Lampu Kuning bagi Trump Setahun Menjelang Pilpres 2020
Presiden AS Donald Trump dan para pendukungnya perlu menyalakan sinyal lampu kuning menjelang Pemilu Presiden 2020. Pemicunya adalah kemenangan kubu Demokrat dalam pemilihan umum daerah di dua negara bagian,
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan para pendukungnya perlu menyalakan sinyal lampu kuning menjelang Pemilu Presiden 2020. Pemicunya adalah kemenangan kubu Demokrat dalam pemilihan umum daerah di dua negara bagian, yakni pemilihan gubernur Negara Bagian Kentucky dan pemilihan dewan legislatif di Negara Bagian Virginia.
Dua negara bagian itu merupakan sebagian dari kantong basis utama pendukung Trump, yang dicalonkan Partai Republik, pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2016. Pada pilpres itu di Kentucky, Trump unggul poin dengan 30 persen. Adapun di Virginia, 20 tahun lebih dewan legislatif dikuasai Republik.
Dalam pemilihan umum di tempat-tempat lain, kubu Demokrat juga mendobrak dominasi dan cengkeraman kubu Republik selama puluhan tahun. Di Negara Bagian Pennsylvania, Demokrat menguasai pemerintahan di Delaware County, pinggiran kota Philadelphia, setelah 1,5 abad pemerintahan wilayah itu dikontrol Republik. Demokrat juga merebut dewan komisioner Chester County untuk pertama kalinya dalam sejarah. Hal serupa diraih Demokrat di Bucks County untuk pertama kali sejak tahun 1980-an.
Baca juga artikel William Liddle: Pelajaran dari Hasil Pemilu Paruh Waktu AS
Perlu dicatat, Pennsylvania merupakan negara bagian yang memegang peran krusial dalam memenangkan Trump pada Pilpres 2016. Douglas Heye, perancang strategi yang pernah bekerja pada Komite Nasional Republik, mengatakan bahwa hasil-hasil tersebut seharusnya membuat Republiken ”takut” menjelang pemilu November 2020.
”Semakin banyak data menunjukkan kepada kita tentang berpalingnya suara dari Republiken di area-area suburban,” ujar Haye.
Pendapat Haye dikuatkan Kevin Madden, perancang strategi kubu Republik yang menjadi penasihat senior kampanye Mitt Romney pada Pilpres 2012. ”Ada beberapa sinyal yang mengganggu di antara sejumlah area yang bakal paling penting pada tahun 2020: area-area pinggiran kota di kota-kota besar di negara-negara bagian yang diperebutkan,” kata Madden.
”Sebagai contoh, di beberapa pinggiran kota di Philadelphia, terjadi kekalahan besar GOP (Republik) di negara bagian yang dimenangi Trump dengan margin tipis. Jalan menuju kemenangan itu ada di daerah-daerah pinggiran kota ini, tetapi banyak sinyal peringatan menunjukkan lingkungan (persaingan) bakal lebih lebih keras pada (Pilpres) 2020 dibandingkan (Pilpres) 2016.”
Baca juga: Trump Ulangi Taktik Lama
Dukungan tak mempan
Dalam pemilihan gubernur Kentucky, Selasa (5/11/2019), Partai Demokrat memenangi pertarungan melawan kubu Republik. Jaksa Agung dari Demokrat, Andy Beshear, putra gubernur terakhir dari kubu Demokrat di Kentucky, menang tipis atas petahana dari kubu Republik, Matt Bevin. Kampanye terakhir Bevin dihadiri langsung oleh Presiden Donald Trump.
Kemenangan Beshear ini dapat meningkatkan harapan Demokrat untuk mengalahkan pemimpin mayoritas dari Republik di Senat, Mitch McConnell, yang akan bertarung dalam pemilihan umum tahun depan. Namun, Selasa malam, Bevin menolak untuk menyerah dengan menyebutkan adanya ”penyimpangan”. Beshear berharap Bevin menghormati hasil pemilu.
Pada hari yang sama, Demokrat juga menguasai dewan legislatif Negara Bagian Virginia yang sebelumnya dikuasai Republiken. Ini untuk pertama kalinya dalam seperempat abad Demokrat akan menguasai sepenuhnya pemerintahan di Virginia. ”Saya di sini mengumumkan secara resmi, 5 November 2019, bahwa Virginia secara resmi menjadi biru,” kata Gubernur Virginia Ralph Northam, merujuk pada warna identitas Partai Demokrat.
Kekalahan Republik tersebut merupakan pukulan telak bagi Trump. Dalam pidatonya di Lexington, Kentucky, Senin (4/11/2019) malam, Trump sempat mengatakan, Republik harus memenangkan Bevin. Jika tidak, para analis akan mengatakan bahwa presiden ”menderita kekalahan besar dalam sejarah dunia”.
Kekalahan Republik tersebut merupakan pukulan telak bagi Trump.
Pidato Trump dalam kampanye tersebut menggambarkan pentingnya posisi gubernur di Kentucky dan peran Bevin (52) untuk mendukung Trump yang kini menghadapi pemakzulan oleh Demokrat. Namun, kekalahan Bevin diperkirakan terkait juga dengan popularitasnya. Jajak pendapat memperlihatkan, Bevin merupakan gubernur yang paling tidak populer di Negara Bagian Kentucky setelah ia berselisih dengan serikat pekerja dan guru.
Di Twitter, Trump meyakinkan bahwa kehadiran dirinya dalam kampanye telah menolong Bevin dari kekalahan yang lebih besar. Ia juga mengklaim bahwa Republik telah memenangi sejumlah pemilu negara bagian. ”@MattBevin menang setidaknya 15 poin kemarin, tetapi mungkin tidak cukup (berita bohong akan menyalahkan Trump),” demikian Trump menulis di Twitter.
Terkait pemilu di Virginia, Trump tidak terlalu memperhitungkan pemilu di wilayah itu. Dalam pemilihan anggota kongres tahun lalu, Demokrat merebut suara di area perdesaan. Kemenangan Demokrat, Selasa lalu, memperlihatkan kecenderungan bertambahnya dukungan terhadap Demokrat itu terus berlanjut.
Baca juga: Mengembalikan Jiwa Amerika
Di Mississippi, Republik meraup kemenangan setelah kandidatnya, Tate Reeves, mengalahkan calon Demokrat, Jaksa Agung Jim Hood. Dalam kampanyenya, Hood mendukung kepemilikan senjata dan menentang hak aborsi.
Seperti halnya Bevin, Reeves juga berkampanye mendukung Trump di Negara Bagian Missisippi dalam Pemilu Presiden 2016. Trump menang mudah di Mississippi. Trump pun turun dalam kampanye Reeves pekan lalu.
Di New Jersey, Demokrat diharapkan bisa mempertahankan kursi mayoritasnya di majelis umum negara bagian dan majelis rendah legislatif.
Pentingnya pinggiran kota
Hasil pemilu daerah di Kentucky mungkin tidak akan jadi penentu hasil pilpres tahun depan. Namun, hasil itu menyalakan sinyal peringatan soal ketidakpuasan warga terhadap Trump di kantong-kantong basis pendukung Republiken. Di sisi lain, kemenangan Demokrat dalam pemilihan dewan legislatif di Virginia juga menegaskan pentingnya wilayah pinggiran kota yang kini berbalik menolak Trump.
Kubu Demokrat menyebut banyak pemilih kecewa terhadap Trump serta retorika dan kebijakan-kebijakan yang dinilai memecah belah.
Kemenangan Demokrat di Kentucky tidak terlepas dari tingginya angka partisipasi pemilih dari pendukung Demokrat di distrik-distrik pinggiran kota (suburban) di luar Lexington dan kota-kota utama lainnya. Kubu Demokrat menyebut banyak pemilih kecewa terhadap Trump serta retorika dan kebijakan-kebijakan yang dinilai memecah belah.
”Mereka lelah dengan pemerintah yang hanya bekerja 1 persen, sementara warga pekerja menderita. Mereka ingin perubahan sejati,” ujar Bernie Sanders, senator liberal yang maju dalam bursa pencalonan bakal calon presiden dari Partai Demokrat.
Di Kentucky, angka partisipasi pemilih melonjak hampir 50 persen dibandingkan dengan pemilihan gubernur terakhir tahun 2015. Begitu juga di Virginia, jumlah pemilih lebih besar dua kali lipat daripada pemilu legislatif empat tahun lalu.
”Secara khusus, sukses Demokrat hari Selasa lalu didorong oleh penampilan yang luar biasa kuat di area-area pinggiran kota,” kata analis Nathaniel Rakich dan Geoffrey Skelley dalam tulisannya di FiveThirtyEight.com.
Hasil-hasil pemilu daerah pekan ini memperlihatkan tantangan yang akan dihadapi Republik pada Pilpres 2020 di area-area massa mengambang.
Baca juga: Trump, Biden, dan Isu Pemakzulan Menjelang Pilpres
Resep Demokrat
Bagi Demokrat, kemenangan hari Selasa lalu juga memberikan pelajaran soal resep mengalahkan Republik, misalnya terkait isu-isu kampanye. Di Kentucky, Andy Beshear menekankan isu yang selama ini biasa disebut ”isu-isu meja dapur”, seperti layanan kesehatan atau pendidikan. Ia tak menyinggung soal Trump.
Resep tersebut pernah digunakan puluhan kandidat anggota Kongres dari Demokrat di distrik-distrik pemilih mengambang tahun lalu, yang menghasilkan penguasaan Demokrat di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS.
”(Beshear) tidak berbicara sama sekali tentang pemakzulan atau Trump dan (dia) bertindak seperti seorang Republiken,” cuit Brad Parscale, manajer kampanye untuk terpilihnya kembali Trump, di Twitter.
”Rakyat ingin kami berbuat, fokus pada pemecahan masalah, bukan pada murni (isu-isu) ideologis,” tambah Abigail Spanberger, anggota DPR dari Demokrat yang mewakili sebuah distrik di Richmond, Virginia.
Dengan penilaian seperti tersebut di atas, menjadi pertanyaan, apakah Demokrat akan mengajukan sosok moderat seperti mantan Wakil Presiden Joe Biden atau sosok liberal seperti Senator Elizabeth Warren sebagai calon presiden yang tepat untuk menandingi Trump tahun depan.
”Salah satu alasan Demokrat tampil bagus di distrik-distrik massa mengambang dalam dua tahun terakhir adalah mereka menominasikan banyak calon moderat,” ujar Alex Conant, perancang strategi kubu Republik yang pernah bekerja untuk kampanye capres Senator Marco Rubio. Ia memprediksi, Republik bakal merebut kembali kekalahan di wilayah-wilayah pinggiran kota jika Warren merebut tiket pencalonan dari Demokrat untuk Pilpres 2020.(AP/AFP/REUTERS)