Beberapa lokasi di Jakarta Selatan terendam banjir cukup parah di antaranya di pinggiran Ciliwung, Rawajati, Pengadegan, Pejaten Timur, Jatipadang, Cilandak Barat, Pondok Labu, Lebak Bulus, dan di aliran Pesanggrahan.
Oleh
Dian Dewi Purnamasari
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hujan lebat yang melanda Jakarta sejak Selasa (31/12/2019) hingga Rabu (1/1/2020) membuat sejumlah lokasi di Jakarta Selatan terendam banjir. Sejumlah lokasi terdampak itu di antaranya adalah wilayah bantaran Kali Ciliwung, seperti Pejaten Timur, Rawajati, dan Pengadegan.
Wilayah di pinggiran Kali Ciliwung di Jakarta Selatan itu terdampak banjir cukup parah. Di Rawajati, ketinggian air hingga Rabu sore tercatat hingga 5 meter. Di Kompleks Zeni, Rawajati, ketinggian air juga mencapai 5 meter.
Adapun, di Pengadegan, ketinggian air dilaporkan lebih dari 90 sentimeter.
Rabu siang, warga Kompleks Zeni, Rawajati, panik dan menyelamatkan barang-barangnya ke lokasi yang lebih tinggi. Mereka menerjang banjir yang mencapai sedada orang dewasa dengan peralatan seadanya. Mereka bergerak cepat menyelamatkan harta benda dan mengungsi karena diprediksi air dari Depok dan Bogor akan tiba pada malam hari.
Banyak pengungsian dibuka oleh warga, seperti di SDN 005 Rawajati pagi, Masjid Hisbul Waton, dan beberapa lokasi lain yang lebih tinggi. Herrison (47), warga RT 003/RW 003 Kelurahan Rawajati, mengatakan, hujan lebat melanda wilayah tersebut sejak Selasa hingga Rabu siang.
Warga yang sudah bertahun-tahun tinggal di wilayah rawan banjir aktif memantau status pintu air Depok dan Katulampa. Begitu Pintu Air Depok berstatus siaga 2, warga segera memindahkan harta bendanya. Mobil, sepeda motor, kasur, surat berharga, hingga keperluan pribadi diselamatkan di tempat yang tinggi dan kering.
”Wilayah sini memang rawan banjir karena jarak terdekat dengan sungai hanya sekitar 30 meter,” ujar Herrison.
Mustofa (40), warga yang mengungsi di SDN 005 Rawajati Pagi, mengatakan, air mulai masuk ke permukiman warga sekitar pukul 04.30. Karena banyak warga begadang untuk merayakan pergantian tahun, dia pun sempat kewalahan membangunkan warga yang kebanjiran. Sejak subuh, dia dan keluarganya menyelamatkan barang berharga ke lokasi pengungsian tersebut.
”Kebetulan, sekolahnya masih libur sampai 5 Januari. Jadi, bisa kami gunakan untuk tempat pengungsian dulu,” ujar Mustofa.
Menurut Mustofa, warga di Rawajati sudah tidak kaget lagi dengan banjir tahunan ini. Pada musim hujan, terutama Desember, Januari, dan Februari, wilayah tersebut memang selalu tergenang banjir. Apalagi jika di daerah Puncak, Bogor, hujan deras, wilayah itu akan terdampak banjir. Namun, menurut Mustofa, ketinggian air pada banjir tahun ini lebih tinggi. Banjir besar seperti ini terakhir ia alami pada tahun 2015. ”Tahun 2015, atap rumah saya sudah tidak kelihatan,” kata Mustofa.
Rian (25), warga Jalan Bina Warga, Rawajati, terlihat panik saat tiba di gang rumah kontrakannya, Rabu sore. Dia tak menyangka lingkungan rumah tinggalnya sudah terkepung air. Dia pun buru-buru meminta tolong warga untuk mengambil laptop kantor yang disimpan di lantai 2. Dengan pelampung ban, dia berenang mengambil laptop untuk diselamatkan.
”Saya baru saja sampai karena semalam habis dari Puncak merayakan Tahun Baru,” kata Rian.
Banyak lokasi pengungsian
Banyaknya lokasi pengungsian yang didirikan warga di wilayah Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan, membuat distribusi bantuan seperti makanan, obat-obatan, dan peralatan pribadi terhambat.
Warga di pengungsian SDN 005 Rawajati, misalnya, meskipun sudah mengungsi sejak subuh, hingga sore hari belum menerima bantuan makanan. Mereka pun akhirnya harus berusaha mencari makanan sendiri.
Lurah Rawajati Rudi Budianto mengatakan, di Rawajati terdapat beberapa posko pengungsian, di antaranya Puskesmas Rawajati 2 di Jalan Bina Warga, bawah jalan layang Kalibata, dan SDN 005 Rawajati. Total jumlah pengungsi masih terus dimutakhirkan.
Namun, hingga Rabu sore, jumlah pengungsi terdata tak kurang dari 200 kepala keluarga. Rudi mengklaim, warga sudah mendapat bantuan bahan pangan, seperti mi instan, beras, selimut, popok sekali pakai, terpal, selimut, minyak, dan kecap.
”Kami berupaya untuk menyalurkan bantuan secara merata. Namun, karena data terus berubah dan pengungsi bergerak, distribusi logistik bantuan disesuaikan dengan kebutuhan,” kata Rudi.
Wali Kota Jakarta Selatan Marullah Matali mengatakan, banyak lokasi terdampak banjir di Jakarta Selatan, baik aliran sungai besar maupun sungai kecil. Mulai dari Kali Ciliwung, Kali Mampang, Kali Serua, Kali Krukut, Kali Grogol, Kali Pesanggrahan, dan Kali Uangan semuanya tergenang.
”Ini musibah karena intensitas hujan yang tinggi di Jakarta, Bogor, dan Depok. Mudah-mudahan banjirnya segera surut dan akan stabil lagi semuanya,” kata Marullah saat mengunjungi korban banjir di Petogogan.
Matalli menambahkan, sesuai perintah Gubernur Provinsi DKI Jakarta, semua aparat Pemprov DKI diharapkan memastikan kondisi terkini serta memberikan rasa aman bagi masyarakat yang terdampak banjir. Aparat mulai dari PPSU, lurah, dan camat diharapkan segera tanggap terhadap kebutuhan warga terdampak banjir seperti kebutuhan makanan, layanan kesehatan, dan layanan tempat berlindung.
Sesuai perintah Gubernur Provinsi DKI Jakarta, semua aparat Pemprov DKI diharapkan memastikan kondisi terkini serta memberikan rasa aman bagi masyarakat yang terdampak banjir.
Menurut Marullah, beberapa lokasi yang dia kunjungi dan terendam banjir cukup parah di antaranya di pinggiran Kali Ciliwung, Rawajati, Pengadegan, Pejaten Timur, Jatipadang, Cilandak Barat, Pondok Labu, Lebak Bulus, dan di aliran Sungai Pesanggrahan tepatnya di Kompleks IKPN yang tanggul penahannya jebol.