Keberagaman merupakan anugerah yang harus disyukuri segenap masyarakat. Perbedaan adalah kekuatan karena memungkinkan satu sama lain saling mengisi. Bersatu di tengah perbedaan diyakini kunci mencapai kemajuan bangsa.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Keberagaman merupakan anugerah yang harus disyukuri segenap masyarakat. Perbedaan yang dirajut lewat keharmonisan adalah kekuatan karena memungkinkan satu sama lain saling mengisi. Bersatu di tengah perbedaan diyakini kunci Indonesia menuju kemajuan.
Demikian salah satu hasil pembahasan dalam dialog bertajuk “Merawat Persatuan, Menghargai Kebangsaan”, yang digelar Gerakan Suluh Kebangsaan di Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, Selasa (14/1/2020). Acara tersebut dihadiri Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD, Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin KH Ahmad Mustofa Bisri, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X, dan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti.
KH Mustofa Bisri menyatakan, keberagaman merupakan sebuah keniscayaan. Kini, upaya bersatu dalam keberagaman itu mendapat tantangan berupa penyebaran pemahaman agama yang eksklusif. Ia melihat kegelisahan di tengah masyarakat tentang pemahaman yang eksklusif itu.
“Ini rupanya ada orang yang resah. Keresahan ini sifatnya umum. Ada keresahan yang luar biasa (tentang pemahaman agama yang eksklusif),” kata Mustofa.
Mustofa menilai, sebagian kelompok masyarakat saat ini seperti sulit menerima perbedaan. Baginya, kondisi ini terjadi karena bangsa ini sempat mengalami masa yang segala sesuatunya coba diseragamkan demi keharmonisan. Perubahan besar yang hadir bersama era reformasi terjadi begitu mendadak. Bangsa ini seperti belum tahu yang harus dibenahi terlebih dahulu pada masa reformasi.
“Sebelumnya, selalu ‘dicekoki’ dengan keseragaman. Akhirnya, agak sulit berbeda. Berbeda sedikit marah. Padahal, berbeda-beda itu indah sekali,” kata Mustofa.
Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti menyatakan, persatuan bangsa harus dirawat dengan memastikan semua kelompok masyarakat, termasuk minoritas, diakui keberadaannya. Kehidupan semua golongan perlu dijamin secara konstitusional melalui berbagai kebijakan.
“Karena itu, kalau mau membangun persatuan Indonesia, jangan sampai ada yang menihilkan kelompok mana pun. Biarpun kelompok tersebut sangat minoritas. Mereka adalah bagian yang tak terpisahkan dari Indonesia,” kata Mu’ti.
Selain itu, Mu’ti menyatakan, bangsa ini memiliki kultur harmonis. Perbedaan tidak dipandang sebagai sebuah sekat. Namun, sebuah kekuatan bersama yang apabila berpadu satu mampu mengantarkan bangsa ini menuju kemajuan.
“Indonesia masa depan adalah Indonesia yang memiliki kekuatan di mana berbagai macam perbedaan itu bersinergi. Pendidikan menjadi tempat sinergitas itu,” kata Mu’ti.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD mengungkapkan, penguatan ikatan kebangsaan perlu dilakukan secara intensif. Keberagaman dipahami sebagai suatu hal yang mempersatukan.
Ia menambahkan, pemerintah hadir untuk melindungi segenap tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan menertibkan kedamaian dunia. Keutuhan bangsa dijaga dengan cara menghargai fakta sosial bahwa Indonesia ini terdiri dari bangsa yang sangat tinggi keberagamannya.
Untuk itu, Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X berpesan, persatuan bangsa perlu dirawat secara proaktif. Tidak sekadar dilestarikan, tetapi juga senantiasa dikembangkan agar selalu tumbuh.
“Keberagaman terjalin dalam serat-serat yang saling menguatkan. Perlu ada resiprokalitas keberagaman yang kaya. Nantinya, kita akan hidup lebih rukun dengan kepekaan akan hak dan kewajiban individual-sosial yang lebih tinggi,” kata Sultan.
Mengenai peran kaum muda, Rektor UII Fathul Wahid mengatakan, generasi penerus bangsa punya posisi krusial merawat dan mempertahankan persatuan. Persatuan itu berbicara soal saling mengenal, menghargai, hingga hidup berdampingan. Hanya dengan bersatu, bangsa ini bisa mencapai kemajuan bersama.
“Anak bangsa mendamba kemajuan yang tak mungkin dibangun tanpa persatuan. Sudah seharusnya kita menolak segala anasir jahat yang anti persatuan dan menafikkan keberagaman,” kata Fathul.