Hujan Belum Mampu Padamkan Kebakaran Lahan di Sumsel
Kebakaran lahan di sejumlah wilayah di Sumatera Selatan masih terjadi meski sempat diguyur hujan dalam beberapa hari terakhir. Intensitas hujan yang masih minim dan tak merata membuat kebakaran belum kunjung padam.
Oleh
Rhama Purna Jati
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS - Kebakaran lahan di sejumlah wilayah di Sumatera Selatan masih terjadi meski sempat diguyur hujan dalam beberapa hari terakhir. Intensitas hujan yang masih minim dan tak merata membuat kebakaran belum kunjung padam.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan Ansori, Kamis (31/10/2019), mengatakan, walau hujan sempat mengguyur beberapa kali, kebakaran lahan masih tetap saja terjadi.
Berdasarkan data dari lapangan, kebakaran lahan masih terpantau di Kabupaten Ogan Ilir, Muara Enim, Ogan Komering Ilir, dan Banyuasin. Tujuh helikopter bom air dikerahkan untuk memadamkan api. "Setidaknya ada 28 titik api yang terpantau," kata Ansori.
Data BPBD Sumsel mencatat, hujan yang sempat turun menekan jumlah titik panas. Terbukti, pada periode 26 Oktober sampai 30 Oktober, titik panas belum melebihi 50 titik. Udara di Palembang juga lebih baik dibanding minggu-minggu sebelumnya. Saat ini, kata Ansori, Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) berada dalam kategori sedang dengan nilai 61.
Hal ini diamini oleh Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Bambang Benny Setiaji. Dia mengungkapkan, hujan yang turun beberapa hari terakhir membuat intensitas asap jauh berkurang dibanding sebelumnya.
Asap akan masuk pada pagi hari. Namun, tidak sepekat hari-hari sebelumnya.
Hanya saja, asap masih tetap berpotensi terjadi di Sumsel karena wilayah-wilayah yang memiliki jumlah titik panas yang signifikan belum terpapar hujan yang cukup. Hal tersebut disebabkan luas dan dalamnya lahan gambut yang terbakar. "Asap akan masuk pada pagi hari. Namun, tidak sepekat hari-hari sebelumnya," kata dia.
Hujan Sistem Konvektif berskala Meso (Mesoscale Convective System/MCS) dengan indikasi awan hujan (cumulonimbus) yang memanjang lebih kurang 200 kilometer diyakini dapat memadamkan titik-titik panas karhutla. Itu karena hujan berlangsung lama dan biasanya terjadi pada malam hingga pagi hari.
Secara regional, kata Bambang, seiring melemahnya Badai Tropis Matmo dan adanya pusat tekanan rendah di Samudera Hindia mengakibatkan munculnya Borneo Vorteks (Sirkulasi Kalimantan). Kondisi itu menyebabkan masuknya massa udara dari Laut China Selatan dan Laut Jawa ke wilayah Sumsel.
Hal ini menyebabkan potensi hujan pada 1-3 November 2019 di wilayah Sumsel dengan kriteria sedang-lebat. Bambang menjelaskan, hujan akan terjadi di wilayah Kabupaten Lahat, Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Ogan Komering Ulu, Ogan Komering Ulu Selatan, Muara Enim, Kota Prabumulih, Kota Palembang, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, dan OKU Timur. Adapun kriteria hujan ringan di wilayah Musi Banyuasin, Musi Rawas, Muratara, Kota Lubuk Linggau, Empat Lawang, dan Kota Pagar Alam.
Sedangkan, secara lokal, lanjut Bambang, kondisi hujan akibat faktor lokal (awan konvektif dan orografis) akan tetap berpotensi di wilayah bagian barat Sumsel. Ini disebabkan kelembapan udara lapisan atas cukup memadai untuk pertumbuhan awan dan berdataran tinggi. Biasanya, hujan yang terjadi berlangsung sebentar, sporadis (berbeda tiap tempat), dan berpotensi petir disertai angin kencang.
Walau demikian, potensi kebakaran masih tetap ada karena suhu udara sangat panas di siang hari dengan temperatur maksimum 35 derajat celsius. "Hal ini terjadi karena posisi matahari berada di ekuator (khatulistiwa)," kata Bambang.
Sebelumnya, Komandan Kodim 0402 OKI/OI Letnan Kolonel (Inf) Riyandi mengatakan, kebakaran di Ogan Komering Ilir memang butuh mekanisme khusus dalam proses pemadaman karena terjadi di kawasan bergambut dalam. "Tanah yang terbakar harus benar-benar basah hingga menjadi bubur agar api tidak kembali membara," ujar Riyandi.
Dalam proses pemadaman, ungkap Riyandi, petugas mengalami beragam kendala, seperti akses yang sulit ditempuh dan terbatasnya sumber air. "Bahkan, untuk menyiapkan sumber air di dekat lokasi titik api, harus dibuat embung," katanya.
Bupati Musi Banyuasin Dodi Reza Alex mengungkapkan, walau sudah diguyur hujan, dirinya mengimbau masyarakat untuk tetap waspada mengingat cuaca panas masih tetap terjadi. "Saya meminta setiap pihak benar-benar menjaga lahannya agar tidak membakar," katanya.
Menurut dia, kebakaran hanya bisa dipadamkan dengan hujan dalam jangka waktu panjang. Keterlibatan semua pihak, termasuk masyarakat dan perusahaan, sangat dibutuhkan agar kebakaran lahan tidak meluas.