Sebanyak 165.245 tercatat mengunjungi Pekan Kebudayaan Nasional 2019. Kegiatan yang baru pertama kali diselenggarakan ini diharapkan jadi awal kebangkitan kebudayaan nasional.
Oleh
Aloysius Budi Kurniawan
·3 menit baca
Sebanyak 165.245 tercatat mengunjungi Pekan Kebudayaan Nasional 2019. Kegiatan yang baru pertama kali diselenggarakan ini diharapkan jadi awal kebangkitan kebudayaan nasional.
JAKARTA, KOMPAS — Antusiasme publik dalam menyambut Pekan Kebudayaan Nasional 2019 luar biasa. Selama tujuh hari, tercatat 165.245 pengunjung memadati kawasan Istora Senayan, Jakarta. Seperti diharapkan sebelumnya, PKN 2019 benar-benar menjadi panggung keberagaman.
Rangkaian Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2019 yang berlangsung pada 7-13 Oktober 2019 diisi 270 kegiatan, 8.000 tamu undangan, 453 panitia, 379 pengisi pameran, 3.265 pengisi acara, dan 4.233 peserta Pawai Digdaya Nusantara. Dengan aneka macam tawaran kegiatan dan acara tersebut, publik silih berganti berdatangan ke Istora Senayan.
Hingga Sabtu (12/10/2019) pukul 16.45, panitia mencatat ada 149.245 pengunjung, dan memasuki hari terakhir, hingga Minggu (13/10) malam, jumlahnya terus bertambah menjadi 165.245 pengunjung.
Lonjakan pengunjung terjadi saat mulainya acara Pawai Digdaya Nusantara di kawasan Senayan, Jakarta yang melibatkan lebih dari 4.000 peserta di bawah arahan koreografer Denny Malik, Hartati, dan Herry Lentho.
Pawai yang dimulai pada pukul 19.00 dari Istora Senayan, Parkir Selatan Pintu 5 Bung Karno Senayan menuju Jalan Pintu 1 Senayan kemudian mengarah ke Jalan Asia Afrika melewati Plaza Senayan menuju Jalan Jenderal Sudirman, dan berakhir ke Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pawai dibuka dengan menyanyikan bersama Lagu Kebangsaan Indonesia Raya di dalam Istora Senayan yang kemudian disusul pertunjukan tarian-tarian Nusantara di bawah koreografi Denny Malik. Ratusan penari membawakan tarian kolaborasi Papua, Jawa, Dayak, hingga Melayu. Setelah itu, disuguhkan pula pertunjukan musik dan puisi. Koreografi tersebut dibawakan 200 penari Indonesia Permai dan penampilan Suara Anak Bangsa dan Rampak Nusantara dari 640 peserta Gerakan Seniman Masuk Sekolah.
Dari dalam gedung Istora, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Direktur Kebudayaan Hilmar Farid bersama tamu undangan dan para penampil kemudian keluar menuju halaman Istora Senayan. Dari depan Istora, Mendikbud melepas rombongan Pawai Digdaya Nusantara dengan sangat meriah diiringi musik dan letupan kembang api.
“Peserta pawai ini merupakan perwakilan dari 26 provinsi berbagai pegiat budaya di Tanah Air, selain perwakilan dari seluruh provinsi. Sebelum pawai dimulai, mari kita mendoakan bersama-sama agar Indonesia aman, sentosa, adil, dan makmur. Kita juga berdoa secara khusus untuk saudara-saudara kita di Maluku yang terkena gempa bumi dan saudara-saudara kita di Papua dan Papua Barat agar situasi di sana segera pulih kembali,” ucap Muhadjir.
Kebangkitan Kebudayaan
Saat menutup rangkaian PKN 2019, Mendikbud berharap agar perhelatan PKN yang perdana ini bisa menjadi awal kebangkitan kebudayaan nasional. "Mudah-mudahan ini adalah awal kebangkitan kebudayaan nasional kita," kata dia.
Mendikbud berharap agar perhelatan PKN yang perdana ini bisa menjadi awal kebangkitan kebudayaan nasional.
Ke depan, Mendikbud mengupayakan agar PKN dapat diselenggarakan rutin setiap tahun secara berjenjang mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, hingga nasional. Dengan gerakan yang dimulai dari daerah, diharapkan PKN dapat semakin menggairahkan upaya pelestarian dan pemajuan kebudayaan.
"Saya berharap, terutama pada para pimpinan daerah, para wali kota, para bupati, setelah kegiatan di tingkat nasional ini, kemudian akan diikuti dengan pagelaran PKN di tingkat daerah masing-masing. Dari apa yang telah ditampilkan di tingkat daerah masing-masing, nanti akan kita pilih dan yang terbaik akan kita tampilkan di PKN tahun depan," ujarnya.
Hilmar Farid sebelumnya mengatakan, dalam perhelatan PKN ini, semua kelompok yang terlibat satu per satu menyadari sebagai bagian dari Indonesia. "Kesadaran ini sulit ditemukan di dunia politik yang individualis, yang cenderung berpusat pada individu-individu dan kelompok-kelompok. Begitu masuk di kebudayaan, mereka langsung cair dan muncul semangat kebersamaan yang luar biasa," paparnya.