Impor minyak mentah dikurangi dengan cara mengakuisisi blok minyak yang sudah berproduksi. Pemenuhan kebutuhan melalui impor membuat negara migas defisit.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS--PT Pertamina (Persero) melanjutkan rencana akuisisi blok minyak dan gas bumi di luar negeri. Sejauh ini, Pertamina memiliki sejumlah blok produksi dan eksplorasi di luar negeri yang menghasilkan minyak mentah 99.000 barrel per hari dan gas bumi 261 juta standar kaki kubik per hari.
Akuisisi difokuskan pada blok yang sudah berproduksi.
Menurut Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, akuisisi blok berproduksi adalah salah satu strategi perusahaan untuk mengurangi impor minyak mentah. Blok yang sudah berproduksi dipilih untuk mengurangi risiko perusahaan. Sudah ada dua perusahaan di Abu Dhabi yang dijajaki Pertamina terkait rencana itu.
"Kita coba masuk di Abu Dhabi dan prosesnya sedang berjalan. Aksi ini, selain untuk menambah portofolio perusahaan, juga merupakan bagian dari rencana pengurangan defisit perdagangan migas nasional," kata Nicke, Kamis (12/12/2019), di Jakarta.
Sejauh ini, sudah ada sejumlah blok di tiga negara yang diakuisisi Pertamina. Rinciannya, 11 lapangan migas di Malaysia yang menyumbang 21.240 barrel minyak per hari, Blok West Qurna di Irak dengan kontribusi 43.700 barrel minyak per hari, dan tiga lapangan migas di Aljazair yang menghasilkan 20.940 barrel minyak per hari. Data ini berdasarkan produksi 2016.
Pertamina juga mengakuisisi saham Maurel & Prom, perusahaan migas yang berpusat di Paris, Perancis. Perusahaan ini memiliki hak kelola blok migas di Kanada, Italia, Nigeria, Gabon, Myanmar, Tanzania, Namibia, dan Kolombia. Berdasarkan data 2015, cadangan migas pada blok yang dikendalikan Maurel & Prom sebanyak 205 juta barrel setara minyak.
Selain akuisisi, tambah Nicke, Pertamina tetap melakukan eksplorasi untuk menemukan sumber cadangan baru di dalam negeri. Pada 12 November 2019, PT Elnusa Tbk, anak usaha Pertamina, meluncurkan kapal survei untuk mencari sumber cadangan baru. Kapal survei akan melintasi laut sejauh 30.000 kilometer dimulai dari perairan sekitar Pulau Bangka, Bangka Belitung, hingga sekitar Pulau Seram, Maluku, selama enam bulan.
"Kami juga menerapkan metode pengurasan minyak tingkat lanjut (enhanced oil recovery) pada sumur-sumur tua untuk menaikkan produksi," ujar Nicke.
Investasi
Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin menambahkan, keuangan Pertamina bisa dibilang sangat sehat untuk investasi akuisisi. Menurut dia, pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi Pertamina pada 2018 sebesar 9 miliar dollar AS.
"Tidak ada masalah keuangan bagi Pertamina untuk berinvestasi. Keuangan Pertamina sehat sekali," ujar Budi.
Secara terpisah, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan, akuisisi blok migas adalah aksi korporasi yang wajar di dunia bisnis migas. Pilihan Pertamina mengakuisisi blok yang sudah berproduksi tepat untuk meminimalkan risiko. Namun, Pertamina sebaiknya terlibat dalam proses produksi untuk memperoleh manfaat pengetahuan dan tak sekadar memiliki saham.
"Kesannya memang instan (dengan cara akuisisi) karena Pertamina tidak terlibat proses sejak dari eksplorasi. Namun, aksi tersebut sah-sah saja asal disertai dengan perhitungan yang cermat dan wajar untuk menghindari kekeliruan perhitungan nilai akuisisi yang bisa merugikan perusahaan," ujar Komaidi.
Produksi minyak nasional yang kurang dari 800.000 barrel per hari jauh di bawah kebutuhan konsumsi bahan bakar minyak yang mencapai 1,5 juta barrel per hari. Kekurangan tersebut dipenuhi dari impor.
Akibatnya, neraca perdagangan migas defisit. Pada Januari-Oktober 2019, neraca migas defisit 7,27 miliar dollar AS.