Tiga Tahun Lagi, Jakarta Punya Tempat Pengolahan Sampah Modern
Sejauh ini, ITF Sunter merupakan pembangkit listrik tenaga sampah yang terbesar di Indonesia. Berapa listrik yang dihasilkannya?
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Fasilitas pengolahan sampah modern di ITF Sunter, Jakarta Utara, ditargetkan beroperasi tahun 2022. Pembangunan intermediate treatment facility dimulai dengan dua penandatanganan kerja sama, Rabu (16/10/2019), di Balai Kota Jakarta.
Penandatanganan kerja sama penyelenggaraan dilakukan antara Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta dan PT Jakarta Propertindo. Adapun perjanjian jual beli listrik ITF Sunter dilakukan antara PT PLN (Persero) dan PT Jakarta Solusi Lestari (JSL). Ditekennya kerja sama ini merupakan tahapan untuk pembangunan fasilitas pengolahan sampah modern tersebut.
ITF berkapasitas pengolahan 2.200 ton sampah per hari dengan keluaran listrik 35 megawatt. PLN dan JSL menandatangani perjanjian jual beli tenaga listrik pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) ITF Sunter senilai 11,88 sen dollar AS per kilowatt hour (kWh).
JSL adalah perusahaan patungan antara PT Jakarta Propertindo dan perusahaan publik Finlandia, Fortum. Perusahaan ini diamanatkan dalam Peraturan Gubernur (Pergub) DKI Jakarta Nomor 33 Tahun 2018 untuk pelaksanaan proyek pengolahan sampah dalam kota ITF Sunter. Porsi kepemilikan terbagi Fortum sebesar 56 persen dan PT Jakarta Propertindo sebesar 44 persen.
Direktur Utama PT JSL Faisal Muzakki mengatakan, proses realisasi ITF Sunter telah melalui tahap studi kelayakan. Penandatanganan perjanjian tersebut merupakan tahap penting dalam persiapan. ”Diharapkan tahap konstruksi dapat dimulai setelah negosiasi antarpihak dan sumber pendanaan dirampungkan,” katanya.
Dengan ditandatanganinya perjanjian jual beli itu, proses distribusi listrik ITF Sunter akan menjadi kewenangan PT PLN. Fasilitas ini nantinya akan terhubung dengan Gardu Induk Kemayoran melalui jalur transmisi 150 kilovolt sepanjang 2,2 kilometer.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Andono Warih mengatakan, ITF Sunter merupakan solusi pengolahan sampah di dalam kota. yang bertujuan untuk mengurangi beban Tempat Pembuangan Sampah Terakhir (TPST) Bantargebang. Sejauh ini, ITF Sunter juga merupakan pembangkit listrik tenaga sampah yang terbesar di Indonesia.
Jenis teknologi yang diterapkan adalah waste to energy yang mampu mereduksi 80-90 persen dari bobot sampah yang masuk. ”ITF Sunter adalah wajah baru pengelolaan sampah Ibu Kota. Ini impian Jakarta sejak belasan tahun yang lalu,” kata Andono.
ITF Sunter adalah wajah baru pengelolaan sampah Ibu Kota. Ini impian Jakarta sejak belasan tahun yang lalu.
Menurut Andono, standar baku mutu emisi gas buang mengacu standar Euro 5. Standar ini lebih baik dari standar yang ditetapkan pemerintah di Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 70 Tahun 2016 tentang baku mutu emisi usaha dan kegiatan pengolahan sampah secara termal.
Andono menjamin emisi gas buang ITF Sunter tidak berbahaya karena ITF Sunter akan dilengkapi teknologi flue gas treatment (FGT) yang berfungsi memfilter partikel berbahaya dan menekan gas buang dari hasil pembakaran sampah.
ITF Sunter akan dibangun dan akan dioperasikan PT JSL. Masa pembangunan ITF Sunter direncanakan memakan waktu tiga tahun dan selanjutnya dioperasikan oleh PT JSL selama 25 tahun dengan skema build operate transfer (BOT). Setelah masa itu usai, aset tersebut akan diserahkan ke Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.