Meski dibersihkan oleh ratusan relawan, namun tumpukan sampah dan gulma di Sungai Buntung dan Sinir, di Sidoarjo, Jawa Timur, masih menggunung. Alat berat tak bisa digunakan karena bisa merusak kabel.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO,KOMPAS-Meski dibersihkan oleh ratusan relawan, namun tumpukan sampah dan gulma di Sungai Buntung dan Sinir, di Sidoarjo, Jawa Timur, masih menggunung. Alat berat tak bisa digunakan karena khawatir merusak kabel listrik dan telepon yang membentang di atas sungai.
Ratusan relawan dari berbagai instansi pemerintah, sejumlah perguruan tinggi, organisasi masyarakat, dan marinir, bergotong-royong membersihkan Sungai Buntung dan Sungai Sinir, di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (20/1/2020).
Pantauan di lokasi, upaya pembersihan sampah rumah tangga dan tanaman gulma enceng gondok yang menutup permukaan sungai dilakukan secara manual. Alat yang digunakan antara lain garuk panjang, bambu panjang, parang, gergaji mesin dan kendaraan penarik beban milik Marinir Karangpilang.
Pembersihan secara manual kurang maksimal karena mengandalkan tenaga relawan yang tak sebanding dengan banyak tumpukan sampah rumah tangga dan enceng gondok. Hingga siang hari, volume sampah seperti tak berkurang padahal sampah yang berhasil diangkat telah lebih dari lima truk dengan kapasitas 8 ton per truk.
Sampah yang berhasil diangkat baru sebagian kecil dari hamparan tanaman enceng gondok dan sampah rumah tangga seperti stereofoam, plastik sekali pakai, bungkus makanan dan minuman, serta ranting-ranting kecil. Sedangkan sampah berat seperti beberapa sofa dan tiga buah spring bed belum berhasil dikeluarkan dari sungai.
Kendaraan penarik beban milik Marinir Karangpilang Surabaya diterjunkan untuk mengevakuasi sampah dari sungai karena alat berat seperti eskavator tidak bisa masuk. Kendaraan itu antara lain dipakai untuk menarik pohon besar yang nyangkut di Sungai Buntung.
Komandan Resimen Bantuan Tempur (Danmen Banpur) 2 Marinir Karang Pilang Surabaya Kolonel (Mar) Citro Subono yang memimpin langsung evakuasi sampah mengatakan pihaknya mengerahkan tiga unit kendaraan untuk menarik sampah berat dari Sungai Buntung. Untuk menarik satu batang pohon besar memakan waktu lebih dari 30 menit.
“Kondisi sampahnya sangat parah sehingga tidak bisa ditangani oleh tenaga relawan berapapun banyaknya. Yang diperlukan alat berat, oleh karena itu didatangkan kendaraan marinir. Idealnya lima kali narik beban, ganti kendaraan namun kondisi di lokasi tidak memungkinkan,” ujar Citro.
“Kondisi sampahnya sangat parah sehingga tidak bisa ditangani oleh tenaga relawan berapapun banyaknya.
Sekretaris Daerah Jatim Heru Tjahyono mengatakan alat berat seperti eskavator sudah disiapkan baik milik Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air Jatim maupun Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas. Namun tidak bisa digunakan karena banyak kabel listrik, kabel telepon di atas sungai.
“Selain itu ada jaringan atau pipa distribusi milik PDAM dan pipa gas yang berbahaya apabila terkena alat berat. Disisi lain, tidak ada ruang untuk masuknya alat berat karena sepanjang bantaran sungai diokupasi oleh bangunan permanen milik masyarakat,” kata Heru.
Seperti diberitakan sebelumnya, Sungai Buntung, Sungai Sinir, dan Sungai Waru Pesantren di Kabupaten Sidoarjo tertutup sampah rumah tangga dan enceng gondok. Hal itu menghambat aliran air, mempercepat pendangkalan dan menurunkan daya tampung sungai, sehingga pada akhirnya memicu banjir saat musim hujan.
Penumpukan sampah rumah tangga di tiga sungai itu disebabkan oleh perilaku masyarakat yang masih membuang sampah di sungai. Kondisi itu diperparah oleh tidak adanya kegiatan normalisasi sungai selama bertahun-tahun sehingga sedimentasinya tinggi dan keras.
Sungai Buntung memiliki panjang 23 kilometer dan mengalir di empat kecamatan di Sidoarjo mulai dari Krian, Taman, Waru, dan Sedati. Luapan Sungai Buntung tidak hanya memicu banjir di empat kecamatan tersebut melainkan juga di akses jalan menuju Bandara Juanda baik terminal satu maupun terminal dua. Hal itu berdampak signifikan terhadap aktivitas transportasi, ekonomi, dan kehidupan sosial masyarakat.