Di Hari yang Sama Bus Sriwijaya Alami Tiga Kecelakaan
Sebelum jatuh ke jurang Sungai Lematang, Kecamatan Dempo Selatan, Kota Pagar Alam dan menewaskan puluhan orang, Bus Sriwijaya BD 7031 AU sempat mengalami dua kali kecelakaan kecil.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·2 menit baca
PAGAR ALAM, KOMPAS — Sebelum jatuh ke jurang Sungai Lematang, Kecamatan Dempo Selatan, Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan, dan menewaskan puluhan orang, bus Sriwijaya BD 7031 AU mengalami dua kali kecelakaan kecil. Sampai saat ini Komite Nasional Keselamatan Transportasi masih menyelidiki penyebab kecelakaan, termasuk mencari tahu kegiatan pengemudi dalam tiga hari terakhir.
Kepala Kepolisian Resor Pagar Alam Ajun Komisaris Besar Dolly Gumara, Rabu (25/12/2019), mengatakan, dari hasil penyelidikan dan keterangan sejumlah saksi, sebelum jatuh ke jurang, bus Sriwijaya mengalami dua kali kecelakaan.
Kecelakaan pertama terjadi ketika bus tersebut bertolak dari Bengkulu ke arah Pendopo, Kabupaten Empat Lawang. Saat itu, bus ditabrak minibus. Feri selaku pengemudi bernegosiasi dengan pengendara yang menabrak bus. Setelah itu, bus kembali melaju.
Sekitar dua jam berselang, masih di Kabupaten Empat Lawang, bus kembali mengalami kecelakaan. Ban bus masuk ke dalam parit karena menghindari sebuah truk yang melintas dari arah berlawanan.
Akibat kejadian itu, ujar Dolly, bus harus diderek menggunakan bus Sriwijaya yang berukuran lebih kecil. Penumpang pun telantar hingga dua jam.
Hadijah (67), salah seorang korban selamat, mengungkapkan, sebenarnya dengan adanya dua kecelakaan itu, dirinya merasakan firasat tidak baik. ”Bahkan, keluarga saya meminta saya pulang,” kata Hadijah.
Bahkan, keluarga saya meminta saya pulang. (Hadijah)
Namun, karena telanjur membayar tiket, Hadijah memutuskan tetap melanjutkan perjalanan. Naas, Senin (23/12/2019) pukul 23.22, bus tersebut jatuh ke jurang Sungai Lematang.
Hadijah mengatakan, sebelum jatuh ke jurang, bus melaju dengan kecepatan sangat tinggi dan akhirnya jatuh menabrak pembatas jalan. Bahkan, ketinggian jurang mencapai 75 meter.
Hadijah mengalami luka cukup serius di sekujur tubuh karena terkena serpihan kaca. Dia juga masih menunggu kabar empat anggota keluarganya yang belum diketahui keberadaannya. ”Saya berharap mereka segera ditemukan,” katanya.
Dolly menerangkan, kecelakaan ini merupakan kecelakaan terbesar yang terjadi di simpang Lematang. Padahal, dalam beberapa hari terakhir, pihaknya sudah melakukan sejumlah upaya untuk meminimalkan kecelakaan, termasuk menambah jumlah rambu di sepanjang jalan tersebut.
Wakil Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi Haryo Satmiko mengatakan, beberapa fakta sudah ditemukan oleh tim di lapangan, di antaranya kendaraan masih laik jalan karena masih dalam jangka waktu uji kir selama enam bulan. ”Namun, hal itu masih harus dipastikan lagi karena usia bus sudah 20 tahun,” ujarnya.
Selain melihat kondisi kendaraan, pihaknya juga akan menyelidiki kondisi pengemudi dalam tiga hari terakhir. ”Dari sana kita akan tahu apakah pengemudi dalam kondisi yang baik,” kata Haryo.