Kasus Pembunuhan Jurnalis Mengguncang Pemerintah Malta
Kasus pembunuhan seorang jurnalis dua tahun silam kini mengguncang Pemerintah Malta. Tekanan politik agar Perdana Menteri Malta Joseph Muscat mundur dari jabatannya terus menguat.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
VALLETTA, SABTU — Kasus pembunuhan seorang jurnalis dua tahun silam kini mengguncang Pemerintah Malta. Tekanan politik agar Perdana Menteri Malta Joseph Muscat mundur dari jabatannya terus menguat. Namun, Muscat menolak mundur.
Ribuan warga yang marah berunjuk rasa di luar kantor PM Muscat selama lima hari terakhir menuntut Muscat mundur. Tuntutan yang sama juga muncul dari oposisi. Ketika berada di parlemen, Rabu (27/11/2019), Muscat menyatakan menolak untuk mundur.
Krisis politik di Malta bermula dari kasus pembunuhan jurnalis terkemuka, Daphne Caruana Galizia, dalam sebuah bom mobil di dekat rumahnya di Bidnija, Oktober 2017. Caruana Galizia merupakan seorang wartawan investigasi yang kerap mengungkap kasus-kasus korupsi.
Delapan bulan sebelum dibunuh, jurnalis perempuan itu menulis di blognya berisi uraian bahwa terjadi korupsi antara politisi Malta dan sebuah perusahaan bernama 17 Black Ltd.
Hasil investigasi kantor berita Reuters tahun lalu menunjukkan, Yorgen Fenech, pebisnis yang memiliki bisnis di bidang properti, ritel, jasa wisata, judi, dan energi, merupakan pemilik perusahaan itu. Fenech menggunakan 17 Black Ltd untuk membiayai sebuah perusahaan rahasia di Panama milik Kepala Staf PM Muscat, Keith Schembri, dan Menteri Pariwisata Malta Konrad Mizzi.
Pada saat bersamaan, Fenech juga merupakan bagian dari grup yang memenangi konsesi untuk mengoperasikan perusahaan energi ketika Mizzi menjabat menteri energi Malta.
Kepolisian Malta telah menangkap Schembri, tetapi kemudian membebaskannya. Mizzi telah mengundurkan diri sebagai menteri. Selain memeriksa Schembri dan Mizzi, polisi juga memeriksa Menteri Keuangan Chris Cardona.
Mizzi selalu menyangkal keterkaitannya dalam dugaan korupsi tersebut. Sementara Schembri mengatakan bahwa perusahaan 17 Black Ltd telah menjadi klien bagi grup bisnisnya.
Dituduh lindungi kroni
Kelompok masyarakat sipil dan oposisi menuntut PM Muscat mundur karena dinilai telah melindungi kroninya yang turut diselidiki dalam kasus pembunuhan Caruana Galizia. ”Saya tidak akan melepaskan tanggung jawab saya. Malta memerlukan kepemimpinan yang stabil dan saya akan tetap mengambil keputusan demi kepentingan negara dan tidak akan melindungi siapa pun,” kata Muscat.
Setelah dua tahun kasus pembunuhan Caruana Galizia mandek, polisi tiba-tiba mendapat titik terang setelah mendapat informasi dari penghubung dalam kasus pembunuhan itu, Melvin Theuma. Theuma ditawari pengampunan oleh polisi jika mengidentifikasi siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan tersebut.
Polisi kemudian menangkap Fenech yang hendak melarikan diri dari Malta menggunakan yacht pribadinya, minggu lalu. Dalam pemeriksaan, Fenech membocorkan informasi kepada polisi bahwa otak di balik pembunuhan Caruana Galizia tahun 2017 adalah Schembri. Atas informasi itu Fenech meminta kekebalan hukum.
Fenech juga memohon ketua penyelidikan kasus itu, Keith Arnaud, diganti karena telah memberi tahu detail pembunuhan kepada Schembri. Fenech juga menuduh Arnaud memiliki konflik kepentingan karena telah meminta tolong Schembri untuk mencarikan pekerjaan untuk istrinya. Pemerintah Malta memutuskan untuk menolak permintaan Fenech.
Saat ini tiga tersangka dalam kasus pembunuhan Daphne itu sudah ditahan dan menunggu putusan pengadilan. Ketiganya adalah Vince Muscat, Alfred Degiorgio, dan George Degiorgio. Mereka mendapat kontrak untuk membunuh Caruana Galizia dengan imbalan 150.000 euro. Dari bayaran itu, sebanyak 30.000 euro dibayarkan di muka.
Detail ini diceritakan Vince Muscat agar mendapatkan pengampunan dari polisi. PM Muscat menolak memberikan pengampunan kepada Vince Muscat.