Tawaran Apartemen Terintegrasi Inkubator Bisnis bagi Milenial
Hunian vertikal atau apartemen dinilai cocok untuk milenial yang kesulitan memperoleh hunian. Tak cukup hanya itu, hunian diintegrasikan dengan inkubator bisnis yang diyakini dapat membantu kemampuan finansial milenial.
Oleh
Maria Paschalia Judith Justiari
·4 menit baca
Pengembang properti mencoba menyasar milenial yang kesulitan memperoleh hunian dengan menawarkan hunian vertikal atau apartemen. Tak cukup hanya itu, hunian juga diintegrasikan dengan inkubator bisnis dengan harapan dapat lebih merangsang milenial untuk membelinya.
Ini seperti dilakukan oleh PT PP Urban, anak usaha dari PT PP (Persero) Tbk.
”PT PP Urban menawarkan hunian vertikal dengan rentang harga Rp 220 juta-Rp 550 juta per unit. Sejauh ini, kami tengah mengembangkan empat proyek di Sudimara, Serpong, dan Karawang. Kami bisa berada di rentang ini karena adanya penyertaan modal negara Rp 540 miliar,” tutur Direktur Realti PT PP Urban Budi Suanda, saat jumpa pers di Jakarta, Sabtu (16/11/2019).
Rentang harga itu dinilai dapat dijangkau oleh milenial yang berdasarkan riset PP Urban kesulitan memiliki hunian. Berdasarkan riset itu, harga hunian yang berpotensi diakses oleh milenial berkisar Rp 200 juta-Rp 600 juta per unit.
Milenial kesulitan menjangkau hunian dengan harga di atas itu karena berdasarkan data PP Urban, rata-rata kenaikan harga rumah mencapai 17,5 persen per tahun. Kenaikan ini tidak sebanding dengan rata-rata peningkatan upah minimum provinsi yang hanya 13,2 persen per tahun.
Riset PT PP Urban juga memodelkan kemampuan finansial generasi milenial dalam memiliki hunian.
Pada fase pertama, yakni tahun pertama sejak bekerja hingga tahun ketujuh, kemampuan finansial seorang milenial masih di atas harga sewa hunian. Pada tahun kedelapan hingga tahun ke-15 atau fase kedua, kemampuan finansial tersebut sama dengan harga sewa hunian. Di atas tahun ke-15, kemampuan finansial milenial di atas harga sewa.
Asumsi yang digunakan untuk model itu adalah milenial lajang yang pada tahun pertama bekerja memiliki penghasilan Rp 6,5 juta per bulan.
”Fase kedua dimulai dengan ketika milenial tersebut menikah dan memiliki anak. Dalam kondisi ini, alokasi keuangan untuk mengakses hunian berpotensi tertekan karena adanya kebutuhan keluarga,” katanya.
PT PP Urban juga menyurvei kelompok milenial yang belum berencana membeli hunian dan kelompok yang memilih mengontrak hunian. Pada kelompok milenial yang belum berencana membeli hunian, 54 persen di antaranya beralasan terkendala uang muka.
Sementara 75 persen dari kelompok milenial yang mengontrak menyatakan, mereka tidak memiliki cukup tabungan untuk membeli rumah. Harga hunian yang tinggi juga memengaruhi keputusan kedua kelompok milenial tersebut.
Berdasarkan kesulitan yang dihadapi milenial itu, hunian yang cocok adalah hunian vertikal atau apartemen. Hunian vertikal ini mesti berada di lokasi strategis serta didesain dengan prinsip fungsional, praktis, keamanan tingkat tinggi, dan memanfaatkan teknologi.
Tak cukup hanya itu, untuk menyokong kemampuan finansial milenial, PT PP Urban juga mengintegrasikan hunian dengan fasilitas inkubator bisnis. Secara jangka panjang, fasilitas ini diharapkan dapat mendorong tumbuhnya kegiatan wirausaha di lingkungan hunian.
Integrasi ini berprinsip berbagi (sharing economy) yang fokus pada ekonomi kreatif dan bisnis dalam jaringan atau daring (online). Fasilitas ini diharapkan dapat menyokong penghuni apartemen berpenghasilan menengah ke bawah untuk meningkatkan pendapatannya.
Fasilitas inkubator bisnis dimaksud berupa ruang kerja bersama atau co-working space, pujasera, ruang kelas, dan ruang lokakarya. ”Penghuni di apartemen ini berpotensi menjadi pasar bagi pelaku bisnis tersebut. Dalam satu hunian vertikal, penghuninya dapat mencapai 15.000 orang,” kata Budi.
Sebagai gambaran, Budi mencontohkan, seorang penghuni berbisnis makanan. Dia cukup mengolah dagangannya dari tempat tinggalnya dan berjualan ke penghuni lainnya.
Dengan demikian, pebisnis tersebut tak perlu mengeluarkan modal untuk sewa tempat ataupun pengiriman. Karena tak ada modal dari dua aspek tersebut, harga dagangannya menjadi kompetitif dibandingkan dengan produk yang sama, tetapi dijual di luar kawasan hunian.
PT PP Urban merupakan salah satu dari peserta Indonesia Properti Expo ke-37 yang diselenggarakan PT Adhouse Clarion Events. Pameran properti yang mayoritas berupa rumah tapak dan apartemen ini diadakan di Hall A dan B Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, 16-24 November 2019.
Sebanyak 73 pengembang yang menampilkan lebih dari 500 proyek menjadi peserta pameran tersebut. Dalam situs pameran, Vice President PT Adhouse Clarion Events Gad Permata menyatakan, target transaksi perhelatan ini mencapai Rp 5 triliun dengan total pengunjung 250.000 orang.
Sekretaris Jendral DPD REI DKI Jakarta Arvin F Iskandar mengatakan, pameran ini dapat menjadi salah satu sarana dalam meningkatkan pasar properti. Saat ini, pergerakan harga properti di pasar berkisar 0,4 persen dan realisasi penjualan di sektor perumahan tumbuh sekitar 20 persen.
Sementara itu, Head of Non-Subsidized Mortgage and Consumer Lending Division PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN Suryanti Agustinar berpendapat, pameran juga dapat menjadi salah satu cara mengedukasi masyarakat untuk berinvestasi di sektor properti.