Mencari Keadilan bagi Remaja Pembunuh Guru
Kasus murid membunuh guru di Manado, Sulawesi Utara, mengguncang nurani kita semua. Tragedi itu sekaligus menyisakan banyak tanya.
FL selalu takzim pada perintah orangtuanya. Remaja 16 tahun itu juga tahu bersikap konsekuen. Seperti domba yang bungkam saat dipangkas bulunya, FL tak berontak saat sang ayah membawanya ke Markas Polsek Mapanget, Manado. Sembilan tikaman pisau yang disarangkan FL pada tubuh gurunya mesti ia pertanggungjawabkan.
Siswa kelas XI jurusan pertanian SMK Ichthus, Manado, Sulawesi Utara, itu baru tahu belakangan bahwa badik dari dapurnya telah merenggut nyawa sang guru. Pendeta Alexander Valentino Werupangkey (54) meninggal di ruang operasi RSUP Kandouw, Senin (21/10/2019) sore. Tikaman pisau FL siang itu mengenai hati, tulang rusuk, dan paru-parunya.
”FL dikenai Pasal 340 KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana) tentang pembunuhan berencana,” kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Manado Ajun Komisaris Thommy Aruan, di ruang kerjanya, Jumat (25/10) siang.
Semua bermula ketika mendiang Alexander memergoki FL merokok di halaman sekolah. Menurut hasil pemeriksaan kepolisian, Alexander menegur, lalu mengambil foto FL dengan ponselnya. Keduanya sempat sengit berdebat sampai seorang guru lain melerai, lalu menyuruh FL pulang.
Tapi, pikiran pelaku untuk mengambil pisau di rumah lalu menyerang korban itu sudah termasuk rencana.
FL menurut, berjalan pulang ke rumahnya yang hanya 150 meter dari sekolah. Tak dinyana, ia kembali dengan badik bergagang putih di genggaman. Melihat Alexander menunggangi sepeda motornya untuk meninggalkan halaman sekolah, geram FL membuncah.
Segera ia memburu sang guru, lalu menghunjamkan pisau. Alexander terjatuh, kemudian berlari masuk ke halaman sekolah. FL yang gelap mata tak memberi ampun. Tusukan demi tusukan ia layangkan.
Semua terjadi sekelebat dalam tempo singkat, terkesan spontan. ”Tapi, pikiran pelaku untuk mengambil pisau di rumah lalu menyerang korban itu sudah termasuk rencana,” kata Thommy.
Menurut Thommy, motif FL untuk bertindak sedemikian brutal murni karena sakit hati kepada Alexander. Tiada dendam lama terpendam. ”Kami sudah periksa pelaku, istri korban, guru, dan kepala sekolah. Kesimpulannya, memang karena sakit hati saja,” tutur Thommy.
Diam-diam, seseorang di lantai atas sekolah menyaksikan dan merekam insiden itu. Namun, tak seorang pun dari 60 siswa dan guru datang melerai. Video itu viral dan menghebohkan seisi kota. Kini, setiap pihak mengharapkan keadilan, tetapi dengan kebenaran versi masing-masing.
Tak menyangka
Friscka Barahula (35) bergidik mengingat isi video kebrutalan anak tirinya yang kini jadi konsumsi publik itu. Bulu roma lengannya berdiri, pori-porinya tampak jelas. ”Semua orangtua ingin anaknya jadi orang berguna, bukan preman. Kami sendiri tidak menyangka bisa jadi begini,” katanya dengan suara bergetar.
Dua minggu sebelum kejadian, FL hanya tinggal di rumah. Alasannya, praktik kerja lapangan (PKL) di sekolah tak terlaksana. Namun, Senin itu, ia memutuskan masuk sekolah. Friscka mengaku senang melihatnya. ”Daripada bosan di rumah,” ujarnya.
Kami jemput dia, lalu antar ke Polsek Mapanget.
Menjelang siang, Friscka melihat FL pulang, tetapi tak tahu ia pergi lagi sambil membawa pisau. Beberapa saat kemudian, FL minta dijemput di jalan untuk diantar ke rumah ibu kandungnya di Likupang, Minahasa Utara. Sebelum meminta penjelasan, dua teman FL datang ke rumah mewartakan insiden yang baru terjadi.
”Setelah itu, ayahnya menelepon dia, lalu bilang, ’Sudah, Papa antar ke kantor polisi saja, ya’. Dia tidak melawan. Kami jemput dia, lalu antar ke Polsek Mapanget,” kata Friscka.
Friscka dan suaminya memercayakan FL pada proses hukum. FL sudah menghilangkan nyawa orang lain dan harus bertanggung jawab. Namun, Friscka tak dapat menepis kekhawatiran akibat viralnya video penikaman itu. Salah satu komentar warganet yang ia baca berbunyi, ”Cari bapak pelaku, lalu bunuh.”
Friscka mengatakan, semua tak akan terjadi seandainya FL tak terprovokasi. ”Kata dia dan teman-temannya, pak guru (korban) menantang, ’Silakan bawa teman-temanmu kemari, saya tidak takut’. Anak saya membalas sambil menuding, ’Kamu tunggu di situ,’” ujar Friscka menirukan kesaksian yang dia dengar.
Di lain pihak, Kepala SMK Ichthus Katharina Lapagu mengaku sedang ke kantor lurah saat kejadian berlangsung. Ia tak mengetahui detail kejadian. Ia hanya bilang, selama ini Alexander tak pernah punya masalah dengan siapa pun, terlebih murid-muridnya.
Ia juga menyatakan, FL tergolong anak baik yang tidak pernah melawan saat ditegur. ”Tapi, dua minggu terakhir, dia enggak pernah menghadiri PKL sekolah. Padahal, PKL selalu jalan,” katanya.
Teladan
Ibadah pemakaman Alexander di Sasaran, Tondano Utara, Minahasa, Rabu (23/10), dihadiri ratusan orang. Tak main-main, Wali Kota Manado Vicky Lumentut juga hadir, memberi sambutan, lalu melantunkan kidung penghiburan.
Silviani Walalangi, istri Alexander, mengatakan, suaminya adalah seorang yang sangat taat pada Tuhan. Ia juga pernah menjabat sebagai salah satu bendahara di Sinode Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM). Keaktifannya mengajar di berbagai sekolah menjadikannya teladan yang sangat dekat dengan para siswa.
”Dia punya banyak anak bimbingan rohani. Ada yang panggil dia father, kakak, dan sebagainya. Dia memang seorang penyayang,” kata Silviani.
Saat dia akan dioperasi, saya terus menangis. Dia hanya bilang, ’Berdoa saja.’
Silviani menambahkan, mendiang suaminya selalu mencari kedamaian. Jika berselisih dengan seseorang, ia bisa tidak tidur semalaman. Silviani mengatakan, suaminya selalu menyayanginya.
”Saat dia akan dioperasi, saya terus menangis. Dia hanya bilang, ’Berdoa saja.’ Sebagai istri seorang gembala umat dan pelayan Tuhan, saya harus menjadi teladan seperti dia,” katanya.
Kepentingan terbaik
Kini, FL mendekam di ruang tahanan Markas Polresta Manado. Kasat Reskrim Polresta Manado Ajun Komisaris Thommy mengatakan, ia juga mendengar klaim tentang tantangan almarhum Alexander yang membuat FL naik pitam. ”Tapi, kami tidak bisa mengonfirmasi itu lantaran korban sudah meninggal. Klaim itu tidak akan mengubah tindak kriminal yang terjadi,” ujarnya.
Sementara kepolisian tak berkapasitas mengkaji keadaan psikologis FL, Kepala Dinas Pendidikan Sulut Grace Punuh menduga emosi FL yang tak terbendung berasal dari keadaan keluarga. ”Dia dari keluarga broken home, pasti akarnya dari situ,” katanya.
Baca juga: Salah Kaprah Pendidikan Karakter di Sekolah
Ibu tiri FL, Friscka, membantah. Ketika berumur 10 tahun, FL ikut tinggal di rumah baru setelah ayahnya menikahi Friscka. FL menerima tiga anak Friscka dari pernikahan sebelumnya sebagai saudara. Memang ada gejolak, tetapi Friscka menjamin keempat anaknya mendapat kasih sayang yang sama.
”Dia (FL) anak baik dan penurut. Hubungan saya dengan dia juga baik. Kalau dia keluar sampai larut malam, saya sering menelepon untuk tanya jam berapa mau pulang,” kata Friscka.
Amuk FL memang menyisakan tanya. Mungkinkah keadaan keluarga, sekolah, atau faktor lain yang membentuknya jadi demikian? Pembimbing Kemasyarakatan Muda Balai Pemasyarakatan (Bapas) Manado Robert Derry tengah berupaya memecahkan teka-teki ini.
”Kami baru saja memeriksa dia. Tidak ada indikasi dia kekurangan kasih sayang dari rumah. Bahkan, dia juga sangat disayangi Omanya (nenek). Buktinya, anak ini sangat bisa berdoa sesuai yang diajarkan di rumah. Akan kami konfirmasi ke keluarga,” katanya.
Di samping itu, sistem PKL sekolah juga dikatakan tak berjalan dengan baik. Pemilik lahan pertanian tempat FL bekerja menghentikan program itu sepihak. Diduga belum ada tindak lanjut dari sekolah.
Baca juga: Gunung Es dari Perilaku Kejahatan Anak
”Anak adalah hasil bentukan lingkungan sekitarnya sehingga sangat mungkin ia adalah korban dari keadaan yang ada. Kesimpulan penyelidikan kami ini akan menjadi rekomendasi pertimbangan untuk polisi, jaksa, dan hakim. Hukuman yang diberikan harus didasarkan pada kepentingan terbaik bagi anak,” kata Robert.
Proses hukum terus berlangsung demi mencari keadilan. Pelaku pun telah mengaku salah. Walakin, video itu telah menyebar dan setiap warganet membentuk opininya masing-masing. Mampukah kita berpikir dan bersikap adil?