Mendikbud Nadiem Makarim: Ini Hal yang Tidak Bisa Saya Terima
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim mengaku tak bisa menerima kejadian ambruknya atap kelas SDN Gentong, Kota Pasuruan, Jawa Timur. Ia mengaku telah mengirimkan tim untuk menginvestigasi kejadian itu.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
PASURUAN, KOMPAS — Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim tidak bisa menerima kejadian ambruknya atap kelas SDN Gentong, Kota Pasuruan, Jawa Timur. Ia mengirimkan tim untuk menginvestigasi kejadian tersebut.
Itu dikatakan Nadiem saat meninjau sekolah ambruk di SDN Gentong, Kota Pasuruan, Jawa Timur, Kamis (7/11/2019). Selain melihat kondisi sekolah, ia juga mengunjungi rumah korban meninggal tertimpa atap sekolah yang roboh.
Dalam keterangan persnya, Mendikbud Nadiem menyatakan tidak bisa menerima kejadian itu. Seharusnya, para pihak melakukan hal yang lebih baik lagi, baik pusat maupun pemerintah daerah. Semua harus bekerja sama, gotong royong, untuk memastikan hal itu tidak terjadi lagi. ”Karena keamanan murid, guru, dan orangtua harus nomor satu. Agar semua bisa belajar dengan aman dan senang,” katanya.
Ia mengaku sedih mendapati kenyataan ada empat ruang kelas ambruk serta terdapat dua korban, yaitu satu guru dan satu murid. ”Saya ucapkan belasungkawa dan turut berdukacita untuk keluarga korban. Setelah ini saya akan mengunjungi keluarga korban,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Nadiem mengatakan sudah mengirim tim dari Kemdikbud untuk menginvestigasi peristiwa tersebut. ”Saya sudah kirim tim saya, dari inspektorat jenderal, untuk segera melakukan investigasi atas apa yang terjadi. Agar kita bisa merencanakan, bagaimana kita bisa sama-sama menghindari ini terjadi lagi,” katanya.
Selasa (5/11/2019), atap empat kelas di SDN Gentong, Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan, ambruk saat proses belajar-mengajar. Reruntuhan atap menimpa sejumlah siswa dan guru serta menyebabkan Selvyna Arsy Wijaya (19), guru pengganti yang saat itu mengajar kelas V, dan Irza Almira (8), siswa kelas II, tewas. Sejumlah siswa lain mengalami luka-luka.
Terkait ambruknya atap kelas di SDN Gentong, polisi menyelidiki dugaan kelalaian dalam renovasi sekolah pada 2012 itu. ”Kami sudah memeriksa empat saksi dan akan kembali memanggil saksi-saksi lain untuk mendalami penyebab kejadian ini,” kata Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Jawa Timur Komisaris Besar Frans Barung Mangera.
Saksi
Empat saksi yang dimintai keterangan adalah Retno Tri Handoko (43), PNS pada Dinas Pendidikan Kota Pasuruan yang saat ini menjadi Pejabat Pembuat Komitmen Dinas Pendidikan Kota Pasuruan; Lukman Santoso (38) selaku Direktur CV Andalus; Sudendy Sasmita Mulya (40) selaku Direktur CV DHL Putra; dan Mochammad Rizal (42), PNS RSUD dr R Soedarsono Kota Pasuruan yang menjadi Pejabat Pembuat Komitmen pada Dinas Pendidikan Kota Pasuruan saat pekerjaan rehabilitasi ruang kelas SDN Gentong Kota Pasuruan tahun 2012. Renovasi sekolah dilakukan tahun 2012 (sebelumnya ditulis 2017).
”Direncanakan akan segera diundang untuk dimintai keterangan lima orang lagi,” kata Barung.
Lima orang dimaksud Barung adalah Ida Ariyani, Kepala SDN Gentong yang juga menjadi ketua panitia pembangunan rehab ruang kelas SDN Gentong tahun 2012, Machefa selaku bendahara SDN Gentong Kota Pasuruan yang saat itu juga menjabat sebagai bendahara panitia pembangunan sekolah dalam pengerjaan rehab ruang kelas SDN Gentong Kota Pasuruan tahun 2012, Dedik selaku pekerja pada rehab kelas SDN Gentong tahun 2012, Sutaji Efendy selaku penanggung jawab teknis dalam panitia pembangunan sekolah pada pekerjaan rehab ruang kelas SDN Gentong Kota Pasuruan tahun 2012, serta Subandrio selaku Kepala Dinas Pendidikan Kota Pasuruan pada 2012.