pelibatan mereka penting di tengah menurunnya penghormatan pada lansia (Kompas, 21/8/2019).
Peristiwa yang dialami Rubingah merupakan fakta sosial yang pahit. Bisa jadi, kasus ini tak hanya dialami Rubingah. Mereka yang seharusnya menikmati hari tua justru terbelenggu tekanan ekonomi dan menjadi korban kekerasan. Kondisi yang memprihatinkan ini menunjukkan salah satu potret kesenjangan sosial.